Bagian 5

1.7K 229 22
                                    

Kurasa aku harus melupakan sejenak keinginan untuk membalas Yael. Sebab, saat ini mood Saga yang tak kunjung membaik itu lebih perlu kuperioritaskan terlebih dahulu.

Usai Yael melarikan diri dengan penuh drama, Saga menghampiri mejaku. Manarik tanganku dan menuntun ku mengikutinya ke lantai atas cafe.

Aku sengaja tak melawan atau bertanya sebab tak mau menarik lebih banyak perhatian pengunjung.

Dia, mendudukkan aku ke salah satu kursi di ruang istirahat mereka. Meletakkan kedua tangannya ke atas bahuku. "Lane, katakan apa terjadi. Apa kau sungguh berkencan dengan anak itu?" Tanpa rasa sungkan sedikitpun ia langsung bertanya.

Aku mengangkat kepalaku, menurunkan tangannya perlahan tanpa menunjukkan rasa terganggu padanya. "Tidak mungkinkan?" Kemudian aku menyadarkan kepalaku ke dada Saga.

"Lane..." Suara Saga yang memanggil namaku terdengar lebih lembut, kedua tangannya yang masih kugenggam membalas genggaman tanganku.

Akupun tersadar, segera menarik diri. Merutuki perilaku tak jelasku. "Aku tak mungkin tertarik pada mahluk merepotkan seperti itu." Berusaha membawa kembali alur percakapan kami.

Saga merasa lega, ia menghela napas. "Ah, jadi begitu. Anak itu masalahnya." Kemudian dalam sekejap raut wajahnya berubah menakutkan. Sorot matanya begitu tajam dan dingin, membuatku bergeridik takut.

Kesan yang mendalam dan singkat. "Aku akan menolongmu, Lane." Hilang sekejap bersama dengan bisikan kalimat yang hangat.

Ia telah melepaskan genggaman tanganku. Membawa kedua lengannya untuk meraup tubuhku. Memberi sebuah pelukan yang tak dapat kutolak. Kepalanya ia letakan di bahu kananku. Menyembunyikan wajahnya di balik punggungku hingga aku bertanya-tanya, apa raut wajahnya masih sekejam tadi?

Di sisi lain. Kehangatan tubuhnya diluar dugaan begitu nyaman. Mesti tahu pelukan antar sesama laki-laki bukan hal yang normal, tapi tak sedikitpun aku berniat untuk mengakhirinya.

Mungkin karena terbawa suasana, atau mungkin karena itu Saga... aku malah membalas pelukannya. "Kau berada di pihakku saja sudah cukup." Membelai punggungnya.

Selanjutnya, secara mengejutkan, Saga menarik kepalanya yang tersandar, memindahkannya ke depan wajahku dan menciumku.

Ah, tunggu dulu... "Kau menciumku!? Kenapa?" Aku kaget, refleks mendorongnya.

"Pikiran sendiri, menurutmu kenapa?" Saga terlihat sama seperti biasanya, bersikap begitu tenang tak terbaca.

Lalu dia tersenyum, senyuman jahat yang tak pernah kulihat sebelumnya. "Itu PR-mu, Lane. Yang penting sekarang adalah anak itu. Aku tak akan diam membiarkan dia menganggumu seperti itu. Aku akan menolongmu, tak peduli kau mau atau tidak." Daripada ingin menolong, sikapnya seolah-olah menunjukkan bahwa ia begitu ingin menghancurkan Yael.

Aku terdiam, berpikir keras. Menerka-nerka apa yang telah Yael lakukan pada Saga hingga dia begitu mendendam. Tapi setelah berpikir selama satu menit, aku menyerah.

Tak mau repot terlibat dalam masalah pribadi mereka, aku segera menegaskan pada Saga. "Sungguh tak perlu, aku tak mau terlibat hal menyusahkan." Tegas, singkat dan serius.

Kemudian aku berdiri, menepuk bahunya pelan. "Mengerti?" Berjalan ke arah pintu dan berniat kembali ke kampus.

Saga mengeyit, mengusap dagunya tampak berpikir. Lalu ia berbalik badan mengikutiku berjalan ke arah tangga. "Kau memang tak pernah membuatku bosan, Lane." Aku bingung akan jawabannya, juga dengan ekspresi wajah riang yang amat bertolak belakang dengan beberapa menit sebelumnya.

Selanjutnya kami berpisah seperti biasanya, akupun berjalan menuju ruanganku dengan pikiran yang penuh. Merasa seolah-olah aku telah melupakan suatu hal yang penting. Tapi apa itu?

Honey Traps [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang