8

792 69 17
                                    



*Spesial cover pake foto Kai hehehe*


Gadis bersurai ombre kuning itu melangkahkan kaki ke ruang studio dimana Park Chanyeol –si lelaki idaman semua wanita- latihan untuk penampilan spesial di SBS Gayo Daejun.


"Selamat siang, apakah semua sedang beristirahat?" tanyanya sambil menyondongkan kepalanya ke dalam studio dengan tubuh yang masih terjaga di depan pintu.

Semua pandangan tertuju kepada siapa yang berbicara barusan. "Ah tidak. Ada perlu apa, Seulgi Unnie?" tanya Rose kepada wanita yang tak lain adalah Seulgi.


Seulgi tersenyum. "Aku membutuhkan Chanyeol Oppa. Bisakah aku pinjam sebentar?" pinta Seulgi seraya membenarkan posisi berdirinya.


Orang yang dimaksud lekas berdiri dan memasang raut malas. Ia langkahkan kakinya keluar ruang studio dan berlalu bersama Seulgi. Seulgi tersenyum kepada semua orang yang ada di dalam studio seraya mengikuti pergerakan Chanyeol.

"Jihyo," panggil Rose.


"Ya?"


"Menurutmu, apakah Chanyeol Oppa dan Seulgi Unnie cocok?" tanya Rose dengan topik yang sedikit random.

Mata gadis lawan bicara Rose tentu langsung membulatkan matanya. "A-apa maksudmu?"

"Belakangan ini banyak fans dan para idol yang membicarakan mereka. Entah kenapa mereka suka tertangkap berdua oleh paparazzi," terang Rose dengan antusias. Mungkin dari sini terlihat bahwa Rose suka menggosip ketika waktu luang.


Jeongyeol hanya menguping sambil membaca novel. Maklum, ia memang kutu buku.


Nafas Jihyo mulai naik turun karena mendengar berita yang tidak mengenakan. "Oh. Aku belum tahu soal itu. Apa iya?" ia sebisa mungkin merespon dengan tenang karena akan menimbulkan berbagai pertanyaan dari Rose.


"Iya, begitulah. Tapi menurutku mereka cocok," ujar Rose masih dengan emosi yang sama, antusias dengan sebuah gosip. "Apa kau akan nge-ship mereka berdua juga?"


"Entahlah, tapi apapun yang terjadi sesama idol kita harus saling mendukung bukan?" jawab Jihyo memancarkan senyum yang menutupi rasa sedihnya. Atau cemburu?

Tak lama Chanyeol kembali dan segera mengajak rekan-rekannya untuk mulai latihan lagi karena coach Kim sudah akan sampai di ruang studio.

Fokus Jihyo terbagi kemana-mana. Tetapi, ia tidak mau menjadi seorang idol yang tidak profesional. Maka, otaknya bekerja lebih dominan agar fokus kepada pekerjaan, bukan masalah perasaannya.


***


Jihyo menuruni anak tangga gedung SM karena kebetulan lift sedang mati akibat serangan Thanos (bercanda, intinya mati hehe). Entah kenapa ia tidak merasa lelah sama sekali, tapi cenderung tidak mood.

"Jihyo, kau mau pulang?" sapa seseorang tepat dihadapan Jihyo ketika Jihyo sudah sampai di anak tangga terakhir. Jihyo mendongakkan kepalanya dan sedikit terkejut siapa yang datang.

"Iya," jawab Jihyo seadanya. Tentu kondisinya sedang tidak baik saat ini.


Si penerima jawaban Jihyo peka bahwa lawan bicaranya sedang ada sesuatu. Inisiatifnya muncul tiba-tiba. "Apa kau mau jalan-jalan sebentar?"

"Tidak, Kai Oppa. Sepertinya aku akan langsung pulang."

"Sepertinya ada yang berhutang budi atas payungnya tempo hari," ucap Kai dengan nada sedikit bercanda. Jihyo langsung tersigap mendengar pernyataan tersebut sambil berpikir sebentar.


"Baiklah, mungkin aku juga butuh udara segar. Mumpung masih sore juga."

Akhirnya, Kai dan Jihyo berjalan bersama. Tak lupa topi, kacamata, dan masker digunakan dengan baik. Benda tersebut adalah benda keramat untuk melindungi para idol di tengah kerumunan kota.

Kai menyesuaikan langkah kaki Jihyo yang kecil dan sedikit pelan. "Apa kau mau meceritakan sesuatu?"

"Sebenarnya aku tidak apa-apa," dusta Jihyo sambil menyembunyikan kegelisahannya yang masih membara di hatinya. "Daripada itu, aku ingin bertanya."

"Silahkan."

"Apakah agensi SM mendukung adanya hubungan internal antara idol dibawah naungannya?" tanya Jihyo dengan rasa penasaran.

Pria yang diajak berbicara berpikir sebentar. "Hm, sejauh ini kebanyakan memang agensi memperbolehkan sesama naungan SM untuk dating. Ada apa?"


"Aku hanya penasaran."


Kai tersenyum tipis sambil memperhatikan burung di sekitaran jalan yang mereka lalui –menuju alun-alun Seoul-. "Tapi aku berharap, secepatnya akan ada idol yang dating dengan agensi di luar SM."

Jihyo langsung menoleh ke arah Kai tanpa berbicara apapun. "Mungkin aku bisa menjadi salah satunya? Hanya probabilitas saja kok."

Perempuan yang hanya setinggi leher Kai mematung karena memikirkan hal yang lain. Mungkinkah aku dan Chanyeol Oppa bisa seperti itu?

Kai yang menyadari lawan bicaranya tertinggal segera berputar balik dan menarik tangan Jihyo secara refleks. "Ayo, kita duduk di kursi dekat danau. Suasananya damai."

Akhirnya, mereka duduk bersama di kursi kayu panjang yang tepat menghadap ke danau. Burung-burung menghiasi alun-alun. Mereka hinggap dan terbang sesuka hatinya. Orang-orang pun sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang kencan, ada yang bermain, ada yang makan makanan ringan, dan sebagainya.

Diantara Kai dan Jihyo masih diselimuti kesunyian karena Jihyo masih memikirkan banyak hal di otaknya. Sedangkan Kai? Dirinya sibuk melempari makan ikan ke danau entah sejak kapan ia membawa makanan ikan.

"Jihyo," panggil Kai tanpa menoleh ke sebelahnya. Yang terlamun langsung buyar dan sedikit kaku.

"Y-ya? Ada apa?"

"Apakah kau menyukai posisimu sebagai leader?" tanya Kai basa-basi.


"Mungkin. Terkadang aku menyukai posisi tersebut dan terkadang sebaliknya," jawab Jihyo diikuti senyuman tipis.

Kai mengangguk paham. "Aku sebenarnya Once –fans dari Twice- loh, jika mau tahu."

"Hah? Iya? Wah, tidak disangka ya," salut Jihyo dengan raut wajah senang.


"Tebak siapa biasku."

Jihyo berpikir sebentar. "Kau kan suka menari. Mungkinkah Momo?"


"Bukan."

"Si gigi kelinci, Nayeon?"

"Bukan."


"Perempuan kalem tapi lincah, Mina?"


"Bukan."

"Ah, ntahlah. Aku bukan cenayang seperti di permainan Werewolf." Jihyo pasrah kemudian memalingkan lagi wajahnya ke danau. Tetapi masih dengan rasa penasaran.

"Sepertinya leader Twice pantas mempunyai Once sepertiku," terang Kai masih sibuk melempari makanan ikan. Kali ini senyum lebar tergambarkan jelas di wajahnya.


Jihyo yang mendengarnya tidak berkutik. Yang terjadi saat ini hanyalah pipinya memerah. Tanpa sadar ia ikut tersenyum dan memalingkan wajah ke arah lain.


"Sudahlah, jangan tersipu begitu. Kau membuatku bersalah," Kai menepuk-nepuk pundak Jihyo yang sedang sibuk mengigiti kuku ibu jarinya.

Dengan cepat Jihyo menggeleng. "Tidak!" tiba-tiba Jihyo menjawab dengan sedikit keras. "Terima kasih," lanjut Jihyo dengan nada sedikit pelan dari sebelumnya.

"Gadis yang menarik," gumam Kai. Tanpa sadar tangannya mengacak-acak rambut Jihyo pelan. Lagi-lagi pipi gadis itu memerah padam.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Jihyo segera bangkit dari duduknya dan meminta untuk pulang. Kai dengan mudah menuruti permintaan si gadis kecil.

Mereka melangkahkan kaki meninggalkan alun-alun kota Seoul yang belum terlalu sepi.

Seseorang dari jauh menyilangkan tangan sambil menyandarkan tubuhnya ke sebuah pohon besar yang lumayan subur.

"Jadi begitu Kai caramu mendekati seorang wanita? Dasar bodoh," gumam seorang pria yang kemudian memutar bola matanya tanda tidak suka.

It's Just About You and Me (Chanyeol X Jihyo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang