Hari ini di rumah Alfa terlihat ramai. Rio beserta keluarganya menginap disana dari semalam. Karena hari ini hari libur, mereka berniat mengumpulkan semua anggota keluarga hanya untuk sekedar berkumpul dan bertemu. Acara baru akan dimulai nanti sore.
Alfa menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi. Ia berjalan ke ruang tengah tempat semuanya berkumpul untuk mempersiapkan acara.
"Turun-turun udah rapi aja lo! Mau kemana?" tanya Rio saat melihat penampilan sepupunya.
Bukan menjawab pertanyaan Rio, Alfa langsung duduk di tengah antara oma dan mamanya.
"Ma, Al pamit bentar ya? Janji nggak lama kok, nanti pasti bantuin," ujar Alfa.
Semua menatap ke arah Alfa dengan pertanyaan yang sama.
"Kamu mau kemana?"
Alfa melihat satu persatu orang yang sedari tadi masih menatapnya. Kemudian berakhir menatap Amanda.
"Al mau jalan, Ma! Bentar kok,"
"Penting ya?" tanya Thalita.
"Penting dong, Oma." balas Alfa langsung.
"Oma jadi penasaran, sepenting apa sih sampai kamu ninggalin kita dengan kesibukan seperti ini?" ujar Thalita.
"Emang kamu mau kemana?" tanya Amanda.
"Ke toko buku, Ma!"
"Sama siapa?"
"Aga."
Seketika wajah orang-orang yang berada di sana menampilkan satu senyuman yang sama.
"Ah, Kak Al, giliran jalan sama cewek aja cepet banget, giliran bantuin kita dari tadi gak turun-turun." gerutu Nisa, adik Rio.
"Masih kecil jangan terlalu cerewet, nanti nggak ada yang suka!" balas Alfa.
Anisa hanya mendengus sambil mejulurkan lidahnya mengejek Alfa.
"Gue nggak nyangka, ternyata lo beneran udah move on dari masa lalu! Keren, Bro!" Rio mendekat langsung menepuk-nepuk pundak Alfa.
"Langsung tembak aja udah, sebelum di embat orang!" tambah Rio tepat di telinga Alfa.
"Ngaco lo," Alfa menghadiahkan sebuah jitakan di kepala Rio.
Rio menjauh sambil tertawa. Kini Alfa kembali menatap Amanda.
"Boleh 'kan, Ma?"
Amanda tersenyum menatap putranya, kemudian mengangguk. Hampir Alfa meloncat dari tempat jika ia tidak ingat saat ini keluarganya sedang berkumpul.
"Al langsung berangkat ya, Ma! Kasihan Aga udah nunggu,"
Setelah menyalimi orang yang lebih tua yang berada disana, Alfa langsung pergi.
"Kok kakak ngijinin Al, emang Aga itu siapa?" tanya Indah, adik ipar Amanda.
Amanda hanya tersenyum begitupun Thalita membuat Indah semakin penasaran. Rio yang melihat mamanya mulai penasaran, mendekatinya.
"Aga itu yang bikin Al move on dari masa lalunya, Ma." Rio mulai menjelaskan, "awal ketemunya nggak sengaja, Alfa hampir nabrak Aga, sebenarnya bukan hampir tapi udah nabrak, dan Mama tau nggak, waktu itu Aga bisa langsung nyindir Al tentang masa lalunya!"
"Oh ya, terus?" Indah semakin penasaran.
"Nah setelah itu, kata Al sih Aga sempat nyelametin oma waktu oma hampir ketabrak mobil. Gitu 'kan, Oma?" Rio beralih menatap Thalita
Thalita tersenyum, "Kemarilah akan mama ceritakan yang sebenarnya terjadi sama kalian!"
Semua menuruti perintah Thalita. Indah, Doni, Rio, Nisa dan juga Adjie mendekat. Thalita menghembuskan nafas panjang sebelum mulai menceritakan sebuah rahasia yang selama ini hanya ia dan menantunya, Amanda, yang tau.
"Kalian harus janji sama mama, terutama kamu Rio," Rio menatap Omanya bingung, "yang sebenarnya terjadi adalah, Agatha adalah anak suruhan mama dan Amanda!"
Semua belum bisa menangkap apa maksud pernyataan Thalita. Mereka saling tatap bingung.
"Maksud Mama apa?" tanya Adjie mewakili lainnya.
"Awalnya kami hanya bermaksud membantu kesulitan yang dialami Aga dan rumah asuh mereka. Mereka membutuhkan rumah untuk tempat tinggal, tapi mereka tidak mempunyai biaya untuk menyewa rumah." Thalita berhenti sejenak sebelum melanjutkan.
"Mama bersama Manda menghampiri mereka dan memberi penawaran. Mama menawarkan rumah tapi dengan syarat, Aga bisa membantu Al bangkit dan kembali seperti dulu."
"Saat itu mama dan aku merasa bingung harus bagaimana lagi mengembalikan Al seperti dulu, dan saat melihat Aga langsung terlintas cara itu," imbuh Amanda.
"Kok Mama baru bilang sama Adjie?" Adjie merasa sedikit kecewa.
"Bukankah dengan begini, suatu saat nanti akan lebih mengecewakan Al, Ma?" Indah mengeluarkan pendapatnya.
"Mama tau, mama minta maaf pada kalian semua! Mama sudah benar-benar bingung harus bagaimana lagi. Entah kenapa tiba-tiba Tuhan mengirim Aga dan saat mama melihatnya, mama merasa inilah jawaban dari Tuhan."
"Maafkan mama, Pa! Ini semua aku sama mama lakukan untuk putra kita," Amanda berusaha menenangkan suaminya.
"Tapi kamu tau 'kan bagaimana resikonya nanti?" bentak Adjie dengan suara tertahan.
Amanda menunduk, merasa bersalah. Indah mengusap pundak kakak iparnya agar sedikit merasa tenang.
"Ji, Manda hanya berusaha untuk anak yang disayanginya. Mama mohon kamu jangan memarahinya!" pinta Thalita.
Adjie melihat istrinya yang masih menunduk. Hatinya merasa iba dan ingin mendekat untuk segera memeluknya, tapi otaknya mengatakan sebaliknya.
Dalam suasana hening, semuanya tenggelam dalam pemikirannya masing-masing.
Adjie masih menatap istrinya. Ia benar-benar dihadapkan dengan dilema. Tapi kini hatinya lebih menguasai, ia pun menghampiri istrinya.
Indah yang mengerti, lalu berdiri dan memberikan tempatnya pada Adjie.
"Pa...."
Adjie mengulurkan tangannya untuk menarik Amanda kedalam pelukannya.
"Ini sudah terjadi, biarkan alur Tuhan berjalan seadanya. Apa pun yang akan terjadi nanti, kita harus bersiap!"
Semua tersenyum melihatnya. Thalita beralih pada Rio.
"Rio, kamu mengertikan apa yang harus kamu lakukan?" Thalita menatap Rio serius.
Rio menampilkan cengirannya, "Siap, Oma! Oma sama semuanya tenang aja, Rio pasti bisa ikut andil dalam cerita ini meski hanya sebagai figuran!"
Semua tertawa mendengar Rio. Tujuan mereka sama, semua demi Alfa.
'Ikuti saja alurnya, apapun yang akan terjadi nanti pasrahkan pada Tuhan!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
Teen FictionJika kehadiranmu sebagai penyembuh dari lukaku, maka kemarilah aku akan memelukmu erat dengan semua cinta yang ku punya! - Nathaniel Gio Alfaro Aku pahit seperti obat, tapi aku bisa menyembuhkan lukamu jika kamu menerima kehadiranku. - Agatha Valerr...