Aku mengernyitkan dahi karena cahaya matahari menyilaukan tepat saat aku baru membuka mata."Tutup tirai itu Satriaa", keluhku sambil melemparinya bantal guling."Enak ya kau tidur nyenyak, bukanya sekarang abangmu pulang?", jawabnya sambil menyeretku menjauh dari tempat tidur.Aku langsung terduduk mendengar ucapannya yang mengigatkan tentang bang Farel, aku memutuskan untuk bersiap pulang."Kau mau ikut kerumahku sekarang?", tanyaku ceria."Ya boleh sekalia mengantarmu, tetapi naik taksi saja ya.Jika aku pakai motorku, nanti ada yang mengenali", sarannya.Aku menganggukan kepala dan menyiapkan diriku untuk pulang.
...
"Aku tak siap, aku takut", ucapnya saat baru sampai gerbang rumahku.Aku menyeretnya masuk dengan paksa, tak ada alasan untuknya takut pada bang Farel.
"Bang Farel aku pulanggg", teriaku saat memasuki pintu.Bang Farel muncul dari dapur dengan menggerakan kursi rodanya, kakinya masih diperban."Kemana saja kau?", tanya nya khawatir."Aku menginap dirumah teman semalam, karena disini terlalu banyak gangguan dari Xcus.Ini kenalkan, Satria temanku.", ucapku dengan semangat.Bang Farel memperhatikkan Satria dengan tajam, saat seperti inipun dia masih bisa galak pada orang lain."Saya Satria bang", suara Satria bergetar karena dipandangi oleh bang Farel, tetapi ia tetap mengulurkan tangan untuk salaman."Kau, menginap diteman dan ini temanmu yang kau maksud?", tanya bang Farel curiga.Aku menganggukan kepala, dan aku melihat Satria memejamkan mata seperti memberi kode bahwa aku salah bicara."Oh, aku Farel.Bagaimana semalam?", tanya bang Farel sambil menyambut uluran tangan Satria yang sudah menunggu daritadi.Wajah Satria berubah seperti menahan sakit, karena kini tangannya sudah dicengkram erat hingga berbunyi krak oleh abangku itu.
"Bang Farel dan Satria tunggu disini ya, jangan bertengkar.Aku akan membuatkan camilan", ucapku cekikikan sambil berjalan ke arah dapur.Sesekali aku menguping obrolan Satria dan bang Farel di ruang tv yang jaraknya tidak terlalu jauh dari dapur.
"Kenapa adikku bisa ada bersamamu?", tanya bang Farel ketus.
"Emh, dia merasa takut pulang kerumah karena katanya Mshine sedang berkelahi dengan Xcus malam itu, jadi dia tidak ada teman", jelas Satria perlahan."Jangan macam-macam padanya, atau ku bunuh kau", ancamnya sambil terus melemparkan tatapan tajam."Satria, bisa bantu aku", seru ku dari dapur.Satria beranjak ke dapur menemuiku."Tolong bisa jaga pancake ini agar tidak gosong, jika warnanya sudah berubah kau balikan ya, aku akan menyiapkan teh", jelasku."Apa ini enak? boleh aku coba", tanya nya sambil menyiapkan jari untuk menyelupkannya ke saus pinapple yang akan menjadi topping pancake.Aku mencubit tangannya dan menjauhkan saus itu dari pandangannya agar dia tak berani memasukkan jarinya."Kalau begitu yang dipipimu saja", jawabnya sambil menjilat pipiku."Iwwww, menjijikan", aku mengelap pipiku menggunakan tissue beberapa kali.Satria tertawa terbahak-bahak melihat wajahku yang panik.Aku menoleh kebelakang, melihat bang Farel yang memutar balik kursi roda nya ke arah ruang tv.Oh tidak, sejak kapan dia diam didepan dapur?, apa dia melihat adegan menjijikan tadi? Tamatlah riwayatmu Satria, hahahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With A Gangster
Teen FictionMereka menyebutnya panglima tempur, siap berdiri paling depan untuk memulai sebuah pertarungan. Aku benci untuk mengakui bahwa aku adalah adik dari si panglima, yang turut ingin membalaskan dendam. "Ini adalah tentang seorang ratu, yang harus memili...