C

38 7 0
                                    

"Hmm.. sebaiknya kau cuci tangan terlebih dahulu sebelum kau berkenalan dengan orang lain," ucap L sambil melihat jijik tangan kotor penuh saus yang mencoba berkenalan dengan tangannya dan langsung pergi tanpa memperkenalkan dirinya. Lelaki melanjutkan makannya tanpa memperhatikan kepergian L dari hadapannya.

Tepat pukul 4, L sudah berada di depan sebuah toko roti dan kue yang terlihat seperti toko roti yang baru buka beberapa bulan lalu di daerah sekitar kampusnya, yaitu bernama Boulangerie de Liane.
L menghembuskan napas panjang dan segera membuka pintu toko tersebut. Aroma roti dan kue menyambut L, tanpa sadar L mengikuti aroma tersebut.

"Tuk.." suara kepala L terbetur oleh kaca etalase roti. Didapati seorang laki-laki paruh baya dihadapannya. L segera merapikan dirinya tak tersenyum ramah kepada pria tersebut.

"Selamat sore, tuan, saya Ellena,.." tak sempat melanjutkan perkataanya, pria tersebut menyuruh L untuk mengikutinya masuk ke ruang staff.

"Ellena, hari ini adalah hari pertama trainingmu. Ku harap kau dapat bekerja dengan benar setalah pelatihan ini jika kau benar-benar menginginkan pekerjaan ini. Sekarang pakailah seragammu dan mulailah bekerja," ucap pria itu setelah memberikan pelatihan singkat kepada L. Pria itu ternyata pemilik dari toko roti ini. L segera berganti seragam dan bekerja sesuai rencananya untuk hari ini.

Di awal shift kedua seperti ini cukup banyak pembeli yang datang, terutama dari kalangan mahasiswa dan orang kantoran di sekitar toko roti tersebut. Pemilik toko roti ini berkata baha beliau tak menyangka baru 2 bulan buka, sudah banyak pelanggan yang datang, terlebih lagi ada pelanggan tetap yang setia datang setiap 2-3 hari sekali. L bekerja dengan telaten dan cekatan karena memang ini yang paling dia tunggu, mendapatkan kerja paruh waktu di toko roti untuk mendapat finansial hidup di Paris.

***

Terhitung sudah hampir 1 bulan, L bekerja di toko roti. Seperti biasa, toko roti tersebut selalu ramai didatangi para pelanggan. Hari ini adalah hari yang ditunggu L. Boulangerie de Liane tutup tepat pada pukul 21:00. Saat L membereskan meja, seorang laki-laki masuk ke toko roti.

"Ugh, apa dia tidak melihat tanda tutup di depan pintu? Menambah pekerjaanku saja", gerutu L dalam hati. L segera menuju meja pelayanan.

"Selamat malam, mau pesan apa? Mohon maaf untuk saat ini hanya ada baguette dan ..." belum sempat melanjutkan kata-katanya, wajah L langsung berubah tak ramah lagi.

"Kau lagi kau lagi. Apa kau tidak melihat tanda tutup yang terpasang di pintu?" lelaki itu hanya tertawa kecil melihat L selalu menyalahkan apa yang dia lakukan.

"Oh ternyata kau kerja disini," lelaki itu masih tertawa kecil, "Aku hanya berkeliling di sekitar sini, perutku lapar dan ku lihat toko ini masih buka". L hanya mendengar penjelasan Max dengan wajah datarnya, seperti sudah muak dengan Max.

"Aku pesan baguette 2 dan kopi panas 1," ucap Max. "Di makan disini saja" tambah Max.

"Kau tidak lihat, toko kami sudah ..." belum sempat menyelesaikan ucapannya, Pak Joe, si pemilik roti datang,

"Tolong layani pelanggan dengan ramah, Ellena," setelah itu Pak Joe masuk ke ruangannya. Max tersenyum penuh kemenangan.

"Baik, akan kami siapkan segera," L menekankan pada setiap kata yang dia tujukan ke Max. Max segera menuju kursi kosong yang sudah terlihat bersih dan duduk menunggu pesanannya. L datang dengan 2 baugette dan 1 kopi panas di nampannya.

"Silahkan menikmati," L tersenyum ramah secara terpaksa.

L segera menutup pintu dan jendela setelah Max meninggalkan mejanya. Pak Joe segera mengisyaratkan L untuk masuk ke ruang staff. Dua koki dan satu pelayan sudah berada di dalam ruangan. Kami segera melakukan rapat akhir bulan. Di akhir rapat Pak Joe mengumumkan bahwa L resmi menjadi pelayan di toko rotinya. L sangat senang, tampak dari raut wajahnya yang terlihat cerah.

"Kau perlu memperbaiki sikapmu terhadap pelanggan setiaku," komentar Pak Joe sembari memberikan amplop yang pastinya berisi gaji Ellena.

"Oh ya dan satu lagi, aku dapat titipan ini dari pelanggan terakhirku tadi. Ini untukmu," Pak Joe memberikan secarik kertas kepada L sebelum L meninggalkan ruangan staff. L segera izin untuk pulang karena bus yang akan membawanya pulang tiba tidak lama lagi. L berjalan menuju halte yang tak jauh dari toko roti tersebut.

Tak begitu lama untuk menunggu, terdapat bus yang berhenti di depan L. L segera naik. Kasur di kamarnya pasti sudah menunggu, menunggu kedatangan L untuk memberikan ruang bagi L berbagi beban seharian.

***

"Ellenaaaa, bangun.. kau berhutang jalan-jalan padaku," suara gadis muda mengisi kamar L. Maddie tak henti-hentinya membangunkan L, menggoyangkan tubuh L agar segera bangun.

L yang sudah sadar tapi masih terpejam matanya tak menghiraukan perlakuan Maddie padanya sampai akhirnya L menyerah karena serangan dari tubuh Maddie tidak dapat ditahan lagi.

"Iya aku bangun. Wow bagaimana kau bisa masuk kamarku?", L terheran.

"Kau lupa mengunci kamarmu. Kau pasti kecapekan," jawab Maddie. L terlihat mengingat apa saja yang dilakukannya kemarin setelah pulang kerja. L mencoba melihat sekitar, memastikan tidak adak ada barangnya yang hilang dan ...

"Whooaa apa yang kau lakukan disini?" L melemparkan bantal kepada laki-laki yang duduk di kursi riasnya.

Max menangkap bantal tersebut dan tersenyum. Maddie tertawa melihat reaksi Ellena saat itu.

"Kau kenapa L? Hahaha Max terlihat seperti orang menyebalka bagimu,". L menatap lurus Max dengan pandangan kesalnya. Lelaki yang dipandangnya hanya tersenyu geli.

"Aku muak dengannya. Dasar laki-laki tak punya sopan santun," ucap L dengan nada kesalnya.

"Whoaaa, jangan menghakimiku Nona Rose," Max bersuara.

"Kau terlihat sudah kenal lama dengan Max hmmm kalian pasti ada apa apa," ucap Maddie menggoda L.

"Tidak," ucap Max dan L. Maddie tertawa puas melihat kelakuan mereka berdua.

"Aku dengan si penguntit? Oh tidak semudah itu," L mencoba mengklarifikasi pernyataan Maddie.

"Whoaa jangan menghakimiku untuk kedua kalinya Nona Rose. Siapa juga yang mau dengan mu dan aku bukan penguntitmu, Nona gila aturan," Max tak mau kalah.

"Apaa? Dasar kau ..",

"Hahahaha sudah cukup semua. Aku sudah kenyang mendengar ocehan kalian pagi ini. Aku hanya ingin menagih hutang jalan-jalanku," Maddie mencoba merelai keduanya. Keduanya terdiam. L beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi.

"Kau terlihat akrab dengan L," goda Maddie kepada Max. Max hanya tersenyum aneh yang entah apa itu arti senyumnya.

"Akan ku traktir kalian sarapan hari ini," L memasangkan tas punggung kecilnya di punggung.

"Whooaa, sarapan gratis," seru Maddie.

"Dimana kita akan sarapan?" Tanya Max.

"Ayo ikuti saja aku. Untuk mendapatkan sarapan gratis, kalian harus menemaniku berkeliling kota sampai menuju tempat sarapan kita, heheheh," ucap L sambil tertawa licik.

Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang