A - 24

85 2 0
                                    

Setahun berlalu setelah Agatha kecelakaan dan menghilang dari kota yang ditempati Alfa dan keluarga. Genap, kata Oma Thalita tepat tanggal inilah ia mengenalkan Agatha pada Alfa cucunya.

“Seandainya Aga masih bersama kita,” ucap Oma menunduk sedih.

“Ma, jangan gitu.  Kasihan Al kalo lihat Mama sedih, dia akan semakin menyalahkan dirinya atas kepergian Aga.” Amanda mengusap lembut pundak mertuanya untyk menenangkan.

Tak lama Alfa turun dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi bersiap kuliah. Dari arah pitu utama pun datang Rio yang juga sudah berpenampilan tidak beda jauh dengan Alfa.

“Kalian siap berangkat?” tanya Amanda.

“Iya, Ma,” balas Alfa.

“Kita mau ke bandara dulu, Tan. Mau jemput Ale,” jelas Rio.

“Loh, Ale balik ke sini?” tanya Oma.

“Iya, Oma. Alex juga ikut ke sini,” imbuh Alfa.

“Alhamdulillah, kalian jangan berselisih lagi ya! Mereka teman kalian yang baik,” nasihat Amanda.

“Kita langsung berangkat, Ma, Oma,” pamit Alfa yang langsung mencium tangan kedua irang tua di hadapannya.

Rio mengikuti Alfa. Setelah berpamitan mereka melaju ke bandara. Jalanan cukup lenggang, mengingat ini sudah jam masuk untuk anak sekolah dan orang kantor. Untungnya Alfa dan Rio kuliah siang hari ini.

“Gue kangen banget sama Ale,” celetuk Rio tiba-tiba.

“Emang dia kangen juga sama lo?”

“Pastilah, Al. Kangen gue tuh pasti berbalas, gak kek lo!”

Mereka tertawa lepas. Setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa melupakan segala kejadian di masa lalu yang mampu menyeret mereka dalam kesedihan tak berujung.

Mereka terus bercanda dan tertawa hingga tiba-tiba Alfa menghentikan mobilnya secara mendadak dan menyebabkan kening Rio terbentur.

“Wooyy, santai dong, Al!” protes Rio sambil mengusap keningnya.

“Sorry, Yo, tapi gue nabrak orang.”

Alfa langsung membuka pintu dan keluar dari mobil. Rio dengan wajah bingungnya ikut keluar dari mobil menyusul Alfa.

Tepat di depan mobil mereka, seorang remaja yang terlihat seumuran mereka duduk sembari mengusap siku dan lututnya yang terlihat memar juga sedikit mengeluarkan darah.

“Eh, sorry ya. Gue gak sengaja,” ucap Alfa tulus.

Alfa berjongkok menghadap gadis itu. Perlahan gadis itu mendongak menatap Alfa dan Rio yang sudah ada di belakang Alfa.

“Nggak pa-pa kok. Gue juga tadi yang salah.”

“AGATHA?!”

Seketika Alfa maupun Rio langsung dibuat melongo saat wajah yang selama ini mereka rindukan kini mereka tatap langsung, bahkan dengan senyum manis itu.

Alfa hampir memeluk gadis di depannya, namun gadis itu sudah ditarik seseorang yang ada di belakangnya.

“Kamu gak pa-pa?” tanya pemuda yang menarik gadis itu.

Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum. Kemudian pemuda itu menyerahkan sang gadis pada seseorang yang baru saja sampai di tempat mereka.

“Bawa pergi dari sini!” perintahnya.

Mereka pun pergi. Setelah agak jauh, pemuda itu berbalik menatap Alfa dan Rio yang masih menatapnya.

“Dia bukan orang yang kalian inginkan. Biarkan dia tenang dengan hidup barunya dan kalian jangan pernah sekalipun mengganggu apalagi menyakitinya.”

Pemuda itu berbalik lagi dan melangkah pergi dari tempatnya. Baru beberaoa langkah ia berhenti saat namanya diserukan orang yang ada di belakangnya.

“Lion!”

Alfa mendekati Lion.

“Jadi Aga masih hidup? Dan lo menyembunyikannya dari kami?”

“Kalo iya kenapa? Adek gue terlalu sakit jika masih terus bertemu dengan kalian.”

“Lo gila. Lo boleh sembunyikan Aga, tapi nggak dengan bilang dia udah meninggal!”

Emosi Alfa naik. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras. Lion yang melihat itu hanya tersenyum.

“Gue gak pernah bilang adek gue meninggal. Gue Cuma bilang sama Ale dan Yoga kalo adek gue gak akan ada lagi di kota ini ataupun negara ini.”

“Tapi dengan kabar lo yang seperti itu, Oma jadi sering drop dan sering masuk rumah sakit. Lo gak mikirin itu?

“Apa lo mikir saat Valle baru saja tertabrak dan dibawa ke hospital? Apa lo lihat gimana dia saat itu? Apa lo datang buat sekedar melihat orang yang udah nyelametin hidup lo?”

Hening. Alfa menunduk semakin dalam

“Lo gak bisa jawab kan?” Lion tertawa sinis, “gue membiarkan dia dalam perawatan biasa di kota ini, karena gue kasian sama kalian yang katanya sayang sama adek gue, tapi kenyataan yang terima berbeda. Tak satu pun dari kalian melihat keadaan Valle. Lalu kenapa saat gue sudah membawa adek gue pergi kalian protes?”

Lion berbalik lagi.

“Sekarang dia di sini bukan untuk kalian, tapi untuk Bunda dan saudara-saudara asuhnya. Setelah urusan dia beres, dia akan selamanya pergi dari hadapan kalian!”

Alfa dan Rio menatap kepergian Lion dengan rasa penyesalan yang dalam. Mereka melanjutkan perjalanan untuk menjemput Ale juga Yoga.

“Kalian lama banget sih, nyasar ke mana dulu?” omel Ale yang kesal karena menunggu lama.

Rio minta maaf, Alfa hanya diam saja. Yoga yang melihat itu langsung mendekatinya.

“Lo kenapa?” tanya Yoga pada Alfa.

“Lo tau kalo Aga masih hidup?” Satu pertanyaan yang membungkam Ale maupun Yoga.

“Gue bertemu Aga. Pertemuan dengan cara yang sama seperti setahun yang lalu,” lanjut Alfa.

Yoga melirik Ale dan juga Rio. Mereka ikut mendekat.

“Gue juga baru tau, Al. Lion bilang kalo Aga udah gak ada, ternyata dia berusaha nyembuhin Aga dari koma yang ia alami akibat kecelakaan itu. Tiga bulan yang lalu Lion baru mengajak Aga kembali. Ia belum mengingat siapa-siapa. Perlahan Aga mulai belajar mengingat semuanya dan dua hari yang lalu Aga minta datang ke kota ini.” Ale menceritakan semua dengan suara lemah.

Mereka berempat pergi dari bandara. Di perjalanan, semua diam dengan pikirannya masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang