D

38 6 0
                                    

Max dan Maddie hanya mengiyakan L. mereka hanya ingin melihat L ternyum setelah hampir sebulan dia terlihat murung. Entah masalah apa yang sedang dia hadapi. L tidak pernah menceritakan kepada siapa pun, kecuali kasur dan buku kecil yang selalu dia simpan di bawah kasurnya. Maddie meskipun sudah cukup lama berteman dengan L, hampir 1 tahun, tapi dia menghargai perilaku L dan tidak memaksa L.

Sepanjang perjalanan, ketiganya bercerita entah apa yang mereka ceritakan. Ketiganya terlihat akrab dan menikmati momen tersebut. Terlebih lagi L dan Max, keduanya sudah terlihat membaik, tidak terlihat percekcokan antara mereka berdua karena hal sepele.

"Jangan bercanda bahwa kau akan mengatakan kita akan sarapan disini," Max menatatap gedung dengan nuansa toko roti di Paris pada umumnya.

"Yup. Aku dapat 3 voucher menu sarapan disini hahaha," jawab L senang.

"All varian menu?", Tanya Maddie memastikan,

"All varian menu," jawab L meyakinkan. Kedua gadis itu masuk dengan senang ke toko roti itu,

namun tidak bagi Max, "haruskah aku makan dari toko ini setiap hari?", batin Max dalam hati.

"Jadi ini yang ingin kau ceritakan kepadaku sebulan yang lalu?" Tanya Maddie. L hanya mengangguk dan memasukkan potongan pie yang terakhir.

"Maafkan aku karena bulan lalu sedang sibuk mengurus lelaki itu", Maddie menunjuk Max dengan dagunya.

"Ha? Aku? Memang kau mengurus apa?", Max pura-pura tidak tahu.

"Oh begitu, bagus ya. Aku tidak mau lagi menjadi bendaharamu," jawab Maddie kesal.

"Memang periode kita sudah selesai hahah," kata Max enteng. L hanya tersenyum mendengar ocehan keduanya. Max memang orang yang seperti itu, entah bagaimana cara menggambarkan sifat Max. Namun dibalik sifatnya yang menyebalkan, dia adalah orang yang baik dan bisa diandalkan. Hampir sebulan L sering makan bersama Max di kantin saat Maddie tak bersamanya. Entah mengapa setiap mereka berdua bersama selalu ada hal yang diributkan. Namun dari hal seperti itulah yang membuat Max dan L menjadi akrab.

"Sebentar ada telpon di ponselku", L merasakan getaran di saku celananya. Dia segera mengangkat telpon tersebut yang tertulis dari ibunya. Terdengar suara samar-samar di seberang sana seperti seseorang yang sedang merindukan anaknya, begitu juga dengan L. Dia sudah hampir satu semester tidak pulang. Dia sangat merindukan ibunya. Kedua larut dalam telepon yang mengutarakan masing-masing persaan mereka.

"Mad, kau tau kenapa akhir-akhir ini L sering murung?", Tanya Max tiba-tiba.

"Aku kurang tahu. Setahuku dia tidak pernah seperti itu. Entah mengapa meskipun aku sudah lama berteman dengannya, tapi aku masih merasa belum berani menanyakan hal-hal pribadinya, terkait ketika dia punya masalah, dia selalu pandai menyembunyikan masalahnya dengan memasang wajah ramah dan polosnya. ..." jawab Maddie,

"Wajah ramah apanya, dia selalu marah-marah terhadapku" potong Max.

"itu karena L suka padamu, hahaha," goda Maddie.

"Hahaha ga lucu," Max seperti kepiting rebus wajahnya.

"Tapi sepertinya masalahnya kali ini cukup berat baginya, dapat dilihat dari wajahnya yang kadang murung. Entahlah aku tak tahu. Biar dia saja yang bercerita langsung, aku tak ingin memaksanya," kata Maddie melanjutkan.

"Terima kasih Pak Joe atas vouchernya" ucap L dan Maddie.

"Pak Joe kapan-kapan kau tambahkan menu pasta di menu sarapan. Terima kasih Pak Joe," ucap Max berlari kecil menyusul L dan Maddie yang sudah berjalan lebih dulu.

"Dasar Max, kau pikir ini rumah makan italia," Pak Joe setengah berteriak.

"Kau tak apa-apa L?" Maddie mencoba memastikan. L terlihat sedikit berkurang keceriannya setelah mendapat telepon itu.

"Kita akan pergi kemana lagi hari ini?" Tanya Max tiba-tiba di belakang mereka. L hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Maddie,

"Aku tak apa-apa Mad, tak usah khawatir. Khawatirkan temanmu satu ini yang kelelahan setelah berlari kecil," L menunjuk Max yang terlihat mengatur napasnya. Maddie hanya tersenyum yang menyiratkan ketidakpuasan atas jawaban L. Apa boleh buat, temannya yang satu ini benar-benar tidak ingin merepotkan orang lain dengan masalahnya.

***

Pagi ini udara dingin menyapa semua penghuni École Polytechnique. Sinar matahari tak cukup kuat menghangatkan mereka, kalah dengan udara dingin yang terbawa oleh salju yang mulai menumpuk di sudut-sudut jalanan dan kampus. Tentunya ada petugas kebersihan kota yang sudah bekerja sejak pagi untuk mengumpulkan salju agar semua orang dapat beraktivitas dengan lancar. Semua orang yang memasuki kampus terlihat menggunakan pakaian tebalnya dan tak lupa mantel yang selalu melapisi tubuh mereka setiap musim dingin.

Begitu juga dengan L yang terlihat turun dari Renault koleos putih menggunakan mantel berwarna nude, kesukaannya. Disisi lain terlihat Max turun dari pintu kemudi setelah memarkirkan mobilnya dengan mulus.

"Aku tak menyangka kau yang sebenarnya," ucap L.

"Hahaha begitulah, aku hanya tak ingin teman-temanku segan dengan ku. Kau tau, kemarin adikku muntah di tempat yang kau duduki tadi dan aku lupa belum membersihkannya hahaha," Max tertawa melihat wajah L yang tergambar jijik mendengar perkataan Max.

"Eww sepertinya aku harus ke kamar mandi. Terima kasih atas tumpangannya," L segera berlari setelah mendengar perkataan Max.

"Sepertinya ada perkembangan yang cukup pesat dari temanku ini," ucap Maddie tiba-tiba di samping L yang sedang mencuci tangan di wastafel. L cukup kaget dengan kehadiran Maddie hingga menumpahkan sabun cair. Maddie hanya tertawa melihat kelakuan L.

"Perkembangan apa maksudmu?," jawab L sambil mengeringkan tangannya.

"Aku melihatmu bersama Max pagi ini di parkiran, berita baiknya, kau pergi ke kampus bersamanya," Maddie mencoba menggoda temannya yang satu ini.

"Kami bertemu saat aku menunggu bus ku yang tak kunjung datang, akhirnya ya begitulah," kata L menjelaskan.

"Benarkah?" Maddie terus menggodanya.

"Tanyakan saja pada Max," L memutarkan bola matanya.

"Hahaha baiklah baiklah. Memang seharusnya kau harus punya teman laki-laki, teman laki-laki spesial," Maddie mengikuti L yang berjalan keluar.

"Sudahlah Maddie, aku dan Max hanya berteman. Lagi pula dia lelaki yang sangat menyebalkan," kata L lalu membenarkan tempat duduknya.

"Hahaha kau terlihat lebih banyak tersenyum dan mulai sedikit cerewet sejak ada Max. Aku senang kau berteman dengannya. Aku senang kau kembali lagi," kata Maddie yang dibalas senyuman hangat oleh L sebelum memasuki kelas.

Awal Desember kali ini, L mengambil cuti bekerjanya selama 3 hari. Hari ini di mulainya ujian semester yang sebentar lagi mahasiswa École Polytechnique akan mendapat liburannya. Malam sebelumnya, L meminta izin untuk segera pulang setelah toko ditutup, alasannya untuk mempersiapkan ujian hari ini, mekanika fluida dan manajemen keteknikan. Berkat kebaikan Pak Joe, akhirnya L siap menghadapi ujian hari ini.

Bu Grace membagikan lembar soal dan jawaban. Semuanya mulai mengerjakan setelah Bu Grace memencet stopwatch besar yang terlihat di layar proyektor. Suasanya kelas terasa sepi tanpa kegaduhan para mahasiswa seperti biasanya. Hanya beberapa kali suara lembaran kertas yang dibuka dari setiap meja.

Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang