18:: Setitik Harapan::

9 2 0
                                    



"Terima kasih, karena selalu ada disaatku terpuruk dan tak mampu untuk bangkit."

Diwan mengajak Michell pulang setelah matahari tenggelam, tentu saja kedua insan itu sangat bahagia. Namun, tak lama setelah memasuki halaman rumah, Michell melihat Tasya yang menangis di depan pintu dan suara bising dari arah kamar orang tuanya.

Michell berlari dan memeluk Tasya erat, tak menumpahkan air matanya seperti saat itu. Diwan hanya bisa diam dan ikut memeluk Tasya.

"gue mau ke dalem dulu" ucap Michell seraya berdiri

"jangan Chell, nanti lo kena pukul bokap lo" cegah Diwan menarik lengan Michell
"gak, gue harus ke dalem sekarang, kasian mama gue" Michell mlepaskan tangan Diwan lalu berlari ke dalam rumah

Diwan menggendong Tasya dan membawanya ke rumahnya. Lalu setelah berbicara pada bundanya ia kembali ke rumah Michell

Dari halaman rumah Diwan bisa mendengar suara Michell yang berteriak meminta papanya berhenti memukuli sang mama.

Benar saja, saat dia masuk ke dalam rumah Diwan melihat Michell menahan tangan papanya.

"Kamu tuh kerjanya cari masalah terus!!!" bentak laki-laki yang dipanggil papa oleh Michell, yang kemudian menghempas Michell.

Gadis itu meringis kesakitan, kepalanya terbentur sangat keras pada tembok kamar. Perlahan pandangannya mengabur, namun ia masih dapat mendengar papanya yang semakin membentak sang mama. Sebelum menutup rapat matanya,dia menatap nanar kearah Diwan yang membopongnya dengan raut wajah khawatir

Diwan sampai dirumah sakit, dan Michell langsung di tangani oleh dokter. Diwan sangat khawatir, dia menghubungi teman-teman Michell agar cepat kerumah sakit.

Tanpa menunggu lama, teman-teman Michell datang bersamaan.

"Michell kenapa?" Tanya Farras yang begitu khawatir, memang Farras pernah menyukai Michell dulu, wajar saja jika dia mengkhawatirkan perempuan yang menjadi sahabatnya itu

"kepalanya kebentur tembok, di dorong ayahnya" Diwan menjawab tenang walaupun sebenarnya ia sangat khawatir dengan keadaan kekasihnya

"orang tua Michell mana?" Tanya Farras yang heran karena tak melihat orang tua sahabatnya

"tadi mereka masih berantem di rumah, coba lo susulin sama Adit" suruhnya pada teman-temannya

"yaudah, gue sama Adit kerumah Michell dulu" pamit Farras yang diangguki oleh Diwan

"yok Dit!!" Farras menarik Adit sedikit kasar

Dalam perjalanan Farras terus memaki-maki entah pada siapa, Adit yang berada disampingnya tak bisa menenangkannya karena sahabatnya itu terlihat sangat emosi.

"tenangin emosi lo deh Ras" setelah bosan mendengar Farras akhirnya dia membuka suara

Farras mulai tenang saat mulai memasuki pekarangan rumah Michell. Dari tempatnya saja sudah terdengar teriakan dan makian dari dalam

Mereka berlari dan Farras langsung menahan papa Michell yang akan memukuli mama sahabatnya itu

"om tenang om!!!" ucap Farras sedikit berteriak, namun Arya terus memberontak ingin lepas

"om!! Michell dirumah sakit gara-gara om!! Om sadar ga sih, itu anak om lagi sakit!!" Farras terus mengucapkan kalimat yang membuat Arya terdiam

"tante gapapa?" disisi lain Adit membantu mama Michell bangkit

"Michell gapapa kan?" Tanya Ima linglung

"Michell gapapa kok tante, dia udah ditangani sama dokter" jawab Adit menenangkan

Be Patient,it's All OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang