13::Move On, Chell!!::

16 4 0
                                    


"Jika kamu belum bisa menerima kenyataan,itu artinya kamu masih menyayanginya. Jadi, jangan salahkan dia jika hatimu tak hentinya sakit, karena kamu sendiri yang menciptakan rasa sakit itu. Lupakan saja perlahan,akan ku bantu."

                                                                                         :v


Michell mengunci pintu kamarnya, sejak pulang dari taman itu dia tak keluar dari kamarnya hanya untuk sekedar makan. Mamanya tak hentinya mengetuk pintu kamar Michell, jkhawatir jika anaknya itu sakit lagi gara-gara tidak makan seharian.

"chell, makan malam udah siap nih" ujar Ima pada anaknya dengan sedikit berteriak

"iya ma, Michell makan nanti aja, belum laper" balas Michell ikut berteriak dari dalam kamarnya

"yaudah, mama sama Tasya makan duluan" ucapnya seraya meninggalkan kamar anaknya

Michell masih sibuk merapikan tempat tidurnya yang berantakan akibat ulahnya sendiri. Dia tak hentinya mengumpat dalam hati karena kesal sendiri.

"hish, ngapain juga coba gue nangis. Bego banget deh gue" ucapnya mendumel setelah beberapa saat merapikan tempat tidurnya.

Ia duduk di tepi kasur dan mengecek ponselnya yang belum dibukanya sejak tadi. Sesaat setelah menghidupkan ponselnya, banyak sekali notifikasi dari Diwan terutama, dia yang paling banyak member notifikasi. Dan ada beberapa notifikasi dari Firdi dan Hilya, isinya hanya permintaan maaf yang Mmichell anggap angin lalu.

Tiba-tiba panggilan masuk menginstrupsi kegiatan Michell. Tanpa basa basi, ia menggeser tombol hijau pada ponselnya

"halo, kak maaf ya, baru cek hape" ucap Michell to the point

"lo ngapain aja sii dikamar?! Nangis?! Ngapain lo nangisin cowok kea gitu?!" Emosi Diwan terdengar dari ponsel Michell

"ya gimana ya kak, gue tuh ngerasa kea dikhianatin sama temen gue sendiri, kea di tikung lah" jelas Michell pada Diwan

"kalo lo nangisin itu,artinya lo masih sayang sama cowok brengsek itu. " ucap Diwan yang ,e,buat Michell bungkam

"udah ah,gak ada gunanya ngomong sama orang patah hati,jangan lupa makan lo" peringat Diwan sebelum akhirnya dia memutuskan sambungan

"emang iya gue masih sayang sama si Firdi" ucap Michell dengan ponsel masih di telinganya

"tapi, gue gak bisa terus kea gini, gue bakal lupain semua persaan gue sama dia" ucapnya lagi kali ini ia meletakkan ponselnya di atas nakas,lalu meninggalkan kamarnya untuk mencari makan

"laper juga ternyata, untung mama sama Tasya udah kelar makan, jadi mereka gak bisa liat mata bengkak gue" syukur Michell saat sampai di meja makan

Dia mulai menyantap makanannya dengan lahap

"tumben makan banyak" terdengar suara seorang perempuan paruh baya dari belakangnya

"eh- i-iya ma, kan Michell laper" jawab Michell gugup

"kamu ini Chell, kayak mama baru kenal aja, mama tau kali alasan kamu makan banyak" mamanya duduk disamping kanan Michell

"hmm" ucap Michell tak henti menyuap nasinya ke mulutnya

"cerita sama mama kalo ada masalah" Ima menatap Michell lembut

"enggak ada kok ma" elak Michell sambil menundukkan kepalanya

Be Patient,it's All OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang