Rumah Alfa tampak ramai dengan banyak tamu. Acara keluarga yang diadakan berlangsung lancar tanpa hambatan. Semua terlihat senang, saling bercanda dan temu kangen bagi yang sudah lama tidak berjumpa.
Aga berada di tengah ramainya keluarga Alfa. Ia selalu di samping Alfa karena merasa canggung dengan tamu yang lain. Sesekali Anisa dan juga Rio ikut bergabung menemaninya.
Suasana baru mulai terasa sepi saat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Para tamu satu persatu mulai berpamitan.
Aga mendekati Alfa setelah sebelumnya diajak Thalita untuk menyalami para tamu yang ingin berpamitan.
"Al," panggil Aga.
Alfa yang sedang berbicara pada Rio dan Anisa pun menoleh.
"Sini gabung!" ajak Alfa.
"Sini, Ga!" Rio ikut memanggil Aga.
"Iya Kak, sini aja biar aku nggak cewek sendiri," ajak Anisa pula.
Aga menghampiri mereka kemudian duduk di samping Alfa. Mereka melanjutkan obrolan yang sebagian besar Anisa tidak mengerti. Obrolan lelaki katanya.
"Al, udah malem nih," ujar Aga tiba-tiba.
Alfa menoleh ke sampingnya, "Gue tau, kenapa?"
"Anterin gue pulang," rengek Aga sambil menarik lengan Alfa manja.
"Di sini aja!" balas Alfa enteng.
"Alfa, nggak mau! Gue mau pulang, gue tadi kesini nggak pamit bunda, nanti kalo bunda nyariin gimana?" Aga tetap merengek dengan wajah sesedih mungkin
"Nggak pa-pa," Alfa semakin cuek.
"Alfa, nanti bunda khawatir." Aga terus meyakinkan.
"Gak akan,"
"Alfa, gue mau pulang ke rumah, gue ngantuk."
"Disini juga rumah, dan lo bisa ke kamar kalo ngantuk."
"Al, ayo dong anterin gue pulang!" Aga kembali merengek.
Alfa pura-pura tidak mendengarnya. Ia kembali fokus pada Rio dan Anisa.
Aga semakin kesal. Ia berdiri dan hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Baru satu langkah, Aga sudah berhenti karena tangan Alfa menariknya.
"Mau kemana?" tanya Alfa datar.
"Pulang," balas Aga dengan suara kesal.
"Sama siapa?"
"Siapa aja yang mau,"
"Nggak akan ada yang mau,"
"Ya udah gue bisa pulang sendiri,"
"Gue nggak ngijinin,"
"Gue nggak minta ijin sama lo,"
"Lo nggak akan bisa kemana mana sebelum gue ngasih ijin!"
"Alfa, ini semakin larut dan gue mau pulang. Kenapa sih lo nggak ngasih ijin gue pulang? Lo nggak kasihan apa kalo bunda nggak bisa tidur mikirin gue?"
"Bunda nggak akan khawatir sama lo,"
"Tau dari mana lo?"
"Tau aja,"
"Ihh, Alfa ngeselin." Aga menghempaskan tangan Alfa kemudian kembali duduk dengan dengan wajah kesal.
Alfa tersenyum melihatnya. Inilah yang Alfa mau, Aga duduk di sampingnya. Rio yang sedari tadi menjadi penonton hanya bisa geleng-geleng, sedangkan Anisa menahan tawanya.
Kedua sepupu Alfa itu sudah hafal dengan sikap Alfa, tapi mereka tidak sedikit pun berniat menolong Aga.
"Tadi udah gue ijinin sama bunda, malem ini lo nginep sini," ucap Alfa tiba-tiba.
"Hah?" Aga menatap Alfa bingung.
"Ngantuk 'kan? Ayo ke kamar,"
"Tunggu deh, lo ngijinin gue sama Bunda?" Alfa mengangguk, "dan bunda ngasih ijin gitu aja?" Alfa kembali mengangguk, "dasar bunda, seneng pasti lihat anaknya sengsara."
"Waahhh, Kak Aga nginep ya?" tanya Anisa senang, "tidur sama Anisa aja, Kak!"
Alfa menatap Anisa tidak suka, "Siapa lo?"
"Kak Alfa, Nisa kan cewek jadi kak Aga pasti tidurnya lebih nyaman kalo sama cewek. Masa mau tidur sama kak Alfa sih, 'kan nggak mungkin."
"Aga tidur di kamar gue,"
"HAH??"
Tiga orang yang berada di sana terkejut mendengar ucapan Alfa.
"Lo tidur dimana?" selidik Rio.
"Di kamarlah, masa iya gue tidur di kamar mandi " jawab Alfa enteng.
"Ihh, Kak Alfa, masa tidur sekamar sih 'kan belum halal?" kata Anisa dengan wajah polosnya.
"Biarin aja, dari pada tidur sama lo."
Thalita menghampiri mereka saat mendengar suara perdebatan yang tak kunjung usai.
"Ada apa ini?" tanya Thalita.
"Itu, Oma, masa kak Alfa ngajak kak Aga tidur di kamarnya," Anisa mengadu.
"Oh iya, Aga nginep sini ya? Kamu tidur di kamar Alfa ya, Ga." ucap Thalita.
"Eh, kok malah nyuruh Aga tidur di kamar Alfa sih, Oma?" tanya Rio bingung dan diangguki Anisa.
"Kalian 'kan tau kamar tamu sedang diperbaiki, kamar yang lain juga kalian tempati, kalo bukan di kamar Alfa mau tidur dimana lagi?" jelas Thalita.
"Tapi Oma, mereka tidur sekamar dong?"
"Kata siapa?"
"Kan Oma bilang gitu?"
"Oma bilang, Aga tidur di kamar Alfa,"
"Berarti sama Alfa 'kan, Oma?"
"Bukan,"
"Terus?"
"Alfa tidur sama Rio,"
Semua mengangguk mengerti. Alfa berdiri dan menarik Aga untuk ikut berdiri.
"Alfa ke kamar dulu, Oma!" pamit Alfa pada Thalita.
"Iya,"
Aga hanya tersenyum kemudian mengikuti Alfa yang masih menggenggam tangannya.
Mereka menaiki tangga menuju kamar Alfa di lantai dua. Mereka berhenti saat sampai di depan pintu berwarna putih. Alfa membuka pintu dan menarik Aga masuk.
"Bersihin badan kamu dulu setelah itu tidur! Udah hampir tengah malam,"
Alfa memberikan sepasang baju santai dan Aga menerimanya sebelum melangkah ke kamar mandi.
Alfa keluar kamar menuju kamar di sebelah kamarnya. Ia pun membersihkan diri di kamar itu. Setelah selesai Alfa kembali ke kamarnya.
Alfa membuka pintu dan melihat Aga yang sudah selesai dari kamar mandi dan sedang duduk di tepi ranjang.
"Mau langsung tidur?" tanya Alfa.
Aga mengangguk.
Alfa tersenyum, "Ya udah gue temenin sampai lo tidur."
Belum Aga protes, Alfa sudah memaksanya berbaring. Alfa menarik selimut untuk menyelimuti Aga hingga dada. Setelah itu ia mengusap puncak kepala Aga lembut dan mengecupnya sekilas.
"Tidur, mimpi indah. Aku tetap di sini sampai kamu bangun."
Perasaan Aga menghangat, ia mulai memejamkan mata dan Alfa tetap berada di sampingnya.
'Berada di sampingmu membuatku nyaman hingga aku lupa apa tujuanku sebenarnya.'
Agatha Vallery Clarisa
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
Teen FictionJika kehadiranmu sebagai penyembuh dari lukaku, maka kemarilah aku akan memelukmu erat dengan semua cinta yang ku punya! - Nathaniel Gio Alfaro Aku pahit seperti obat, tapi aku bisa menyembuhkan lukamu jika kamu menerima kehadiranku. - Agatha Valerr...