I

22 7 0
                                    

“Hey kau, apa maksudmu?” tiba-tiba Meghan menghampiri L yang sedang makan di kantin. Sendirian. Entah kemana akhir-akhir ini Maddie jarang bersamanya, jarang menghubunginya, setelah mereka menghabiskan weekend bersama. Mungkin dia sibuk, pikir L.

“Maksudku apa?” tanya L balik.

“Kau selalu berduaan bersama Max, ini” Meghan melemparkan beberapa foto ke atas meja Ellena.

Terlihat beberapa wajah L dan Max yang sedang bersama. Itu foto saat Max menraktir L croissant dan mochaccino beberapa hari lalu. Ada juga foto mereka saat pergi ke toserba. L ingat saat itu mereka sedang membelikan kado untuk kakak Max.

Namun ada yang ganjal disalah satu foto ini, foto L dengan Max yang sedang menonton film empat hari lalu bersama Maddie. Terlihat jelas foto itu berlatar belakang rumahnya. Dan posisi pengambilan fotonya cukup dekat, tak mungkin jika mata-mata yang melakukannya.

“Kau memata-mataiku?” tanya L setelah melihat kedua foto itu.

“Temanku yang memberikan ini. Dengan begini, kau tak dapat mengelak lagi,” jawab Meghan.

“Setelah itu kau akan apa?” tanya L seakan-akan dia menantang Meghan.

“Aku akan menyingkirkanmu dari Max” jawab Meghan mantap.

“Coba saja hahaha,” L menantang Meghan dan pergi meninggalkannya. L masih memikirkan foto saat menonton film itu. Bagaimana bisa ini terjadi?

Suasana kampus saat ini tak terlalu ramai karena ujian sudah selesai dan tinggal menunggu hasilnya saja sebelum liburan dimulai. Namun masih ada orang yang ke kampus hanya untuk sekedar mengurus keperluan atau mungkin remidi. Ya, minggu ini dimulai remidi karena sudah beberapa nilai yang keluar.

Ellena berjalan menuju taman di samping kantin. Masih ada waktu 1 jam lagi untuk dia pergi bekerja. Terlihat disana gadis dikenalnya. Dia sendirian. Mengapa dia tidak meminta L untuk menemaninya? L tanpa pikir panjang menuju gadis itu.

“Hai, sudah empat hari tak melihatmu,” sapa L pada gadis itu.

“Oh Hai L, duduklah hehe,” gadis itu bergeser dan mempersilahkan L untuk duduk di sampingnya.

“Kau kemana saja? Sudah lama kita tak bertemu dan mengobrol bersama,” L memosisikan duduknya.

“Ya hehehe beginilah, aku harus mengurus ini dan ini,” Maddie menunjukkan beberapa lembar laporan yang memenuhi meja.

“Sepertinya kau cukup sibuk ya hahaha, kau butuh bantuan?” L menawarkan diri.

“Tidak, terima kasih. Aku bisa melakukannya, hanya butuh kesabaran dan ketelatenan hehehe. Dan lagi si Hans..hmm..” wajah Maddie sulit ditebak.

“Ada apa dengannya? Dia menerormu?” tanya L.

“Hahahaha tidak. Ini cukup rumit. Aku sudah memutuskannya namun dia kembali lagi. Aku bingung harus apa,” Maddie merapikan lembaran-lembaran itu.

“Kau masih suka dengannya?” tanya L,
“Ambilah, aku kemarin membuatnya hehehe,” L membuka kotak kukisnya.

“Kau tidak terlihat seperti mahasiswa teknik, malahan seperti tukang masak hahaha,” ucap Maddie dan mengambil kukis itu.

“Begitulah hahaha ku pikir aku salah mengambil program studi. Jadi bagaimana dengan Hans?” L masih penasaran.

“Entahlah, aku bingung dengan perasaanku. Apakah aku mampu menerimanya kembali setelah apa yang dia perbuat kepadaku?” tanya Maddie pasrah.

“Memang, yang mereka perbuat sangat menyakitkan. Terlebih Meghan rekan kerjamu di klub kan? Apa tak cukup Max saja?” L menggebu-gebu.

“Hmmm ada yang sedang tak mau lelakinya diambil ternyata,” goda Maddie menyenggol lengan L.

“Loh kok jadi aku sih hahaha, tidak-tidak aku hanya penasaran saja apa yang ada dipikiran Meghan. Sepertinya hanya lelaki populer saja yang ada di kepalanya,” kata L.

“Hmm mungkin. Aku harus bagaimana dengan Hans, L?” tanya Maddie yang cukup kebingungan.

“Kalau kau masih sayang dengannya, coba beri dia kesempatan lagi dan maafkanlah dia. Mungkin itu dapat menyadarkannya. Manusia dapat berubah tak terduga. Ini saranku saja sih, selebihnya kau bisa menentukan sendiri,” ucap L.

“Memikirkan ini lebih susah dari mengurus semua laporan ini. Akan ku pikirkan lagi nanti. Terima kasih L,” Maddie mengambil kukis lagi.

“Ini untukmu saja, agar kau bisa lebih relaks,” L menyodorkan kotaknya yang berisi beberapa kukis yang tersisa.

“Tadi Meghan menghampiriku lagi, menunjukan beberapa fotoku bersama Max,” lapor L setelah menghabiskan susu kotaknya.

“Sungguh?” tanya Maddie setelah tersedak kukisnya.

“Minumlah dulu, hati-hati kalau makan hahaha. Iya tadi dia marah-marah seperti biasanya. Aku hanya menikmatinya. Dasar anak itu seperti remaja SMA saja hahaha,” L tertawa mengingat kejadian tadi.

“Kau memang gadis aneh L haha kau malah suka mendapatkan hal seperti itu, kebanyakan gadis akan ketakutan saat mendapat perlakukan seperti itu. Aku suka dengan pemikiranmu Hahaha,” puji Maddie.

“Ya kau kan tahu, aku bukan kebanyakan gadis di luar sana hahaa,” keduanya larut dalam pembicaraan.

L menemani Maddie menyelesaikan semua laporannya sambil bercerita. Sesakali L membantu mengumpulkan kertas yang sudah selesai ditulis Maddie.

Namun dibalik itu semua, L tidak memberitahukan keganjalan terhadap foto-foto Megha tadi kepada Maddie. L takut jika salah mengatakan, teman dekatnya ini akan pergi. Mungkin seiring berjalannya waktu keganjalan itu dapat L pecahkan sendiri, pikirnya.

“Wah suasana baru di toko Pak Joe?” L cukup kaget dengan suasana yang berbeda di dalam toko. Nuansa natal dan tahun baru menyelimuti toko ini.

“Aku suka, Pak Joe. Kau membuatnya sendiri?” tanya L.

“Tentu tidak haha mana bisa aku sendirian. Anakku yang membuatnya,” jawab Pak Joe bangga.

“Halo, aku James,” tiba-tiba seorang laki-laki datang mengikuti Pak Joe.

“Hai, aku Ellena, panggil saja L,” L membalas perkenalan itu dengan senyuman ramah.

“L ini seumuran denganmu nak, lihat, dia sudah bisa bekerja,” canda Pak Joe.

“Ah ayah, sudahlah. Kau mulai lagi,” jawab James malas dan Pak Joe hanya tertawa melihat anaknya yang masih saja seperti anak SMA.

“Pekerjaanmu ini bagus, desain interior keren,” L mencoba memberikan pujian, cukup canggung karena baru saja kenal.

“Waah terima kasih L. Andai ayahku selalu memujiku,” James tersnyum dan menatap ayahnya. Pak Joe hanya tertawa menangkap tatapan itu.

“Sana kau hias juga dapurnya sebelum toko di buka lagi,” perintah Pak Joe dan James mengiyakan.

“Aku tak pernah melihat James sebelumya,” kata L sambil meletakkan tasnya di meja ruang staff.

“Aku mengirimnya ke Amerika. Ku pikir tidak akan manja lagi, ternyata aku salah hahaha,” jawab Pak Joe.

“Tapi aku senang dia kembali kesini lagi, memutuskan untuk kuliah disini” Pak Joe terlihat lega.

“Oh dia baru lulus dari SMA? Wajar saja kalau dia manja Pak hehehe. Dia terlihat seperti pekerja keras,” kata L sambil melihat dari balik jendela yang menghadap ke dapur.

“Keluargaku memang dicetak seperti itu haha, maafkan aku hari ini aku banyak tertawa,” Pak Joe segera memakai seragam kokinya.

“Kau terlihat lebih bahagia hari ini,” L tersenyum melihat aura keceriaan di wajah bosnya.

Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang