Permintaan Bunda

8.2K 323 3
                                    

Ujian seleksi jalur beasiswa ini sangat dijaga ketetatannya oleh pihak Universitas. Setiap peserta yang ijin keluar ruangan akan selalu didampingi oleh seorang petugas. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kecurangan dan kerjasama antar sesama peserta. Ujian berlangsung sangat lama. Saat jam menunjukkan pukul 15.00 WIB , Nisa keluar dari ruangan dengan wajah cerah. Tidak ada gurat kesusahan di wajah ayu-nya. Seolah soal yang baru dikerjakannya sudah jadi makanan pokok gadis itu tiap hari. Entah kenapa. Farhan malah menjadi was-was. Perasaannya tiba-tiba campur aduk.

Bagaimana jika Nisa lolos seleksi beasiswa itu? Bagaimana tentang rencana yang sudah disusun Farhan? Bagaimana dengan desakan keluarganya selama ini?

Pertanyaan demi pertanyaan melesak masuk secara paksa di kepala laki-laki itu. Nisa menyadari perubahan ekspresi sang kekasih. Gadis itu menarik kecil lengan kemeja Farhan.
"Kak..."

Sontak Farhan menunduk menatap Nisa yang memiliki tinggi tak sampai lehernya. "Eh. Iya ?"

"Kakak, nih kebiasaan. Kalo aku lagi cerita suka ngelamun sendiri. Ada masalah ya ?"

Farhan tersenyum melihat wajah Nisa yang memberengut bercampur khawatir ketika melihatnya. Menambah presentasi keimutan gadis lugu itu. Dengan gemas, ia mengusap pelan puncak kepala Nisa yang tertutup jilbab syar'i berwarna maroon.

"Duh. Apasih. Lebay banget. Kakak cuma kepikiran sesuatu tadi"

"Kepikiran apa ?" 

Meskipun Farhan telah melangkah menuruni tangga lebih dulu, Nisa tetap setia mengekor untuk menuntut jawaban. Tapi memang sengaja Farhan tidak ingin menjawab segala pertanyaan gadisnya.

"Kak...." panggil Nisa untuk yang kedua kali.

Farhan hanya diam dan tetap berjalan.

"Kalo kakak khawatir aku ga lolos, kakak tenang aja. Aku sekarang udah cukup bahagia kok karena Allah melancarkan urusan Nisa untuk tes beasiswa ini. Ini puncak perjuangan Nisa. Kalaupun akhirnya nggak lolos, nggak papa. Yang penting kan-"

Farhan berhenti melangkah dan berbalik untuk menyela perkataan Nisa.
"Nis. Kakak nggak mempermasalahkan itu. Kakak tau kamu itu cerdas. Tapi ada beberapa urusan, yang belum bisa diceritakan sekarang"

Nisa mengerut heran. "Tentang apa, Kak?"

Bunda yang berjalan di belakang sengaja menjaga sikap diamnya. Ia hanya melihat Farhan dan Nisa bergantian. Ia sangat paham apa yang berkecamuk dalam hati kekasih putrinya tersebut.

"Sudah. Jangan ngobrol di tengah jalan. Peserta yang lain juga mau keluar" Sela Bunda saat beliau melihat Farhan yang enggan menjawab pertanyaan Nisa. Lalu mereka bertiga akhirnya melanjutkan langkah. Nisa berjalan sedikit di belakang Farhan. Ia berjalan berdampingan dengan bunda sembari bercerita tentang tes tadi. Sepertinya gadis itu telah melupakan pertanyaan yang ia lontarkan beberapa waktu lalu...

"Tadi Nisa juga dapet temen baru. Masyaallah, Bun. Dia cantik banget. Udah cantik, pinter, sholihah pula. Dia tadi izin keluar ruangan untuk sholat dhuha. Padahal ujian baru dimulai 2 jam. Kalo Nisa nggak berani. Nisa takut kekurangan waktu. Jadi hari ini Nisa absen sholat dhuha dulu, deh. Nisa benar-benar tertampar bun. Ternyata Iman Nisa belum begitu kuat. Tapi, Bun. Yang lebih masyaallah lagi, dia selesai ngerjain soal bahkan sebelum waktunya.  Waktu liat dia, ada yang berbeda di hati Nisa. Kayak-" Nisa menghentikan ucapannya saat melihat Farhan yang tiba-tiba berhenti di pintu keluar gedung. Ia ingin bertanya tapi tatapannya lebih dulu menangkap sosok gadis bergamis ungu yang berdiri di pinggir lobby. Dengan spontan Nisa melambaikan tangannya ceria "Zulaikha...!"

"Bun. Itu temen Nisa. Yang Nisa ceritain tadi. Ya allah. Nggak nyangka ketemu lagi. Nisa kesana dulu ya bun, kak..."

Tanpa ba bi bu gadis itu berlari menghampiri wanita itu. Sedangkan Farhan. Ia belum sadar dari keterkejutannya....

Nikah Muda (Bukan Perjodohan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang