A-10

111 11 0
                                    

Alfa masih memikirkan siapa 'dia' yang dimaksud Aga waktu itu. Apakah hanya seorang teman biasa atau seseorang yang sangat berarti untuk Aga?

Entah kenapa Alfa merasa tidak suka dengan 'Dia'. Sudah beberapa minggu Alfa mengenal Aga. Dan tanpa ia sadari hatinya kini benar-benar sudah bebas dari belenggu Cassy.

Ia kini mulai kembali menjadi sosok yang dikenal orang seperti dulu. Adjie, Amanda dan juga Thalita sangat senang melihatnya.

"Al, hari ini ada acara?" tanya Adjie saat melihat putranya menuruni tangga.

"Kenapa, Pa?" Alfa balik bertanya.

"Papa mau ngajak mama dan juga oma kamu ke rumah Rio yang di luar kota. Mereka sedang berada disana untuk acara keluarga. Kamu mau ikut?" jelas Adjie.

Alfa tampak berpikir sejenak sebelum mengatakan keputusannya.

"Al nggak ikut deh, Pa! Al mau jalan-jalan ke rumah asuh, mau nengok adek-adek!"

"Adek-adek apa Agatha?" goda Adjie.

"Papa apaan sih,"

"Al, nanti kalau kamu ke rumah asuh mama titip ini ya!" Amanda menyerahkan satu kantong makanan untuk anak-anak disana dan sebuah paper bag untuk Agatha.

"Ini apa, Ma?" tanya Alfa sambil menunjuk paper bag.

"Itu kasih ke Aga, dia lagi sakit setelah pulang dari sana bersama 'Dia' beberapa hari yang lalu!"

"Aga sakit, Ma? Kok Al nggak tau,"

Amanda tersenyum, "Kenapa kamu harus tau? Dia 'kan bukan siapa-siapa kamu,"

Entah kenapa Alfa merasa tidak suka saat mamanya mengatakan hal itu. Ada yang mengganjal di hatinya kala mamanya mengucapkan hal itu.

"Ya udah, nanti Alfa kasih ke Aga!"

"Kamu mau kesana sekarang apa nanti aja?" tanya Thalita yang baru datang dari arah dapur.

"Nanti aja, Oma! Al masih mager," jawab Alfa.

Setelahnya semuanya melanjutkan kegiatan masing-masing.

***

"Kok lo ngajak gue kesini?"

"Gue mau lo ketemu mama!"

"Mama lo ajak kesini? Ngapain?"

Pemuda itu menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya menceritakan semuanya.

"Beberapa hari yang lalu mama ketemu papa sama istri barunya!"

"APA? Terus gimana?"

"Wanita itu menyakiti mama, entah kata apa yang membuat mama mendadak sakit seperti ini!"

Pemuda itu menunduk sedih, gadis di sebelahnya mengusap pundak pemuda itu untuk menenangkannya.

"Sabar ya, kita pasti bisa melewati ini!"

"Val,"

"Hm?"

"Lo jangan balik ke rumah asuh dulu ya! Saat ini mama sama gue lagi butuh lo banget!"

Gadis itu memalingkan wajahnya tidak mampu menatap wajah sedih pemuda yang sedang bersamanya.

"Gue nggak bisa, Yon! Lo tau 'kan rumah asuh kita belum resmi bisa kita tinggali. Gue harus selesaiin ini semua."

"Jadi lo bakal tetep mainin hati cowok itu?"

"Kenapa lo ngomong gitu?"

"Val, lo nggak sadar? Lo pasti tau 'kan apa yang lo lakuin sekarang ini akan menyakiti hatinya saat dia tau semuanya suatu hari nanti!"

"Tapi ini sudah keputusan yang gue ambil, Yon! Dan gue lakuin ini demi bunda dan adek-adek,"

"Kenapa lo nggak minta uang sama gue atau mama aja, jadi lo nggak akan masuk ke dalam masalah serumit ini?"

"Gue cuma nggak mau...."

"Nyusahin kita?"

Pemuda itu mengacak rambutnya karena kesal.

"Ya udah oke, sekarang lo temui mama! Hibur dan kasih mama semangat, setelah itu gue anter lo balik!"

Gadis itu menuruti dan berjalan menemui sang mama.

***

Alfa sampai di rumah asuh saat siang menjelang sore. Anak-anak langsung berlari menghampirinya. Alfa membagi apa yang ia bawa untuk anak-anak itu, kemudian beralih pada Dian dan Sima yang sedari tadi memandangnya dari jauh.

"Bunda, Kak, ini titipan dari mama!" Alfa menyerahkan sesuatu yang diterima Dian.

"Terima kasih ya, Al!" Dian tersenyum.

"Yang itu buat siapa, Al?" tanya Sima saat melihat masih ada paper bag yang masih dipegang Alfa.

"Oh, ini buat Aga, Kak."

"Yuk kakak anter ke kamar Aga!" ajak Sima yang diangguki Alfa.

Mereka berjalan beriringan menuju kamar Aga. Sampai di kamar Aga, Sima mengetuk pintunya. Tanpa menunggu balasan dari Aga, Sima membuka pintu dan langsung masuk menghampiri Aga yang sedang termenung sendiri.

"Aga," panggil Sima menyadarkannya.

"Kakak!" kaget Aga, "maaf Kak, Aga nggak tau kalo ada kakak."

"Iya nggak pa-pa! Itu ada yang mau ketemu sama kamu," Sima menunjuk arah pintu tempat Alfa berdiri.

"Dia?" tanya Aga.

"Bukan Ga, dia nggak kesini! Tapi itu Alfa."

Aga menunduk sedih. Alfa melihat itu, ingin rasanya ia langsung bertanya siapa sebenarnya 'Dia'. Karena setiap kali orang terdekat Aga menyebut 'Dia' Aga selalu berekspresi  lebih. Tapi Alfa tidak menuruti rasa penasarannya. Ia hanya takut hal itu akan mengganggu kenyamanan Aga.

"Masuklah, temani Aga! Dia sedang sedih," kata Sima.

Alfa mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. Ia berjalan mendekati Aga perlahan. Ia meletakkan paper bag yang sedari tadi ia bawa di atas nakas yang berada di samping ranjang Aga.

"Ga, lo nggak pa-pa 'kan?" tanya Alfa hati-hati.

Aga menoleh menatap Alfa kemudian tersenyum, "Gue nggak pa-pa kok, Al! Makasih udah kesini."

Setelah itu suasana kembali hening. Aga sedang tenggelam dalam pikirannya, dan Alfa bingung ingin memulai pembicaraan dari mana.

"Ga, gue kesini mau ngajak lo jalan! Lo mau 'kan?" hanya kalimat itu yang terlintas di kepala Alfa.

Aga menatap Alfa, "Jalan kemana?"

"Emm, beli es krim mungkin!"

Mata Aga langsung berbinar saat mendengar kemana Alfa akan mengajaknya. Ia langsung berdiri mengambil baju dari lemarinya dan berlari ke kamar mandi. Setelah beberapa menit, Aga keluar dengan pakaian yang lebih rapi. Setelah sedikit menempelkan bedak di wajahnya, Aga langsung menarik Alfa keluar.

"Bunda, Aga mau jalan sama Alfa!" teriak Aga.

Tanpa menunggu jawaban, keduanya langsung masuk ke dalam mobil. Setelah melihat Aga siap, Alfa langsung menyalakan mobilnya dan melaju keluar area rumah asuh.


Hidup itu pilihan, entah jalan mana yang akan kau pilih.
Dan disetiap jalan itu tidak mudah, maka kau harus siap menghadapi apa pun yang akan terjadi, karena itu adalah jalan yang kau pilih.

Pipitt
15 April 2019

😘😘

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang