Dan akhirnya hari Sabtu datang.
Sabtu ini libur. Aku jadi malas bangun pagi. Ponselku bergetar berkali-kali sejak jam 8 tadi pagi dan sekarang sudah hampir jam 9. Aku melirik ponselku. 7 panggilan tak terjawab dari Willdan. Baru aku mau mengirim pesan padanya dan bertanya ada apa, dia sudah menelponku lagi.
"Hallo" kataku dengan suara bernada malas.
"Astaga ini perempuan. Baru bangun ya? Perempuan macam apa kamu ini, jam segini baru bangun." Nada suaranya terdengar menjengkelkan di telingaku.
"Perempuan imut, manis, setia, ngangenin.... Lagian ini libur. Mumpung libur Will."
"Dih. Mandi sana cepetan."
Aku melirik jam tangan di sebelah kasur. "Udah di Gambir?" tanyaku.
"Belum. Masih di jalan. Nanti sore dari stasiun aku langsung ke kos kamu ya."
"Hmm.. oke."
"Ya udah, mandi gih sana."
"Iya.."
Dan sambungan telpon pun berakhir. Aku cuma bisa tersenyum.
Aku cek pesan whatsapp lainnya. Aiden baru saja membalas chatku semalam yang menanyakan apa kegiatannya di hari Sabtu.
"Lagi di sekolah de, ada apa?" Balasan singkat itu membuatku bingung harus membalas apa. Karena memang tidak ada apa-apa. Aku cuma ingin mengobrol dengannya dan tau aktivitasnya.
Jadilah aku tidak membalas pesannya.
**
Hari ini terasa cepat berlalu. Tidak terasa sekarang sudah jam 3 sore. Dan barusan Willdan menghubungiku, dia sudah di stasiun Bandung dan meminta alamat kosku.
Tapi belum sampai tiga puluh menit, dia sudah menelponku lagi.
"Aku udah di depan. Yellow Truck?"
"Oke. Aku ke situ."
Aku menutup telpon dan berjalan lebih cepat. Begitu sampai, aku menemukannya berdiri sambil bersandar di gerbang sebuah kafe. Refleks aku tersenyum saat melihatnya tersenyum. Aku menghampirinya.
"Tunggu mobil ya bentar." Katanya sambil menarikku agar lebih dekat dengannya.
Dia melingkarkan tangannya di pinggangku lalu tanpa rasa sungkan sedikitpun dia meletakan dagunya di puncak kepalaku.
"Udah lama nunggu?" tanyaku berusaha biasa saja. Padahal sebenarnya aku kaget juga dia bersikap begitu.
Sambil tetap dalam posisinya, dia bergumam "Hm.. barusan."
Aku menggeliat melepaskan diri darinya. Dia membiarkanku lalu tertawa pelan.
"Kita mau ke mana?" tanyaku.
"Ke tempat makan daerah Pascal aja ya." Jawabnya sambil memainkan rambutku.
Aku cuma mengangguk.
Ada bagian dari diriku yang merasa senang saat dia datang mengunjungiku. Tapi ada bagian diriku yang lain seolah mengatakan kalau aku seharusnya tidak bertemu dengannya. Ada sekilas rasa bersalah juga kesal. Aku marah pada diriku sendiri.
Untuk Aidenku.
Hei sayang, aku rindu. Tidakkah kau merasa begitu? Tidakkah kau ingin bertemu denganku? Aku tau jarak ini membatasi. Mungkin kehadiranku bukan prioritas bagimu. Mungkin permintaanku untuk saling bertemu melepas rindu merupakan gangguan bagimu.
Jangan marah. Dia hanya pelampiasan rinduku padamu.
(Selamat membaca.......... mohon maaf kalau ada salah pengetikan.. Semoga berkenan....^^)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ E N D ] Bandung dan Kenanganku Tentangmu
RomancePertama dan terakhir kali. Waktu tidak bisa berdetak mundur. Hari itu memang tidak akan pernah terulang. Tidak akan. Tapi kenangan hari itu tidak akan pernah hilang. . Jam 20.15 Dia berdiri dan menarik tanganku. "Ayo pulang. Kamu harus udah sampe ko...