Alfa berjalan beriringan dengan Aga di sebuah toko buku. Alfa mengantar Aga untuk membeli beberapa buku. Aga sedang membutuhkan buku untuk keperluan tugas kelompok. Tadinya Aga berencana pergi bersama Ale, tapi mendadak Ale ada urusan yang tidak bisa ia tinggal. Tidak sengaja Aga meminta Alfa untuk menemaninya dan tanpa ia duga sebelumnya, Alfa bersedia mengantarnya.
"Al, tumben lo mau gue ajak ke toko buku? Biasa lo pasti nolak dengan berbagai macam alasan?" ucap Aga tanpa melihat Alfa.
"Nggak pa-pa lagi pengen jalan aja. Lagian juga nggak tega gue sama lo," Alfa mengakhiri kalimat dengan tertawa kecil.
Aga menatap Alfa kesal, "Gue bisa sendiri kok, udah sana lo pulang aja!"
Alfa terkekeh melihat wajah kesal gadis di sampingnya. Alfa menarik ujung hidung Aga karena gemas.
"Lo itu nggak cocok tau pasang wajah kayak gitu,"
Aga melepaskan tangan Alfa dari hidungnya, "Alfa, sakit tau! Lo kira apaan main tarik-tarik aja."
"Lagian gemes banget gue liat lo gitu,"
Aga memukul lengan Alfa kesal. Alfa yang menerima pukulan hanya tertawa. Ia memegang tangan Aga, berusaha menghentikan gerakan Aga.
"Maaf deh!"
Aga berbalik mengalihkan pandangannya dari Alfa. Aga berjalan menjauhi Alfa, tapi Alfa langsung menarik tangannya hingga terpaksa Aga menghentikan langkahnya.
"Nggak mau nih maafin gue?"
Alfa perlahan mendekati Aga, kemudian tiba-tiba Alfa memeluk Aga dari belakang.
"Alfa!" jerit Aga tertahan karena ia ingat sekarang masih berada di tempat umum.
"Kalo masih nggak mau maafin, nggak akan gue lepas!" ancam Alfa.
"Iya, iya gue maafin. Lepasin dong! Tempat umum tau, dilihat orang nggak sopan." pasrah Aga.
Alfa melepaskan pelukannya tapi tangannya kini beralih menggenggam erat tangan Aga. Jari jemari mereka menyatu seperti sepasang kekasih.
"Sekarang senyum dong, jangan manyun mulu." ujar Alfa.
Aga menampilkan senyum manisnya, "Iya deh, tapi lo jangan nyebelin lagi kayak tadi."
Alfa balas tersenyum, "Iya. Ya udah yuk mau cari buku apa?"
"Emm, buku buat tugas ini udah ketemu, tapi gue pengen beli novel," kata Aga.
"Ya udah ayo," ajak Alfa sambil menarik tangan Aga.
"Eh, tapi nggak jadi deh!" kata Aga tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Alfa bingung.
"Uang gue nggak cukup," Aga tersenyum, "tadi uang hasil patungan gue sama Ale cuma cukup buat beli ini doang."
Alfa menghembuskan nafas sejenak, "Ya udah, kita pilih novel yang lo suka! Setelah itu kita pulang, gue ada acara di rumah."
"Eh, kalo gitu kita langsung pulang aja 'kan lo ada acara! Lagian gue juga nggak bisa bayar kalo mau pilih novel."
"Lo berisik banget sih, gue bilang kita pilih novel ya ayo pilih!" Alfa menarik kembali tangan Aga.
"Tapi 'kan, Al, gue nggak bawa uang. Lo mau bayarin emang?" Aga berusaha menyamakan langkahnya dengan Alfa.
"Iya gue bayarin asal lo nggak berisik!"
Aga menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Alfa ikut berhenti dan menatap Aga.
"Lo beneran?" tanya Aga dengan wajah memelas.
"Iya gue beneran,"
"Wahh, Alfa baik banget." Aga langsung meloncat memeluk Alfa.
Keaadaan Alfa yang belum siap membuatnya tubuhnya sedikit terdorong ke belakang.
"Makasih ya, Al! Sayang deh sama Alfa," ucap Aga yang masih dalam pelukan Alfa.
"Gue lebih sayang sama lo, Ga." batin Alfa menjawab.
"Ya udah, jadi pilih apa pulang nih?" goda Alfa.
"Eh, jadi dong! Enak aja mau pulang, udah nawarin juga. Kapan lagi coba gue dibeliin novel oleh seorang Alfa."
Aga berlari meninggalkan Alfa menuju rak yang menyediakan novel. Alfa tersenyum melihatnya, perasaannya menghangat melihat senyum ceria Aga.
Alfa berjalan menyusul Aga dan ikut melihat-lihat buku yang tertata rapi di rak. Sambil memilih novel, sesekali Alfa mengganggu Aga hingga membuat Aga kesal, tapi mereka segera baikan kembali.
Alfa dan Aga terus melihat dan memilih novel dengan bercanda. Tanpa sepengetahuan mereka, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi mereka dari balik rak. Wajahnya tampak kesal, tangannya meremas tali tasnya erat.
"Gue kira setelah kejadian itu lo akan terpuruk, Al, tapi ternyata gue salah. Lo bahkan terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Seharusnya lo frustrasi atau bahkan bunuh diri setelah kejadian itu, Al, bukan tertawa lepas seperti ini." batin orang itu.
Ia menghempaskan tangannya kasar. Perasaannya mendadak badmood. Ia sudah lupa dengan tujuannya pergi ke toko buku. Ia berbalik dan meninggalkan toko buku itu dengan perasaan kesal.
"Gue nggak akan biarin lo bahagia, Al! Karena sejak kejadian itu lo sudah merusak semua yang udah gue rencanain. Sekarang lo harus menerima akibatnya. Mulai detik ini gue nggak akan biarin lo atau orang-orang di dekat lo tersenyum. Gue janji, lo dan semua orang terdekat lo akan menerima pembalasan dari gue. Kalian semua harus merasakan apa yang gue rasakan setelah kejadian itu! Tunggu gue, Al!"
Orang itu benar-benar keluar dan meninggalkan toko buku. Aga yang sudah selesai memilih buku mengajak Alfa ke kasir untuk membayar.
Alfa mengeluarkan beberapa lembar uang seperti yang sudah disebutkan oleh kasir. Setelah itu, mereka keluar dari toko.
"Ikut ke rumah ya? Lagi ada acara kumpul keluarga." ajak Alfa saat sudah menjalankan mobilnya.
"Nggak deh, Al! Gue 'kan bukan anggota keluarga, masa ikutan sih, kan malu," tolak Aga.
"Udah nggak pa-pa, ikut aja!" paksa Alfa.
"Tapi--"
"Gak ada penolakan lagi."
Alfa langsung menjalankan mobilnya menuju arah rumahnya. Aga hanya bisa pasrah. Ia lebih memilih mengikuti omongan Alfa dari pada harus melihat marahnya Alfa.
'Karena bahagia dan rasa sakit itu selalu berjalan beriringan, maka jangan terlalu berlebihan mengungkapkannya.'
Pipitt
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
Teen FictionJika kehadiranmu sebagai penyembuh dari lukaku, maka kemarilah aku akan memelukmu erat dengan semua cinta yang ku punya! - Nathaniel Gio Alfaro Aku pahit seperti obat, tapi aku bisa menyembuhkan lukamu jika kamu menerima kehadiranku. - Agatha Valerr...