J

22 5 0
                                    

L segera bersiap untuk bekerja sore ini. Baru saja membuka toko, sudah ada beberapa pelanggan yang datang. Hari ini tidak terlalu ramai, pelanggan yang datang rata-rata pelanggan setia yang selalu datang tiap beberapa hari sekali.

Ya, hari ini adalah Jumat, tentunya banyak pekerja kantoran dan mahasiswa yang berlalu lalang disekitar toko lebih memilih untuk pergi ke mall atau restoran untuk memulai malam akhir pekan mereka. Namun tidak dengan anak muda yang satu ini.

"Kau tidak bosan ya memakan roti tiap malam," sindir Ellena sambal menuliskan pesanan Max, pretzel dan macaroon.

"Ya gimana lagi ya, sekalian aku melihat temanku bekerja hahaha," jawab Max santai, seperti biasa.

"Kau pikir aku hiburan untuk ditonton," ucap L sedikit kesal.

"Menurutku seperti itu ahahaha," kata Max. L memilih diam, tak menanggapinya. L sadar dia ada di tempat kerja, dia harus menjaga citranya.

"Modusmu terlalu kuno, Max," ucap Pak Joe tiba-tiba muncul dari jendela pantry yang tersambung dengan meja pesanan.

"Ya bagaimana lagi, Pak. Dia sibuk bekerja hahaha," jawab Max sambil melirik L. L tak menghiraukan mereka dan memilih untuk melayani pelanggan berikutnya.

"Kau harus berusaha lebih keras, Max karena anakku sudah pulang, hahaha" kata Pak Joe menunjuk James yang masih sibuk dengan desain interiornya di sudut toko.

"Waah Hai James!" seru Max, melambaikan tangannya ke arah James. James menoleh ke sumber suara itu. James meletakkan alatnya dan menghampiri Max.

"Hai bocah Amerika, bagaimana kabarmu?" Max mengacak-acak rambut James, terlihat akrab.

"Huh, aku bukan bocah lagi. Aku sudah lulus SMA," James menurunkan tangan Max.

"Ayo kita ngobrol sebentar, kau pasti rindu denganku. Hahaha. Akan ku traktir kau. L tolong tambahkan lagi porsinya," perintah Max. L mendengus dan menulis lagi pesanannya karena pesanan awalnya sudah diberikan ke Pak Joe.

"Seorang pelangganku menraktirku roti yang ku jual, hahaha sungguh ironi," ucap James.

"Whoa begitukah? Kau akan menggantikan ayahmu?" tanya Max cukup keras. Segera James menutup mulut Max. Kemudian keduanya menuju kursi yang ada di pojok, di tempat James sebelum Max memanggilnya.

Keduanya mengobrol, saling bertukar cerita. Terlebih Max, dia banyak menanyakan hal-hal mengenai Amerika. Dia cukup bersemangat untuk mengetahui itu.

"Mengenai hal tadi, rencananya ayah ingin aku mulai meneruskan usahanya mulai tahun depan. Hehehe. Sebenarnya aku belum siap, tapi kata ayah semakin cepat, aku akan belajar dan praktik sekaligus" kata James sambil menikmati macaroon yang masih hangat.

"Aku setuju dengan ayahmu, lagi pula ayahmu juga perlu waktu untuk liburan, tidak bekerja terus. Kakakmu bagaimana, tidak mengikuti jejak ayahmu juga untuk bisnis roti?" tanya Max.

"Ah kak Laura, dia lebih suka bermain musik. Mungkin dia meneruskan S2nya disana, kau merindukannya?" goda James.

"Hahaha tidak seperti itu. Hanya saja aku rindu saat kita bertiga bermain bersama. Kau selalu yang dipermainkan hahaha," Max tertawa mengingat kenangan masa kecil mereka bertiga, Max, James, dan Laura.

"Dia sekarang pasti menjadi composer yang hebat, aku lihat di instagram bulan lalu dia mengadakan konser musikal," tambah Max.

"Oh itu, katanya salah satu mata kuliahnya. Mungkin beberapa hari lagi dia akan pulang dari Wina. Mampirlah nanti, kita bertiga akan bermain bersama lagi, hahahah," keduanya tertawa, mengobrolkan semua yang mereka lakukan bersama saat masih kecil dulu.

Iringan lagu klasik, khas toko ini, menemani penghuni toko roti Pak Joe. Ditambah salju yang mulai turun dan lagu berganti menjadi lagu bertema natal, menambah kesan natal akan datang semakin cepat.

***

"Hai kau ingin pergi dengan kami? Maddie ada voucher bioskop untuk hari ini, 3 buah!!" Max berteriak dalam video call bersama L. disana juga ada Maddie, menunjukan 3 tiket di tangannya.

"Ah sayang sekali, aku tak bisa ikut. Pak Joe mengundang semua karyawannya untuk makan malam hari ini. Mungkin lain kali aku akan ikut hehehe. Pasti seru bisa nonton gratis hahaha," L merasa tak enak dengan teman-temannya, tapi bagaimana lagi. Mereka pun memaklumi L dengan keadaan itu.

"Mungkin kau bisa mengajak Meghan, Max. hihihi," L terkekeh melihat wajah Max yang langsung cemberut.

"Kau berhutang padaku selusin macaroon, L. Sudahlah kau pergi sana saja," sambungan video call pun terputus. L tertawa melihat kelakuan temannya yang satu itu.

"Kau datang cepat sekali L," Pak Joe mendapati L memasuki toko rotinya.

"Hehehe mungkin aku bisa membantumu untuk acara nanti," jawab L.

"Kau bisa membantu ku disini Ellena," James berteriak dari dalam dapur. L kemudian menuju panggilan itu.

"Tolong ini kau bawa ke meja depan, tata dengan rapi," sifat memerintah James terlihat, menurun dari ayahnya. L hanya menuruti perintahnya.

Tepat pukul 6 sore, semua staff termasuk L, dan juga Pak Joe, James, dan istri Pak Joe sudah siap di meja pelanggan di tokonya yang disusun menjadi meja makan yang luas. Hari ini, toko roti Pak Joe tutup untuk satu hari, untuk merayakan kepulangan anaknya, James.

"Wah enak juga masakannya, " puji Sisy.

"Anak ku memang berbakat, kan James?" jawab Pak Joe bangga.

"Ah ayah, aku masih belajar, " kata James malu. Semuanya terkekeh melihat ayah dan anak ini yang selalu saling mengejek.

"Jadi, aku mengumpulkan kalian seperti ini, juga untuk hal lain," ucap Pak Joe setelah semua selesai makan.

"Lanjutkan saja sayang," perintah lembut istri Pak Joe.

"Setelah Natal nanti, mungkin aku sudah tidak bisa mengurus toko roti ini. Aku akan pergi ke sisi barat Paris. Kembali mengurus kebun ku disana, selain itu juga untuk belibur hehe," kata Pak Joe. Semuanya mendengarkan dengan seksama, menunggu kelanjutan perkataan Pak Joe.

"Untuk menyikapi hal itu, anak ku, James, akan menggantikan ku untuk mengurus toko roti ini, bersama kalian melayani pelanggan kita," lanjut Pak Joe dan diakhiri dengan senyuman lebar. Semua yang hadir malam ini, termasuk L, langsung menyambut hal itu dengan tepuk tangan yang meriah.

"Mari kita mulai, James," James menampakan senyum liciknya dan berbicara dengan dirinya sendiri dalam diam.

Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang