Farhan berangkat ke kampus dengan wajah lesu. Semangatnya entah kenapa menguap tiba-tiba. Mungkin karena subuh tadi ia tidak menemukan wajah istrinya. Ia rindu...
"Heh ! Assalamu'alaikum !" Suara salam mampir tepat di gendang telinganya. Farhan terlonjak dan mendapati Subhan tertawa dengan tawa patah-patahnya yang khas.
"Tak kueplak lo ndiasmu engko" (tak pukul lo kepalamu nanti)
Farhan berucap dengan nada datar. Dengan wajah yang datar pula. Tak menyiratkan kesungguhan tentang ucapannya barusan.
"Kalo orang salam itu mbok ya dijawab"
"Udah. Di dalem hati" jawab laki-laki itu pendek.
"Nan. Aku manggil kamu itu udah dari jalan masuk fakultas tadi!" Akhirnya Subhan berujar geram.
"Opo iyo? Ora krungu" (apa iya ? Nggak denger)
"Ya gimana mau denger. Kamu jalannya wae udah kaya orang kurang darah"
Mereka berjalan beriringan ke kelas. Farhan dan Subhan ada di jurusan yang sama dan sengaja mengambil kelas yang sama pula saat KRS-an (Kartu Rencana Studi). Farhan tetap acuh saja. Memilih untuk diam.
"Nan. Aisyah itu Aisyah" Subhan menunjuk seorang gadis manis berkacamata. Dengan jilbab lebarnya yang khas. Farhan tak menggubris...
"Nan. Karin itu Karin" Subhan menunjuk gadis bergaya modis yang baru saja melewati mereka. Gadis itu sempat tersenyum tipis yang tidak sengaja Subhan lihat. Tentu saja senyum yang bukan untuk Subhan. Sekali lagi. Farhan tak menggubris...
Ia tau Subhan hanya menggodanya dengan menyebut nama perempuan yang selama ini memang secara terang-terangan menaruh hati padanya. Aisyah adalah pengurus lembaga kerohanian islam fakultas. Pernah mengirim surat khitbah yang ditujukan untuknya. Tapi Farhan tolak secara halus. Karin adalah selebgram yang sudah terkenal di kalangan laki-laki yang tiap pagi siang sore kerjaannya hanya menscroll feed instagram. Bagi Subhan dan Farhan, kegiatan kurang bermanfaat itu sangat mereka hindari bagai wabah penyakit menular. Berbeda dengan Aisyah. Karin secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya dengan mengajak Farhan berbicara face to face di taman kampus. Tentu saja itu termasuk khalwat dan Farhan memarahi Karin karena itu.
Awalnya Karin bilang ia datang bersama temannya untuk menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan hukum islam. Ternyata saat Farhan sampai di sana, Karin sendirian. Ia pun juga sendirian. Memang masih ada orang berlalu lalang di taman. Tapi kan mereka tidak peduli dengan apa yang Farhan dan Karin lakukan.
"Galau, Nan ?" Tanya Subhan lantang.
Farhan menggeram sebentar. " Fokus kuliah, Han!" Jawab Farhan kemudian.
"Oh iyo. Istrimu masih di kontrakan?"
"Stt. Suaramu itu lo Han. Nggak bisa dikecilin?" Farhan menoleh sembari memicingkan mata. Mengingatkan Subhan tentang perjanjian mereka tempo hari.
"Allahu! 'Afwan 'Afwan "
"Kemarin sudah ku anter pulang ke Bogor. Lusa mau tak jemput lagi. Ada interview soalnya"
Subhan melengkungkan bibir tanda mengerti.
Di lain tempat. Tepatnya di RS yang ada di Bogor. Nisa dan Bunda tengah menemui seorang dokter yang biasa ditemui teman bunda untuk konsultasi kehamilan.
"Ada yang bisa dibantu, Bu?"
"Ini. Mau pasang KB dok"
Dokter tersebut tersenyum ramah. "Oh. Bisa. Mari silahkan lewat sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda (Bukan Perjodohan) [END]
Romance[REVISI] 18++ "Maaf Nis" ujar Farhan lirih. Keheningan seperti ini sangat berbanding terbalik dari kehangatan mereka saat pacaran dulu. Ya. Mereka saling mencintai. Bahkan sudah menjalin hubungan spesial sejak kelas 1 SMA. Tapi, kenapa pernikahan i...