Kontrakan

7.9K 290 2
                                    

Selama perjalanan, Nisa-lah yang menguasai pemutar musik di mobil Farhan. Berkali-kali mengotak-atiknya. Bahkan tak jarang lagu yang ia putar sendiri di hentikan di tengah-tengah jalan lalu pindah ke lagu yang lain.

"Nyari lagu apa sih, Nis?" Tegur Farhan. Nada jengkel tak bisa disembunyikan dari suaranya.
Nisa menekuk wajah. Lalu menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi. Melirik Farhan dengan mata memicing.

"Kenapa?" Farhan berkali-kali berpindah fokus. Dari wajah istrinya lalu kembali ke jalan.

"Audio Kakak isinya Nissa Sabyan semua. Aku nggak suka"
"Ha. Kenapa? Eh. Nggak boleh gitu ya. Itu lagu sholawatan lo. Jangan sampe jadi orang yang lupa sama Nabi. Masa denger sholawatan nggak seneng?" Farhan heran. Biasanya Nisa juga mendengarkan sholawat jika sedang belajar.

"Aku bukan nggak seneng sholawatnya. Aku nggak seneng gara-gara yang nyanyi itu akhwat. Kakak nggak boleh gitu ya. Mata sama telinga dijaga" kata Nisa menirukan gaya bicara Farhan.

Beberapa saat kemudian Farhan terkekeh. "Aku suka Nissa Sabyan karena namanya hampir sama kaya nama kamu. Jadi bikin keinget terus. Kalo gitu, bikinin lagu dong. Kamu yang nyanyi. Biar nanti bisa aku puter tiap hari"

"Yang bagus itu suara siapa, yang disuruh nyanyi siapa..." Nisa memutar mata jengah.

"Aku tau suara kamu bagus"

Nisa menoleh "Kata siapa ?"

"Pernah denger waktu kamu lagi beres-beres baju" Ucap Farhan sambil lalu dengan mengedikkan bahu.

"Ih. Enggak. Aku nggak pernah nyanyi-nyanyi tuh"

Farhan tersenyum lalu mencolek tangan Nisa pelan. "Iya-iya sayang. Terserah deh mau bilang apa. Meskipun suara kamu jelek atau suara kamu bagus, Kakak tetep cinta"

Mendengar gombalan receh itu, Nisa salah tingkah. Ketika Farhan mengenggam tangannya, ia jadi semakin salah tingkah hingga tak bisa menatap wajah tampan yang kini tengah fokus menyetir lagi.

**************

Sekitar 3 jam setengah mereka berkendara. Akhirnya mereka sampai di tempat kontrakan yang akan Farhan tempati. Memang letaknya jauh dari kampus. Nisa sendiri juga cukup khawatir. Rumah kontrakannya kecil. Tidak terletak di kota namun di komplek perumahan yang jarang ada mahasiswa lalu lalang.

"Kak. Nggak ada kontrakan lain, ya? Kok tempatnya terpencil gini" ucap Nisa saat turun dari mobil. Walaupun kecil, tapi lumayan asri. Catnya masih bagus. Hanya perlu perawatan sedikit untuk tanaman-tanaman kering yang ada di pekarangannya.

"Huss. Alhamdulillah masih ada kontrakan kosong. Sekarang itu udah mau awal semester. Kebanyakan kontrakan sudah penuh diisi mahasiswa baru. Untung temen kakak nemuin yang satu ini. Harga sewanya juga alhamdulillah pas di kantong"

Nisa manggut-manggut saja. "Temen Kakak mana?"

"Nggak tau ini. Seharusnya sih dia udah stand by di sini. Nggak ada jadwal kuliah juga kok sekarang" jawab Farhan sembari mengutak-atik smartphonenya.

"Assalamu'alaikum" suara salam muncul bersamaan dengan sepeda motor Ninja Kawasaki hitam yang memasuki pekarangan kontrakan.

"Waalaikumsalam. Akhire teko kowe le" (akhirnya datang kamu, sob) Farhan menepuk pundak Subhan sebelum laki-laki berpostur tinggi itu turun dari sepeda motornya.

"Lo. Seng suwe ki yo kowe. Sampek tak tinggal nang warung bakso entek rong mangkok" (Lo, yang lama itu kamu. Sampai kutinggal ke warung bakso habis dua mangkuk). Farhan menampilkan smirknya. Tanda tak percaya dengan ucapan Subhan.

Nikah Muda (Bukan Perjodohan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang