K

21 4 0
                                    

"Nomor yang anda tuju sedang dialihkan" suara perempuan di seberang sana membuat Ellena kesal. Pasalnya, hari ini dia sudah membuat janji dengannya untuk pergi ke butik yang sedang buka perdana hari ini. Tentunya, potongan harga yang diincar L hingga 70% dari butik itu, siapa coba yang tidak suka dengan potongan harga, kan? Sudah beberapa kali Ellena memencet tombol telpon di kontaknya, namun jawaban dari operator tetap sama. Hingga baterai ponsel L lemah dan akhirnya mati. 

"Ah sial, aku lupa bawa power bank dan charger," gerutu L sambil mengacak-acak isi ranselnya. L menghembuskan napasnya panjang. Merasa harinya akan membosankan, tidak jadi pergi ke butik dengan Maddie, menunggu hingga jam shiftnya dimulai tanpa ponsel. Hari ini L pergi ke kampus karena harus mengurus beasiswanya untuk semester terakhirnya yang dimulai Februari. Jam biru muda yang melingkar di tangannya menunjukan pukul 2, masih ada 2 jam untuk mulai bekerja. L mengusir rasa bosannya dengan pergi ke perpustakaan. L adalah tipe orang yang tidak terlalu suka membaca buku yang penuh dengan tulisan. Sesampainya di perpustakaan dia menuju ke rak buku, mengambil buku apa saja yang penuh dengan ilustrasi gambar di dalamnya lalu pergi ke bangku.

"Tumben kau ke perpustakaan," seseorang di sampingnya tiba-tiba berbisik di telinganya.

"Max! Kau mengagetkanku," L berteriak. Dia tidak sadar bahwa yang duduk di sampingnya dari tadi adalah Max.'

"Ssssttt.." semua pasang mata tertuju pada L. L menjadi kikuk dan hanya tersenyum konyol.

"Kau mengapa pergi ke kampus? Nilaimu ada yang jelek? Tumben," tanya L tanpa henti.

"Maaf saja, aku tidak pernah ikut remidi hingga ujian terahir kali ini," Max tak mau dianggap remeh.

"Ckckckc, orang sombong memang kau ini," L berkata dengan tetap menatap buku di depannya.

"Tidak tidak hahaha," Max tertawa pelan. "Aku tadi menghubungimu saat jam makan siang tapi tak bisa,"

"Oh itu, ponselku mati. Aku lupa bawa power bank," jelas L. Tiba-tiba terbesit di otak L, "Kau sekarang mau pulang ga? Mampir dulu yuk ke butik dekat toko roti Pak Joe," L mencoba merayu Max agar L tetap bisa pergi ke butik itu. Karena syarat yang diberikan setiap 2 orang belanja sekaligus, diskon yang didapat bisa sampai 70%. Karena itu, L sudah membuat janji dengan Maddie untuk pergi kesana, tapi Maddie entah pergi kemana sekarang.

"Kau pergi saja dengan Maddie. Lagipula aku kan cowok, pastinya disana tidak ada barang cowok," jawab Max yang sedikit mengecewakan L. Tapi benar juga sih, untuk apa Max membeli barang di butik itu hehhehe, L baru sada akan hal itu.

"Eh iya benar juga sih hehehe. Tapi kan gapapa, kamu bisa belikan untukku hehehe," L tersenyum menunjukkan gigi-giginya.

"Enak saja kau. Lagi pula aku akan pergi setelah ini," Max melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, "Atau mungkin sekarang ini," Max berdiri dan langsung menuju ke luar perpustakaan. L pun mengikuti kepergian Max dan Max pun berhenti setelah mengetahui L mengikutinya.

"Kau mau berangkat bersama? Untungnya aku ada janji tak jauh dari butik itu. Ayo!" ajak Max. L pun menganggukkan kepala dan segera bejalan bersama Max agar dia tak tertinggal.   

"Terima kasih atas tumpangannya," L turun dari mobil Max.

"Hahaha kau formal sekali. Maaf aku tak bisa menemanimu. Mau ku jemput nanti pulang kerja?" Max memposisikan duduknya menghadap L yang ada di luar.

"Haha tidak usah, terima kasih, aku hari ini ... " L tak sempat melanjutkan kata-katanya karena dipotong oleh Max.

"Oke akan ku jemput jam 9 tepat, see yaaa"

"Aku hari ini tidak bekerja," L berteriak namun dia tahu jika teriakannya tak terdengar oleh Max karena Max sudah melaju cepat sepersekian detik sebelum L berteriak. 

Tanpa berpikir panjang karena kekesalanya, L segera masuk ke butik yang sudah ada di belakangnya. Banyak sekali gadis-gadis yang datang kesana. Kebanyakan dari mereka datang berdua dengan teman mereka. Namun tidak dengan L, hanya seorang diri. Hal itu tak mengurungkan niat L untuk berburu potongan harga, meskipun tidak banyak yang dia dapat.

Tak disangka, saat dia berbalik, Ellena mendapati anak Pak Joe tepat di belakangnya.

"Hey kau, mengagetiku saja," Ellena berteriak lantang tepat di depan wajah James.

"Jangan teriak-teriak, aku tidak tuli," James melihat di sekeliling mereka sedang melihat ke arah mereka.

"Kau baru dari butik?" Tanya L melihat tangan kanan James menenteng tas kertas berlogo butik tersebut.

"Ya, aku beli untuk kakakku hehehe bagaimana menurutmu?" James mengambil sweater dari tas tersebut dan menunjukan ke L.

"Kau yakin membelikan ini untuk kakakmu?" L merasa tak yakin dengan apa yang dibeli James.

"Tentu, apa ini terlalu mencolok?" James menanyakan pendapat L.

"Hmm gimana ya hehehe aku juga tidak tau kesukaan kakakmu apa, mungkin kau bisa membelikannya dua, memberi peluang banyak untuknya hehe," jawab L sedikit kebingungan.

"Boleh juga sih. Apa aku pergi kesana lagi ya," James menengok pintu masuk butik yang sudah mulai banyak gadis melewatinya.

"Kebetulan aku mau kesana, kau mau ikut?" Tawar L.

"Tentu, akan jauh lebih murah jika beli bersama hahaah" James menyetujui tawaran L.

"Hahah kau mengetahuinya?" tanya L yang mulai berjalan, menyesuaikan langkahnya dengan James.

"Hoho tentu, terpasang disana" James menunjuk ke arah dindin kaca butih yang ditempeli pamflet diskon. Keduanya sudah masuk ke butik. James hanya mengikuti L pergi kesana kemari, mencari baju yang cocok menurutnya.

"Bagaimana menurutmu?" L meletakkan kemeja bergaya vintage di badannya.

"Lumayan, kau bisa mengenakannya saat bekerja nanti hahaha," jawab James.

"Aku mau coba dress yang disana," L menunjuk tempat di dekat ruang ganti.

"Aku tunggu disini aja ya, sambil memilih untuk kakakku. Sepertinya gaya vintage boleh juga untuknya hehehe," James langsung memilih kemeja di belakangnya.

Keduanya segera ke kasir setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan karena di dalam mulai ramai, terlebih sekarang sudah jam pulang kantor. Banyak karyawati yang mulai berdatangan, tentunya untuk berburu diskon yang tak boleh terlewatkan.

"Kau belanja dua potong baju saja?" tanya James melihat L memasukkan tas kertas ke ranselnya.

"Iya hehehe, aku harus berhemat bulan ini tapi aku juga tidak ingin ketinggalan diskonnya hehehe," jujur L.

"Kau akan bekerja hari ini?" tanya James.

"Tidak. Pak Joe memberitahu kami kalau hari ini kita diberi libur sehari karena ada acara keluarga. Padahal aku hari ini ingin kesana, mencium aroma roti yang enak buatan Pak Joe" wajah L sedih.

"Acara keluarga itu adalah acara ulang tahun kakakku dan hari ini dia baru saja datang juga kesini," jelas James.

"Oh begitu. Kalau begitu aku pulang dulu saja ya," pamit L.

"Hari ini ayahku masak roti banyak sepertinya, kau ingin datang?" tawar James.

"Sungguh? Bolehkah aku?" tanya L dengan wajah bersemangat.

"Tentu! Ayo kita ke ke toko roti," ajak James.

"Tidak usah hehe, kau duluan saja. Aku ingin beli sesuatu untuk kado kakakmu nanti hehe." tolak L ramah.

"Nanti kita mampir bersama saja ke toko souvenir dekat pertigaan itu," James menunjuk ke arah pertigaan yang dimaksud.

"Baiklah. Ayo kita berangkat sekarang," L bersemangat, berjalan bersama James ke mobil yang di parkir tak jauh dari butik itu.

Di seberang butik, terlihat Renault koleos putih yang sedang berhenti beberapa menit lalu. Seseorang sedang mengamati L dan James saat berjalan menuju peugeot 5008 hitam yang tak jauh dari butik.

"L, bukankah aku yang harus menjemputmu malam ini?" batin Max.

Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang