Bagian 15

162 11 0
                                    

11.20 kami baru sampai di gereja. 

Parkiran yang penuh dengan mobil membuat kami semakin lama berputar-putar di area halaman. Akhirnya kami turun di dekat pintu belakang.

"Yu cepetan, udah mulai." Kata Willdan sambil berjalan cepat di depanku.

Aku berusaha mengikutinya, berusaha mengimbangi kecepatan langkah kakinya yang lebar. Sadar aku agak tertinggal, akhirnya Willdan memelankan jalannya.

"Udah mau selesai kayaknya." Kataku sambil menyusul dan berjalan di sampingnya.

"Belum, baru mulai jam 11." Jawab Willdan kalem.

"Ini udah mau setengah 12." 

"Ga apa-apa." 

Sesampainya di pintu utama, Willdan kembali mempercepat langkahnya. Kami menaiki tangga menuju lobi dan masih harus menaiki tangga lagi untuk menuju ruang ibadah.

"Di mana?" tanyaku saat mengekornya menaiki undakan menuju lantai dua.

"Di lantai tiga. Yuk cepetan." Willdan mengulurkan tangannya dan menggandengku. Setengah berlari, kami menaiki puluhan anak tangga menuju lantai tiga.

Dan akhirnya sampai.

Tempat duduk paling belakang justru sudah terisi penuh. Kami terpaksa berjalan terus ke depan, karena deretan kursi depanlah yang kosong.

"Capek?' Tanya Willdan sambil tersenyum saat melihatku mengatur napas.

Aku cuma menoleh padanya, tersenyum sekilas.

Ibadah sudah hampir berjalan setengahnya. Kami berdoa, lalu mulai mengikuti proses ibadah tanpa bicara satu sama lain.

Tetap saja pikiranku sekilas tertuju pada Aiden. Andai dia yang duduk di sebelahku sekarang.

12.30.

Ibadah selesai.

"Kita makan ya." Katanya sambil kembali menggandeng tanganku agar kami tidak terpisah. Jalan menuju tempat parkir benar-benar padat. Bukan hanya karena kendaraan tapi juga lautan manusia yang baru saja keluar gedung dan selesai ibadah.

"Kamu pulang hari ini?" tanyaku.

"Iya.. Kenapa? Aku ga boleh pulang?" katanya balik bertanya sambil tertawa.

"Bukan.. Kalau mau pulang ya sok pulang aja." gumamku pelan.

"Minta cowok kamu dateng. Kan besok sama selasa libur."

"Iya.."

"Jangan cemberut terus."

"Iya.."

"Iya iya aja kamu mah. Ga dilakuin."

"Ngeselin ih."

"Kamu itu yang ngeselin." Katanya sambil mencubit pipiku.

Kami berjalan menuju parkiran belakang. Mencari mobil Willdan yang entah diparkir di mana.

"Tadi kamu berdoa apa?" tanya Willdan tiba-tiba.

"Kenapa emang? Mau tau aja."

"Engga.. Soalnya tadi aku liat kamu berdoa serius banget. Sampe matanya basah."

Aku cuma melihat padanya lalu menjulurkan lidah. Aku tidak akan menjawabnya.

"Aishh kebiasaan nih anak."

"Suka-suka."

"Iya aku suka."

"Apa ih.." Aku memukul lengannya.

Willdan tertawa. "Apa sih.. Aku suka godain kamu maksudnya. Bikin kamu marah. Aku suka."

"Bodo amat." kataku akhirnya.

"Ih ngaku. Iya kamu emang bodo.." balasnya. Dan aku mencubit pinggangnya.

"Kamu suka banget sih nyubit pinggang kau. Geli tau. Nyubit pinggang cowokmu mah ga bisa sih ya, otot semua gitu."

"Iya dia mah rajin olahraga, makanya bodynya oke. Ga kayak kamu."

"Dih.. ya bagus aku lah. Aku lucu, karena ada lemak lebihan makanya kamu bisa cubit aku. Bikin kamu bahagia kan itu.."

Aku cuma menatapnya. Dasar. Dia tidak mau kalah.

Tapi dia ada benarnya.. Kadang keanehan dan kekonyolannya menghiburku. APapun yang aku lakukan, dia tidak pernah marah.

Kalau Aiden.. Jujur saja, aku masih agak berhati-hati saat bersikap di depannya.

Semoga seluruh aku yang aku miliki bisa sepenuhnya Aiden terima. Tanpa aku khawatir kalau dia tidak suka..


Teruntuk Aidenku.

Doaku untukmu?

Sepertinya kau sudah tau.

Semoga kau juga turut mengaminkannya untukku.



(Dan akhirnya update lagi.... setelah sekian lamaaaa..... Selamat membacaaaaa... Salam Literasi.... Terimakasih atas kunjungannyaaa... Jangan lupa vote dan share yaaaaah.. loph loph loph dari author yang masih suka gaje kalau soal nulis)

[ E N D ] Bandung dan Kenanganku TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang