05:: Pesan::

26 11 0
                                    

Ichi mencari bundanya di dapur, namun ia tak menemukan bundanya berada di sana. Diwan memutuskan untuk duduk di sofa sejenak.

Ichi pergi ke kamar bundanya yang kebetulan berada di lantai bawah, Ichi membuka pintu perlahan dan menyembulkan kepalanya

"Bun?" Panggil Ichi namun tak mendapat jawaban,ia memasuki kamar bundanya dan terkejut melihat bundanya yang tak sadarkan diri di depan lemari baju

"Bunda!!" Teriak Ichi " Kak!! Kak Diwan,bunda pingsan kak!! Panik Ichi

Diwan yang mendengar teriakan Ichi langsung berdiri tegak dan berlari menuju kamar bundanya

"Astagfirullah,bunda kenapa ini!" Ucap Diwan cemas sambil menaikkan bundanya ke kasur.

"Kakak telfon dokter dulu ya" pamit Diwan pada Ichi

"Ayah mana sih, cepet amat perginya" gerutu Diwan sambil mencari kontak dokter pribadi keluarganya. Setelah menemukan kontak itu,langsung saja Diwan menelefon nomor itu.

"Halo,selamat sore dok. Dok cepet dateng kerumah ya, bunda saya pingsan." Ucap Diwan to the point

"Baik, 15 menit lagi saya sampai." Balas sang dokter di telefon.

"Iya terima kasih dok, selamat sore" Diwan mematikan sambungan secara sepihak dan pergi ke dapur untuk mengambil air hangat dan handuk kecil lalu kembali ke kamar sang bunda.

Ichi menggenggam tangan bundanya erat, Diwan melihat Ichi haru.

"Chi,kakak mau kompres bunda. Kamu minggir dulu ya" ucap Diwan menyadarkan Ichi.

Ichi mundur beberapa langkah memberi jalan untuk kakaknya. Dia memperhatikan kakaknya yang sedang memeras handuk kecil sampai handuk itu diletakkan di dahi bundanya.

"Bunda kok bisa pingsan sih kak?" Cicit Ichi sambil memeluk Diwan

"Mama gak papa Chi,paling cuma kecapean aja, gak usah sedih gitu, doain aja mama baik-baik aja" saran Diwan pada adik satu-satunya itu.

"Iya kak" jawab Ichi sambil mengusap air matanya yang sudah di pelupuk mata.

Beberapa detik kemudian, dokterpun datang dan langsung memeriksa bunda mereka.

"Gimana dok?" Tanya Diwan tak sabar.

"Bunda kamu cuma kecapean aja, beliau butuh istirahat biar bisa beraktivitas lagi" ucap sang dokter menjelaskan

Diwan dan Ichi bernapas lega karena tidak terjadi apa-apa pada bunda mereka.

"Kalau begitu saya pamit, jangan lupa buat kasih tau ke bunda kalian biar rutin minum vitamin" ucap sang dokter kemudian berjalan keluar dari kamar tersebut.

Ichi naik ke kasur bundanya dan memeluk bundanya erat, tak lama bunda mereka sadar. Diwan menyuruh Ichi melepaskan bundanya agar pernafasannya lancar.

"Bunda...." rengek Ichi. Diwan memperhatikannya

"Maafin Ichi yaa, selama ini Ichi bikin bunda capek" ucap Ichi sambil kembali memeluk bundanya

Ichi anak yang baik, dia mudah merasa bersalah,namun ia juga keras kepala. Dia anak yang penurut dan juga friendly. Ayah, bunda, maupun Diwan tak pernah memanjakan Ichi. Jika ia dibawakan es krim oleh Diwan, maka Ichi akan memanggil Diwan dengan sebutan abang. Karena jika Ichi membeli es krim  sendiri pada penjual es krim keliling Ichi memanggil pedagang itu dengan sebutan abang juga. Seolah Diwan adalah sang abang penjual es krim.

"Bukan salah Ichi kok sayang" jawab bundanya tersenyum dan mengusap rambut Ichi.

"Maaf ya,bunda belum masak. Jadi kalian terpaksa malam ini beli di luar" lanjut bunda mereka.

Be Patient,it's All OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang