Bagian 16

160 12 5
                                    

13.40

Sepulang gereja, kami mampir ke sebuah tempat makan yang tak jauh dari kampusku. Sebenarnya aku ingin makan di tempat lain. Di tempat yang agak jauh dari lingkungan kuliahku. 

Bukannya apa, aku bosan ada di sekitar sini. Yang kuingat saat duduk di tempat makan ini adalah tugas kampus yang menumpuk.

Karena biasanya aku datang ke sini bersama teman-teman kuliahku untuk makan siang di akhir pekan sambil mengerjakan tugas.

"Kenapa maksa ke sini sih?" tanyaku pada Willdan setelah kami duduk di salah satu sudut ruangan.

"Ga apa2, biar deket sama kos kamu, jadi pulangnya bisa jalan kaki." Katanya sambil tersenyum penuh arti.

Aku tidak menanggapinya lagi.

"Emang kenapa? Kamu maunya ke tempat makan yang jauh? Biar lama di jalan kena macet? Biar lama sama akunya? iya?" tanyanya kemudian. Nada menggodanya membuatku kesal.

"Makan di sini tuh ingetnya tugas kampus." gumamku akhirnya.

"Ya itukan kemaren. Setelah hari ini, kalau makan di sini ingetnya aku." Willdan memiringkan kepala dan tersenyum. Aku cuma meliriknya. 

"Jangan pernah makan di sini sama cowok kamu ya.." Lanjutnya lagi.

"Suka-suka aku ih." 

"Iya deh suka-suka kamu. Terserahlah." Willdan akhirnya memalingkan wajahnya dariku. Membuka ponselnya dan tidak berkomentar lagi.

Aku memperhatikan sekelilingku. Tidak ada satupun yang ku kenal. Teman-temanku pasti pulang ke kotanya masing-masing mengingat ini adalah libur panjang.

Aku membuka ponselku. Mencari chat Aiden. Dia sama sekali tidak menghubungiku. Dia bahkan akan menghilang begitu saja kalau aku tidak mencarinya duluan. Aku kadang berpikir, apa aku masih jadi prioritasnya? Apa aku punya arti baginya.

Aku tidak ingin membandingkannya dengan siapapun. Aku hanya merasa..dia.. entahlah.. aku merasa tidak penting. Kurasa kehadiranku tidak penting untuknya.

Padahal dia penting untukku.

Sangat penting. Entah dia tau atau tidak. Entah dia sadar atau tidak. Tapi bagiku, Aiden adalah salah satu tujuan akhirku.

Melihat tawamu, mendengar senandungmu

Terlihat jelas di mataku, warna-warna indahmu

Menatap langkahmu, meratapi kisah hidupmu

Terlihat jelas bahwa hatimu

Anugerah terindah yang pernah kumiliki..

Sepenggal lagu mengalun dari live band yang sedang tampil dan itu mengalihkan perhatianku. Dan tanpa sadar aku tersenyum. Lalu berpikir, alangkah bahagianya kalau Aiden menganggapku seperti itu. karena aku menganggapnya begitu.

Aiden, adalah salah satu anugerah yang kusyukuri. Walaupun belakangan ini dia terasa begitu jauh. Begitu dingin. Begitu berbeda terhadapku.

Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri kami. "Maaf teh, kang, buru-buru ga? makanannya baru siap 30 menit lagi. Ga apa-apa?" katanya dengan nada sopan dan agak menyesal.

Willdan menatapku sekilas dan aku hanya mengangguk. "Iya, ga apa-apa teh, kita ga buru-buru." Jawabnya ramah.

Pelayan itu meminta maaf sekali lagi lalu pergi setelah mengucapkan terima kasih karena kami bersedia menunggu.

"Cha, tunggu bentar ya. Aku ke belakang bentar." 

Aku cuma tersenyum mengiyakan, lalu kembali memperhatikan si penyanyi yang sekarang sudah mengganti lagu. Aku tidak begitu mengenal lagunya. Jadi aku tidak begitu bisa menikmati.

Ponselku bergetar.

Stevanni. Teman SMAku yang memang tinggal di Bandung. Dia memang sering menghubungiku dan beberapa kali mengajak bertemu, hanya saja kami belum juga menemukan waktu yang pas untuk bertemu.

"Kapan bisa ketemu? Sekarang aku masih di Jakarta." katanya saat aku bilang halo.

"Ya ampun ni anak. Nyapa dulu napa." Kataku sambil tertawa.

"Iya iya sorry. Abis kangen banget.. pas kamu di Bandung aku malah lagi di Jakarta. Sekarang aku kerja di Bekasi. Cuma ini lagi pelatihan di Jakarta. Senin sore aku balik ke Bandung. Kita ketemuan ya." Katanya dengan satu tarikan napas.

"Iya, nanti kita ketemu ya... Kamu telpon aku aja." Jawabku kalem.

"Kamu sampe kapan di Bandung?"

"Sampe bulan depan."

"Sebentar ya."

"Iya.. tapi nanti juga masih bolak balik Bandung."

"Oh.. ya lagian aku juga udah jarang di Bandung sih, paling weekend aja."

Kami terus mengobrol dan cukup lama. Aku baru sadar kalau Willdan lama sekali. Sampai aku mengakhiri telponku yang hampir lima belas menit, dia belum juga kembali.



(Akhirnya up, thanks buat orang-orang yang menginspirasi Author hari ini wkwkwk, mendadak di tempat kerja dapet inspirasi buat lanjut. Kalau ada yang kenal dan tau cerita sesungguhnya, selamat membaca. Inilah yang terjadi hari itu, saat Author ga ada di kosan hahaha.. Makasi Pooh (temen satu kos) yang udah dukung tulisan ini hahaha. Lanjut....sampe akhir ya....loph loph)


[ E N D ] Bandung dan Kenanganku TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang