Bagian 7

1.7K 190 14
                                    

Aku datang pada Saga, sengaja menunggu di pintu belakang cafe hingga mereka tutup. Saga yang baru akan mengunci pintu terkejut, dia segera menarikku masuk ke dalam.

"Apa yang kau lakukan, Lane?"

Kupeluk erat pria itu, dengan kedua lenganku menahan tubuhnya saat ia mencoba mengendurkan pelukan kami. Menyembunyikan wajahku, aku tak ingin ia melihat sisi burukku. Tak ingin Saga menemukan sedikit saja sisi jelekku.

"Kenapa kau menunggu di sini? Biasanya kau akan masuk dan menungguku sambil makan."

Pertanyaan cemas itu tak kujawab, aku hanya mempererat pelukanku, menengelamkan kepalaku di lehernya. "Biarkan aku tetap seperti ini, kumohon.." mengucapkan sesuatu yang egois.

Saga tak bertanya lagi setelah itu. Seakan mengerti apa yang kuinginkan, dia membalas pelukanku. Kedua tangannya ia lingkarkan di leherku. Bermain di rambutku hingga aku sendiri yang melepaskan pelukan kami.

Aku menatapnya datar seolah tak terjadi apapun, mengulurkan tangan kananku, mengusap wajahnya. "Terima kasih, sekarang aku merasa lebih baik." Saga memejamkan matanya, mengenggam tanganku yang menyentuh wajahnya.

Saga meremas tanganku yang sedari tadi ia genggam, menciuminya. Lalu ia membuka matanya, menatapku tajam, begitu mendalam hingga tanpa sadar aku menahan napasku. Selanjutnya, ia mendekatkan wajahnya, menarik tanganku hingga terhempas ke arahnya.

"Kali ini kubiarkan, tapi lain kali aku akan marah jika melihat dirimu seperti ini lagi." Suaranya begitu berat, begitu menekan, sekaligus begitu memabukanku.

"Saga.." saat aku sadar, bibirku memanggil namanya. Tanganku yang bebas meraih bibirnya, mengusap perlahan permukaan tipis berwarna merah tua itu. Kemudian, aku mendekatkan tubuhku. Mendorong tubuhnya hingga bersandar pada dinding.

Kubuka bibirnya dengan jemariku, menatap bola matanya yang terpantul jelas diriku di dalamnya. Kumasukan lidahku, menjilati rongga mulutnya. Menarik keluar jariku, kemudian melumat habis bibirnya. Mataku menatap pada matanya, spontan.. Saga menutup matanya, melarikan diri dari tatapanku.

Dia membalas ciumanku, melingkarkan kedua tangannya di pinggangku. Sementara kedua tanganku telah berpindah ke punggungnya, meraba permukaan bidang itu. Aku tak pernah tahu bahwa mencium seorang laki-laki bisa begitu mengairahkan.

Setelah beberapa lama, aku menghentikanya, menarik tubuhku sedikit menjauh. Saga membuka matanya, menjatuhkan kedua tangannya. Dia menatapku, menunggu entah apa, tak berkata apapun hingga aku yang lebih dulu memulai percakapan.

"Kalau begitu, aku pulang dulu." Lebih tepatnya, aku berpamitan untuk pulang.

Aku berjalan ke pintu, meraih engsel pintu untuk membukanya. Namun di saat yang sama, Saga juga melakukan hal yang sama, hanya saja ia mencoba menutup pintu itu.

Saga berdiri di belakangku, dadanya disandarkan pada punggungku. "Tunggu aku, aku akan segera mengunci semua pintu dan berganti pakaian." Kurasa ia ingin kami pulang bersama.

Aku diam sebentar, lalu mengangguk setuju. "Kalau begitu, aku tunggu di luar." Saga baru melepaskan tangannya setelah itu. Dia tersenyum seperti biasanya, "Oke. Bawa ini." Dia menyerahkan jaketnya padaku, lebih ke dipakaikan padaku, menambah lapisan kain pada tubuhku yang sudah dilapisi berhelai-helai material yang sama.

Rasanya hangat, tercium aroma parfum yang biasanya dia pakai. Herannya, aku tak terganggu sama sekali. Membiarkan aroma tubuh orang lain menempel padaku. Saga memang luar biasa, dia membuatku bisa menoleril begitu banyak hal yang kubenci.

Setelah mengunci pintu terakhir, Saga menghampiriku. Dia mengambil tanganku, berjalan di sampingku sambil bergandengan tangan seolah normal bagi dua orang laki-laki dewasa untuk melakukannya.

Honey Traps [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang