Bagian 14

148 11 0
                                    

10.30

Aku berdiri di depan gang kosanku, menunggu Willdan datang sambil bermain ponsel.

"Lama banget." tulisku dalam ruang chat Willdan.

"Sabar cantik. Macet." balasnya cepat.

Aku menghembuskan napas panjang. Sebenarnya aku malas bertemu dengannya hari ini. Entah kenapa. Tapi aku sedang tidak ingin melihatnya. Moody. Kemarin aku ingin lama-lama bersama dengannya. Sekarang aku malas melihatnya.

Kalau dia Aiden, pasti berbeda rasanya.

Ahhhh Aiden.. dia senang sekali menyiksaku dengan rindu.

Aku kembali melirik jam tangan. Baru lima menit berlalu. Tapi rasanya sudah lama sekali.

Sesaat kemudian, Willdan menelpon. "Di mana Cha?"

"Di depan gang. Yang kemaren."

"Oke, aku udah mau sampe. Langsung naik ke mobil aja ya. Udah telat nih."

"Iya.."

Dia menutup telponnya. Dan tak lama aku melihat mobil putih melambat. Willdan membuka kaca jendelanya. Hari ini dia tidak menyupir sendiri.

"Kebaktian mulai jam berapa?" tanyaku begitu aku duduk dan menutup pintu mobil.

"Jam sebelas." Katanya kalem

"Ini udah mau jam sebelas. Jauh ga dari sini?" 

"Deket. Cuma macet." katanya lagi.

"Bisa setengah jam ini mah sampe gerejanya." Kata sang supir dengan logat sundanya yang khas.

"Iya ya kang." Willdan mengomentari. "Padahal kita udah berangkat jam 10 dari rumah." Katanya menambahkan.

Aku diam saja. Aku sedang malas berkomentar. Macet.. Ya sudah.. Lalu aku bisa apa.

Moodku tidak terlalu baik hari ini.

"Kamu kenapa sih? Cemberut terus." Bisik Willdan di telingaku.

Dia melingkarkan tangannya di bahuku. Aku diam saja, aku juga tidak menoleh ke arahnya atau membalas perkataannya.

"Kamu marah ya aku jemputnya telat?"

"Engga.." jawabku kalem.

"Terus kenapa? Ribut sama cowok kamu?" tanyanya lagi.

"Engga juga.."

"Lah, terus kenapa? Aneh ih kamu mah."

"Lagi ga mood aja.." jawabku akhirnya.

"Ya kenapa? Kan pasti ada alesannya."

"Ga ada alesan. Cuma lagi ga mood."

Willdan mulai kesal bertanya padaku. Dia hanya menghembuskan napas berat lalu membiarkanku.

Aku tidak marah padanya.Tidak ada masalah dengannya atau Aiden. Aku hanya merasa kalau.. ini seharusnya bisa jadi hari Minggu yang menyenangkan andai Aiden yang datang. 

Ke gereja bersamanya tentu akan meninggalkan kesan yang lebih mendalam kan. Itu yang selalu aku inginkan. Bersama-sama berdoa. Bersama-sama saling mendoakan. Bersama Aiden.

Teruntuk Aidenku.

Sayang, aku cemburu dengan semua temanmu. Aku cemburu dengan semua orang di sekitarmu. Aku cemburu karena mereka bisa setiap hari melihatmu. Setiap hari mendengar suaramu. Setiap hari berbicara denganmu. Setiap hari beraktivitas bersamamu.

Sayang, aku bahkan akan mencemburui ponselmu. Karena dia selalu ada bersamamu. Kau butuhkan dan selalu kau genggam.

Sayang, aku rindu. Begitu besar rindu ini untukmu sampai-sampai langit biru terasa kelabu. Hambar tanpa awan putih.

Sayang, aku rindu. Sejauh apakah jarakku dan jarakmu? Sungguhkah kita belum bisa bertemu?



(Author galau yang updatenya makin seloww... Moody.. Maafkan... semoga menyenangkan... salam literasi...... vote yaaa biar Author semangat lanjutin sampe akhir...)


[ E N D ] Bandung dan Kenanganku TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang