Nisa berdiri di samping mobil dengan wajah tertekuk. Hal yang paling tidak disukainya adalah 'dipaksa melakukan sesuatu'. Ia ada di sini karena ultimatum dari Farhan, suaminya...
Ia mengikuti Farhan yang berjalan lebih dulu. 'Ngajak tapi ninggalin' gerutunya dalam hati. Pohon-pohon di sini dihiasi payung warna-warni sehingga menampilkan kesan hangat bagi yang lewat di bawahnya. Nisa melihat ke atas. Jika dipikir-pikir, bukankah payung gunanya untuk melindungi kita dari hujan atau panas? Kalau hanya dibuat hiasan seperti ini bukannya malah mubadzir?
"Duh !" Pekik Nisa saat tubuhnya menabrak sesuatu. Ternyata bukan sesuatu. Tapi seseorang. Dan orang itu memandangnya dengan pandangan menghakimi.
"Iya-iya. Aku yang salah. Maaf" ucap Nisa cepat.
"Kalo jalan itu yang dilihat jalannya, Nis. Bukan malah langitnya. Emang kamu kalo jalan ngambang apa..."
"Aku lagi ngitung payung Kak" kata Nisa dengan telunjuk yang diarahkan ke atas.Kalimat konyol itu membuat Farhan tertawa. Nisa tersenyum malu dan seketika saja melupakan kemarahannya tadi.
"Sini. Biar nggak ilang" tanpa meminta persetujuan, Farhan mengambil tangan Nisa. Menggandengnya selama berjalan. Nisa terkejut, tentu saja. Ia berkali-kali melihat ke arah genggaman tangan mereka lalu ke punggung Farhan. Kemudian pandangannya melihat sekeliling. Ia takut jika orang-orang akan memandangnya jijik jika melakukan adegan seperti ini.
"Ih kak. Malu diliatin orang" kata Nisa dengan berusaha melepas genggaman tangan mereka.
"Loh. Kenapa ? Udah halal juga..."
Gadis itu berpikir lagi. "Nanti orang-orang ngira kita pacaran"
"Siapa peduli katanya orang? La wong orang lain nggak tau kehidupan pribadi kita. Ya biarkan jika mereka mau buat asumsi sendiri. Kamu itu juga aneh. Mikirin kata Netizen, hidup kamu bakal mundur terus. Gaada maju-majunya" Farhan mencolek pipi Nisa gemas.
"Hih. Dikira sabun colek apa" Nisa menghapus bekas tangan Farhan di pipinya. Seketika, Farhan membalas dengan lagak kecewa andalannya "Istriku kejam....."
"Udah-udah. Kita mau kemana nih? Masa dari tadi jalan nggak ada berhentinya" Nisa baru sadar. Mereka sejak tadi hanya berkeliling di taman bermain ini.
"Nunggu nemuin plang tanda 'Stop' " jawab Farhan asal.
"Nyarinya jangan di sini. Ayo ke lampu merah" Nisa menarik Farhan untuk berjalan ke arah sebaliknya. Seketika Farhan menghentikan tangan Nisa "eh eh. Bercanda sayang...."
Wajah masam Nisa sudah menjadi isyarat bahwa waktunya bagi Farhan untuk mengakhiri lelucon ini. "Terserah kamu deh mau kemana. Pilih stand yang kamu suka. Pilih wahana yang pengen kamu naiki"
"Nggak pengen..."
"Lah terus gimana. Naik bianglala mau?"
"Nggak pengen pusing..."
"Wahana air?"
"Nggak pengen basah..."
"Stand boneka?"
"Nggak seru..."
"Ping pong?"
"Nggak bisa..."
"Giant ice cream?" Kata Farhan dengan senyum lebarnya.
Nisa tertawa "Nggak. Giant permen kapas mau..."
"Ya udah. Ayo istriku. Kita cari permen kapas yang besar sampek bisa dijadiin selimut tidur"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda (Bukan Perjodohan) [END]
Romance[REVISI] 18++ "Maaf Nis" ujar Farhan lirih. Keheningan seperti ini sangat berbanding terbalik dari kehangatan mereka saat pacaran dulu. Ya. Mereka saling mencintai. Bahkan sudah menjalin hubungan spesial sejak kelas 1 SMA. Tapi, kenapa pernikahan i...