L

19 2 0
                                    

Pagi yang dingin menyelimuti Paris. Suasana Natal sudah mulai terasa pagi ini. Seminggu lagi, Natal akan berlangsung. Pohon-pohon cemara tumbuh besar di pinggiran jalan. Para petugas Kota sudah mulai bertugas menghias pohon-pohon itu dengan lampu hias yang mengelilingi pohon. Tak lupa petugas kebersihan mulai membersihkan salju-salju di jalan, meminggirkan salju agar masyarakat dapat menggunakan jalan dengan lancar. Jam masih menunjukan pukul 5 pagi, terlalu pagi untuk pergi ke kampus. Hari ini adalah hari terakhir L kuliah dan dia harus mengambil beberapa barang di lokernya. Terlebih lagi dia merindukan temannya, Maddie. Malam sebelumnya, dia mendapatkan pesan dari Maddie untuk menemuinya di kampus hari ini. L merindukan temannya itu. Segera dia pergi ke pantry untuk memasak makanan kesukaan Maddie.

Di sela-sela memasaknya, L mengingat keberadaan Max di flatnya. Saat mati lampu waktu itu. Sungguh pengalaman yang menyenangkan bisa melihat Max ketakutan, batin L. Namun entah mengapa, Max sekarang jarang terlihat batang hidungnya. Sudah tiga hari setelah dia berjanji untuk menjemput L sepulang berkerja yang nyatanya hari itu L mendapatkan libur, Max tak ada kabar. Sudah tiga hari Max tidak mampir ke toko roti, hanya untuk sekedar membeli bauguette dan kopi panas pun tidak. Sesekali Ellena mencoba menghubungi Max, menelpon Max, namun tak diangkat meskipun nomornya masih tersambungkan. Beberapa chat sudah L kirim namun tak terbalaskan. Ellena hanya berpikir positif saja, mungkin Max benar sibuk terlebih di status media sosialnya sering diunggahnya foto-foto dia bersama teman yang entah mungkin beberapa tahun lebih tua darinya. Setiap orang punya kegiatan masing-masing tentunya yang tidak harus diketahui orang di sekitarnya.

Tepat pukul 7, semuanya sudah siap. Ellena sedang mengambil beberapa baju untuk di bawa ke bawah, tempat cuci baju. Ellena siap ke kampus hari ini. Dia berniat untuk jalan kaki ke kampus untuk mendapatkan suasana yang berbeda. Suasana seperti ini, suana menjelang natal, yang dirindukan L di rumahnya. Dia tidak sabar untuk segera pulang ke rumah setelah ini. Membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai ke kampus. Saat melewati parkiran, dia tidak mendapati mobil Max terparkir disana. Tidak seperti biasanya mobil Max sudah terparkir disana sebelum jam 8. Ellena langsung menuju pintu masuk dan suasana yang tidak begitu ramai oleh orang-orang menyambutnya pagi ini. Suasanya cukup sepi. Sudah pasti kebanyakan dari mereka memutuskan untuk tidak kembali lagi ke kampus lebih awal dari jadwal dimulainya liburan. Untuk masalah nilai final, mereka hanya tinggal menunggu dan pihak akademik akan mengumumkan melalui website kampus. Sungguh dimanjakan mahasiswa jaman sekarang.

Ellena segera menuju lokernya, mengambil semua barangnya di dalam loker untuk di bawa pulang. Setelah itu L menuju kantin, tempat favoritnya bersama Maddie. L menuju meja di sudut kantin dan mengambil kotak makan yang berisi makanan kesukaan Maddie. Tak perlu menunggu lama, Maddie pun datang, menghampiri Ellena.

Tidak, tunggu. Maddie bersama Meghan dan teman-temannya.

"Hai Mad, apa kabar?" sapa L ramah sambil memberikan kotak makan itu,  "Ini untuk mu".

"Kau baik sekali membuatkan makanan, terima kasih," ucap Maddie setelah membuka kotak itu.

"Kau bersama mereka?" tanya L berbisik pada Maddie setelah Meghan dan teman-temannya menuju meja yang sedikit jauh dengan mereka. "Tumben, tadi Meghan tidak menghiraukanku," batin L.

"Iya, memang kenapa?" tanya Maddie.
"Oh tentu tidak apa-apa" jawab L.

"Kau takut akan kehilanganku?" tanya Maddie lagi. Hari ini dia benar-benar tidak ada raut wajah cerianya saat bertemu L.

"Kau kan temanku yang terbaik," senyum L.

"Ku rasa tidak lagi. Aku sudah memberikan foto-fotomu saat bersama Max ke Meghan," Maddie mengakui.

Ellena merasa bingung dengan kalimat yang diucapkan Maddie baru saja dan seketika dia ingat foto-foto yang dimaksud, foto-foto beberapa hari yang lalu yang ditunjukan oleh Maddie kepadanya. Ellena pun merasa terjawab dengan prasangkanya namun sekarang dia penasaran, "Mengapa kau lakukan itu? Aku membuat kesalahan padamu? Katakan saja, aku akan meminta maaf dan memperbaikinya,"

"Entahlah. Hanya saja aku lelah denganmu. Kau tidak mau terbuka denganku. Sedangkan kau, kau selalu membujuk ku untuk menceritakan semua masalahku. Aku tahu kau baik, tapi aku tidak suka orang baik yang seperti itu. Bukannya aku ingin mengurusi hidup, tapi kau anggap aku teman atau apa?" suara Maddie semakin lama semakin meninggi. Ellena hanya terdiam, mendengarkan perkataan Maddie.

Keduanya terdiam dan saling duduk berhadapan. Saling menunggu untuk menurunkan ego masing-masing untuk mulai berbicara lagi.

"Aku minta maaf sudah berkata seperti itu. Namun itu yang aku rasakan saat kita berteman. Aku hanya bersikap jujur. Setiap aku menanyakanmu apakah kau baik-baik saja, aku berharap bisa mendapatkan jawaban yang dapat membuatku berguna untuk temanku," Maddie mulai pembicaraannya lagi.

Ellena masih tetap terdiam. Dia mencerna semua perkataan yang keluar dari bibir Maddie.

"Aku minta maaf karena sudah membuatmu merasa seperti ini. Hanya saja aku tidak ingin merepotkanmu dengan masalah-masalahku," terdengar L berbicara dengan terisak. Maddie hanya diam, tak memberikan pelukan hangat pada temannya itu agar tidak menangis lagi.

"Mungkin kau membutuhkan waktu untuk mencerna dan memikirkan kembali ini semua. Aku akan memberikanmu ruang untukmu. Aku pergi dulu," Maddie pergi meninggalkan Ellena yang sedang terisak. Ellena tidak bisa mencegah lagi kepergian temannya itu. Mungkin benar, dia butuh waktu untuk memikirkan ini kembali, untuk memperbaiki hubungan pertemanan mereka kembali. Hanya waktu yang dapat menjawab.

***

Sudah banyak chat yang dikirim Ellena untuk Max. Entah mengapa dia ingin menceritakan masalahnya dengan Maddie kepada Max. Ellena merasa nyaman ketika bercerita dengan Max. Ellena juga nyaman dengan Maddie, namun entah mengapa saat bercerita kepada Max terasa berbeda.

Siang ini, L memutuskan untuk tidak mengirimkan pesan kepada Max. Dia hanya berbaring di kasurnya seharian. Menatap langit-langit kamarnya, memikirkan kejadian kemarin saat Maddie berkata seperti itu.

"Kau sangat berisik di ponselku. Temui aku sore ini jam 4 di Beso Café." Seseorang mengirimkan pesan di ponsel L. Wajah Ellena berubah seketika ketika melihat nama pengirim pesan itu. Segera dia bangun dari kasurnya. Mempersiapkan diri dan merapikan kamarnya yang sangat berantakan. Setelah itu dia menuju pantry untuk melihat isi kulkasnya.

"Aku akan nembawakanmu makanan nanti," Ellena tersenyum meskipun perasaannya belum sepenuhnya lega.

Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang