Bagian 18 [END]

2.4K 205 28
                                    

Aku menarik koperku menuju ke terminal kedatangan, berjalan sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku mencari Profesor Karl yang berjanji akan datang menjemputku. Pria tua itu sudah pensiun bulan lalu dan posisinya di universitas akan diberikan padaku. Studi ke luar negeri itu ternyata merupakan syarat untuk mendapatkan posisi tersebut. Aku baru tahu beberapa bulan lalu saat ia menghubungiku untuk menandatangani beberapa dukumen peralihan.

Untuk pertama kalinya, aku sadar kalau ada orang yang tulus di sisiku. Aku merasa bodoh, tak bisa melihat kebaikan seseorang dan malah terobsesi dengan orang yang tak layak untuk kuperhatikan.

Dua tahun selama studi itu kugunakan dengan baik. Selain untuk belajar, aku juga menjalani sejumlah terapi untuk menyembuhkan obsesiku yang berlebihan dan tampaknya itu cukup berhasil. Terbukti dari diriku yang sudah tak lagi memikirkan tentang Saga. Apa pun yang tersisa darinya hanyalah kenangan dan pengalaman untuk kutinggalkan di belakang.

Ah, itu dia. Orang yang kucari sedang mengobrol dengan seseorang di depan pintu masuk. Tepat di depan mobilnya, baru saja turun dari kursi penumpang.

Buru-buru aku berjalan menghampirinya, menepuk bahunya untuk menyapa. "Prof, apa kabar?" ucapku. Di saat itulah, mataku melebar. Menemukan sosok yang tak terduga di kursi pengemudi, seseorang yang kukira tak akan pernah kutemui lagi.

"Oh, Lane. Ya ampun, kami datang terlambat rupanya." Aku tak terlalu mendengarkan apa yang Profersor serukan. Aku hanya diam terpaku dipeluknya. Mataku tertuju lurus pada Yael yang sedang tersenyum padaku.

"Prof, kenapa datang dengannya?" tanyaku, masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Semua orang tahu Yael pembawa masalah dan tak ada satu pun dosen yang mau berbaik hati menghabiskan waktu dengannya.

"Profersor Karl, mobil di belakang klaksonin tuh. Cepat masuk!" di saat yang sama, Yael memberitahu.

"Oh iya. Ayo masukan barang bawaanmu, kita bicara di jalan," balas Profesor Karl. Selanjutnya ia membantuku memasukkan barang-barangku ke dalam mobil. Dan saat aku sadar, mobil sudah melaju dengan lambat meninggalkan bandara.

Aku duduk sendirian di belakang, menatap lurus ke depan memerhatikan wajah bahagia Yael yang selalu terlihat tolol. Profesor yang duduk di sebelahnya terlihat amat santai, tak terganggu sama sekali. Seolah mereka telah menghabiskan begitu banyak waktu bersama hingga begitu dekat.

Yael membalas tatapanku dengan senyuman nakalnya, terpantul jelas dari kaca yang berada di depanku. "Kaget ya? Atau terharu karena aku masih ingat dengan Bapak? Ah, tapi sekarang aku harus memanggilmu Profesor Lane," tanya Yael. Dilanjutkan dengan omongan yang tak kumengerti.

"Aku menyuruhmu belajar dengan rajin, selesaikan skripsi dan wisuda dengan baik. Lalu apa yang kau lakukan saat ini? Masih berkeliaran di kampus?" Aku tak percaya dengan isi kepalanya. Padahal aku sangat yakin kalau dia sudah menyerah dan mengerti dengan perkataanku waktu itu. Jangan bilang kalau sampai sekarang dia masih saja jadi mahasiswa abadi.

"Jangan marah-marah Lane, Yael sudah berusaha dengan baik. Dia wisuda di tahun yang sama denganmu dan sekarang dia menempati posisimu," jelas Profesor Karl. Pria tua itu berbicara dengan suara yang pelan, sangat santai hingga aku tak yakin dengan apa yang kudengar.

"Yap! Itu benar. Aku sudah wisuda dua tahun yang lalu, pergi ke perusahaan ayahku dan memulai karirku. Aku mendengarkan semua yang Bapak suruh, kupikir dengan begitu Bapak akan memilihku. Soalnya ternyata aku tak bisa menyerah begitu saja." Yael sungguh jadi dewasa? Dia benar-benar bekerja dengan baik? Entah kenapa aku merasa terharu. Mengetahui ada yang benar-benar mendengarkanku, menghargai keputusanku dan menungguku tanpa kuminta.

"Sayangnya semua tak berjalan dengan baik dan sekarang Yael kembali ke kampus," sambung Profesor Karl.

"Hah?" bingungku.

Honey Traps [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang