A-12

84 9 0
                                    

Rasa itu mulai tumbuh. Rasa yang bisa membuat seseorang seperti orang gila. Rasa yang selalu membawa bahagia. Namun juga bisa membawa luka.

Alfa tampak ceria hari ini. Rio yang sedari tadi melihatnya pun merasa penasaran akan perubahan sikap Alfa belakangan ini. Ia mendekati Alfa untuk menjelaskan rasa penasarannya.

"Lo sehat 'kan, Al?" tanya Rio.

Alfa menoleh menatap Rio, "Sejak kapan gue gila?"

"Gue lihat sih sejak hari ini," jawab Rio cengengesan.

Alfa berdiri dan berjalan menjauhi Rio. Rio yang melihatnya langsung berlari mengejar.

"Al, tunggu! Lo mau kemana sih, tumben jamkos lo mau keluar? Biasanya di dalam kelas mulu ngelamunin masa lalu."

Alfa tidak menghiraukan celotehan Rio. Ia terus berjalan dan berhenti saat sampai di taman sekolah. Ia duduk di bangku yang disediakan, menghadap ke arah lapangan. Rio yang baru tiba langsung duduk di sebelah Alfa.

"Lo ngapain ngikutin gue?" Alfa melirik sinis sepupunya itu.

"Biasa, kepo!" Rio menoleh menghadap Alfa dengan menunjukkan cengiran khasnya.

Alfa mendengus kesal, tapi ia tetap membiarkan Rio di sebelahnya. Alfa menyandarkan punggungnya dengan nyaman kemudian memandang lurus ke arah lapangan.

"Yo," panggil Alfa.

"Ape?" jawab Rio cuek.

"Lo percaya kalo cinta itu bisa datang walau hanya dalam waktu singkat?" tanya Alfa.

"Hah?" Rio menatap Alfa cengo, "tumben nanya gitu? Lo lagi jatuh cinta?"

"Entahlah, gue belum yakin," jawab Alfa, "tapi gue kembali merasakan kenyamanan itu. Bahkan lebih nyaman dibandingkan saat gue sama Cassy."

Rio melihat Alfa yang masih ceria walaupun mengingat Cassy. Tidak biasa, karena setiap kali Alfa mengingat Cassy pasti ia akan merasa sedih.

"Gue bersyukur lo udah berhasil melupakan masa lalu lo." Rio menepuk pundak Alfa, "gue berdoa semoga perasaan lo sekarang untuk orang yang tepat."

Rio ikut menyandarkan punggungnya dan menatap ke depan.

"Sekarang apa yang bikin lo belum yakin sama dia?" tanya Rio.

Alfa bangkit dari sandarannya, "Gue nggak tau, tapi gue selalu merasa bahagia saat dia di samping gue. Saat dia tersenyum, tertawa ataupun saat dia kesal."

Alfa tersenyum mengingat seseorang. Perasaan hangat selalu datang merayapi hatinya kala ia membayangkan wajahnya.

"Wah lo beneran jatuh cinta nih," celetuk Rio saat melihat ekspresi wajah Alfa.

"Kenapa lo yakin begitu?" Alfa menoleh menatap Rio di sampingnya.

Rio balas menatap Alfa, "Gue cuma lihat dari tingkah laku sama sikap lo aja sih. Belakangan ini lo lebih ceria, lebih banyak tersenyum, dan lo nggak pernah jutek lagi sama orang."

"Emang siapa sih cewek itu?" imbuh Rio yang masih kepo.

Alfa kembali tersenyum, "Kepo lo!"

"Biarin aja, gue kepo juga sama sepupu sendiri!" balas Rio tak mau kalah.

Alfa hanya diam tidak menjawab. Ia kembali menatap ke depan tidak menghiraukan Rio yang berdecak kesal karena sikapnya.

"Ah elo, Al! Gue diem lo cerita, sekarang giliran gue kepo lo malah diem," keluh Rio.

"Kepo lo udah kayak cewek," celetuk Alfa.

Rio menekuk wajahnya kesal. Alfa yang melihat itu hanya tertawa kecil dan tidak menghiraukannya.

"Eh, Al. Gue kemarin lihat Aga pelukan sama cowok, lo tau cowok itu?" ucap Rio tiba-tiba. "Cowoknya keren sih menurut gue nggak kalah sama lo! Tapi Aga sama dia kelihatan lebih serasi aja gitu dibanding sama lo."

Wajah Alfa berubah seketika. Hatinya panas seperti terbakar. Terlihat amarah di matanya. Rio menatap sepupunya itu perlahan.

"Lo lihat dimana?" pertanyaan yang lolos dari mulut Alfa dengan nada kesal menahan amarah.

"Gue lihat di taman sih, waktu itu gue jalan sama Ale terus nggak sengaja aja lihat." Rio mulai bercerita, "Ale juga kenal sama tuh cowok. Kayaknya sih mereka udah akrab banget, mungkin karena mereka udah kenal lama."

Amarah di hati Alfa semakin memuncak. Alfa bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh dari Rio. Tak lama berjalan ia berhenti di bawah pohon rindang yang masih berada di kawasan taman sekolah.

Alfa bersandar pada pohon itu dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Ia mulai mengutak-atik kemudian menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Halo, Ga!" sapa Alfa masih menahan amarah.

"Assalamualaikum, Al!" balas Aga dari seberang.

"Wa'alaikumsalam," jawab Alfa.

"Nah gitu dong! Ada apa nih kok tumben nelfon saat jam pelajaran? Ada hal penting?" cerocos Aga.

"Lo nggak belajar?" tanya Alfa.

"Belajar kok, gue kan anak rajin." Aga membanggakan diri.

"Kok bisa angkat telfon gue?"

"Hahahaha, iya gue ngaku! Gue bolos jam terakhir. Males banget." Aga mengaku, "lo tau nggak sih, jam terakhir gue itu pelajaran fisika. Gue laper jadi nggak bisa fokus. Lagian gue masih mau makan nasi bukan makan rumus."

Alfa diam mendengarkan celotehan Aga. Amarahnya sedikit memudar saat mendengar suara Aga.

"Woy, Al. Lo yang nelfon kenapa lo yang diem sih? Lo masih hidup kan?" canda Aga.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo,"

"Oke silahkan, gue pasti jawab asal bukan pertanyaan rumus aja apalagi pernyataan cinta! Ups, salah." Aga tertawa diakhir kalimatnya.

"Lo kemarin ke taman?" tanya Alfa dingin.

"Iya, lo kok tau sih? Lo 'kan nggak ada disana, yang ada cuma Ale sama Rio. Lo bukan cenayang 'kan?"

Alfa kembali merasa kesal. Ingin rasanya ia memutuskan telfonnya sekarang, tapi ia urungkan saat Aga kembali bicara.

"Eh, Ale sama Rio jadian ya? Wah, keren ya mereka baru kenal beberapa bulan bisa langsung taken. Gue kapan ya?" Aga terdiam setelah mengucapkan itu.

Alfa kaget mendengar ucapan Aga, "Bukannya lo juga udah punya pacar ya?"

"Hah? Kata siapa lo?"

"Rio,"

"Wah gosip tuh,"

"Kemarin yang di taman pas ketemu Rio sama Ale?"

"Ih itu? Itu 'Dia' yang biasa gue ceritain sama lo! Dia bukan cowok gue tau. Ya kali gue pacaran sama dia."

Ada rasa lega di hati Alfa saat mendengar apa yang diucapkan Aga. Senyumnya kembali terbit, wajahnya kembali ceria.

Rio yang sedari tadi mendengarkan percakapan Alfa dan Aga, kini tersenyum di tempat persembunyiannya.

"Gue tau orang yang bikin lo nyaman dan bikin lo move on dari Cassy itu Agatha. Semoga kali ini rasa itu tidak kembali menyakitimu, Al!" harap Rio.


Hati-hati masalah hati, salah letak bisa retak.
Salah tindak berhadiah sesal.

Pipitt
😘😘

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang