Our Biggest Enemy

79 16 4
                                    

Markas Mshine langsung terasa mencekam atas pengakuan Satria.Jadi selama ini, orang yang paling kubenci ada bersama denganku, ada bersama dengan bang Farel.Satria mahir menyembunyikkan rahasia besar seperti ini.Sialnya, aku telah terlanjur mencintai nya.
"Aku sungguh tidak sengaja, itu kecelakaan", ucap Satria menitikkan air mata.Bang Farel tidak berkata-kata lagi, ia sepertinya sangat terpukul atas pengakuan ini, terlalu banyak rahasia yang terbongkar dalam satu malam.Bang Farel kecewa mengetahui adiknya jatuh cinta pada seorang Xcus, dan ia mempercayai seorang Xcus yang bersembunyi.
"Satria, kenapa kau menyembunyikan ini?, aku kira kau tidak menyimpan rahasia lagi.Aku tidak menyangka aku jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya ku benci", ucapku dengan suara bergetar."Aku telah mengecualikanmu dari deretan Xcus yang kubenci.Aku menganggapmu malaikat, karena hanya kau satu-satunya Xcus yang menolongku.Tetapi kau tidak bisa jujur soal ini, kau menyembunyikannya dan berpura-pura bukan kau yang melakukannya.Kau menyebabkan dendam dihatiku semakin meluap Satria Mahesa!", bentak ku sambil terus terisak.
"Hajar saja dia, aku muak melihat wajahnya", ucapku lagi pada Mshine yang daritadi bengong.
...
Aku berjalan keluar, aku tidak ingin melihat Satria dipukuli.Aku benci, aku cinta.
...
"Mau kemana kau?", tahan Bang Farel saat aku baru akan menaiki motor."Pulang", jawabku singkat."Kenapa kau tidak ikut menghajar penghianat itu didalam?", tanyaku padanya yang terlihat kacau."Dia bukan penghianat Ratu astaga, apa yang kau lakukan padanya?", tanya bang Farel panik.
"Aku menyuruh Mshine memukulinya", jawabku lemas.Bang Farel menggelengkan kepala dan berlari kedalam markas, aku hanya terdiam di luar markas memikirkan apa yang telah aku lakukan salah?
...
"Jangan lukai dia!!", perintah Farel saat melihat Satria sudah terbaring lemas."Bangun bro", bang Farel menjulurkan tangan nya untuk membantu Satria bangkit."Itu kecelakaan, dia menabrak ku sebelum dia masuk Xcus.Tidak ada unsur kesengajaan, aku berhenti jadi pembunuh berdarah dingin", ujarnya.
"Aku memaafkanmu Satria", sambungnya seraya merangkul Satria.
...
Aku berjalan masuk kedalam markas, air mataku sudah mengering sekarang.Saat mata Satria menatapku, aku tak kuasa menahan apa yang aku rasakan padanya, aku berlari untuk memeluknya erat."Maafkan aku Satria", ucapku seraya mempererat pelukanku.Satria balas memeluku dan mengecup pelan puncak kepalaku.
...
Satria memang musuh terbesar kami, tetapi kami bukanlah pembunuh berdarah dingin lagi yang menghajar tanpa ampun.

I'm In Love With A GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang