N

11 2 0
                                    

"Ellena?" seseorang di seberang telpon menerima panggilan dari L.

"Ada apa? Kau perlu sesuatu?" tambahnya.

"Entahlah," jawab Ellena. Suaranya bergetar.

"Kau menangis L, ada apa?" suara orang di seberang sana terdengar mengkhawatirkan L.

"Tidak apa-apa, James. Aku hanya saja --- " jawab L sambil menghapus air mata di pipinya namun tak sempat dia meneruskan jawabannya, sambungan telpon di seberang sana sudah terputus.

Ellena bangun dari kasurnya. Menatap bayangan wajahnya di cermin riasnya. Ellena mengamati setiap inchi dari wajahnya. Memang benar yang dikatakan Max, wajah ini tak bisa berbohong tentang isi hati Ellena. Terlihat wajah muram L saat dia sedang sedih seperti saat ini. L mulai berniat, bertekad untuk merubah sikapnya ini. Ternyata pilihannya selama ini salah. Ternyata pilihannya berbuat baik belum terntu baik untuk orang lain, bahkan temannya. Ellena menarik napas dalam sambil menutup matanya lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ellena membuka matanya setelah beberapa detik kemudian terdengar pintu flatnya diketuk oleh seseorang. Ellena dengan perasaan yang lebih baik, membuka pintu tersebut.

"James?" Ellena kaget melihat sosok James yang ada di depannya. Bosnya ada di depannya saat ini, di flatnya. James hanya tersenyum melihat ekspresi kaget Ellena.

"Kau mengapa kesini?" tanya Ellena.

"Harusnya aku yang tanya kau mengapa. Bolehkah ku masuk? Di luar dingin hehehe," James mengusap-usapkan kedua telapak tangannya.

"Oh tentu, mari masuklah!" Ellena mempersilahkan James masuk dan mengambil mantel  dari tangan James untuk digantungnya di belakang pintu.

"Kau mau kopi atau teh?" Ellena memberikan pilihan minuman setelah mempersilahkan James duduk.

"Teh sepertinya lebih enak hehehe," jawab James sambil memposisikan duduknya yang nyaman.

Tak perlu waktu banyak, dua cangkir teh hangat dengan pancake pisang.

"Terima kasih, kau membuatnya?" tanya James saat menyendok pancake di atas mejanya.

"iya, sudah ku buat sejak siang tadi hehe maaf," jawab L.

"Oh tidak, ini enak. Kau suka memasak?" tanya James setelah merasakan pancake itu.

"iya hehe, dulu ayahku seorang chef," jawab L dengan bangga menyebutkan almarhum ayahnya.

"Pantas saja hehe," James melanjutkan makannya.

"Kau kenapa L?" tanya James yang akhirnya menanyakan hal itu.

"Aku tidak apa-apa James," L menjawab dengan menunduk.

"Kau menangis di telpon tadi. Ceritakan saja, aku siap mendengarkanmu," James mulai duduk mendekati L. Dengan hati-hati James memberanikan diri untuk menyandarkan kepala L ke bahunya. L yang mulai menangis dengan refleks bersandar di bahu James. Keduanya saling diam, menatap ke jendela depan yang berhiaskan peohonan kering yang berselimut salju. Hanya isakan L yang memenuhi ruangan ini. James belum berani bertanya lebih lanjut. Hanya sesekali tangannya mengelus kepala L, mencoba untuk menenangkan L.

"Max tidak suka kita berhubungan di luar pekerjaan," Ellena mengeluarkan suara setelah menyelesaikan isakannya.

"Maksudnya?" tanya James memposisikan duduknya setelah Ellena bangun dari sandaran bahu James.

"Waktu kita ke butik beberapa hari yang lalu, dia mengetahuinya, lagi pula kita kan tidak sengaja bertemu," bela Ellena.

"Dia sepertinya cemburu padaku hahaha," James tertawa lepas mendengarkan Ellena.

"Dia anak yang baik, dia menyukaimu. Sempat kami mengobrol sebelum aku pulang ke Paris, dia menceritakanmu hihihi tapi tidak menyebutkan namamu," jelas James. Ellena hanya hanya terdiam mendengarkan James.

"Tapi aku melihat tadi sore, dia bersama perempuan dan mereka berdua kelihatan cocok," jawab Ellena lirih.

"Wah benarkah? Sepertinya kau cemburu dengan perempuan itu ya hihihi," goda James. Ellena hanya menggelangkan kepala.

"Tapi entahlah, dia sudah tidak menceritakan tentang mu lagi saat kami mengobrol," tambah James.

"Entahlah James, hubungan pertemanan kami juga sudah seperti ini," ucap L sambil menyangga kepalanya dengan tangannya di atas tangan sofa yang dia duduki.

James hanya terdiam. Meminum teh hangat buatan Ellena. Entah mengapa dia bisa ada disini hanya untuk mendengarkan Ellena. Tidak seperti James biasanya.

***

Hari ini, L kembali bekerja setelah mendapat libur 2 hari karena kakak bosnya datang. Ya, James sudah resmi menjadi pemilik toko roti itu, menggantikan ayahnya. Suasana di toko roti tak ada yang berubah, hanya saja Pak Joe tidak ada disana.

"Selamat sore Ellena," sapa Robin, seumuran dengan Pak Joe yang menjadi koki di toko roti itu, menemani Pak Joe. 

"Selamat sore Pak Robin, hari ini ada menu baru?" tanya Ellena bersemangat.

"Kita lihat saja bagaimana kebijakan bos baru kita hehe," jawab Robin kemudian memasuki ruang staf dan segera menuju ke dapur.

L merapikan meja dan kursi agar terlihat bagus kemudian James keluar dari ruangannya dan membalik tanda tutup di pintu itu menjadi tanda buka. Wajah James tidak seperti biasanya. Apakah mungkin dia akan berbeda saat bekerja,menjadi pimpinan di toko roti ini? Entahlah kita lihat saja hari ini.

James terlihat tegas, tak seperti biasanya. Dia sedikit berbicara saat jam kerja. Hanya berbicara saat menyuruh stafnya saja. Apakah memang seperti ini James atau hanya bersikap profesional saja?

"Hey L, kau jangan melamun saja. Bersiaplah menerima pelanggan, sudah terlihat dari luar sana," ucapan James yang tegas mengagetkan L yang ada di meja kasir. Sekarang ini L berganti bagian dengan Sarah. Kelly dan Sarah yang mengantarkan atau membungkus pesanan pelanggan, sedangkan L dibagian penerima pesanan dan kasir. 

Memasuki pukul 7 malam, suasana toko roti mulai ramai. Biasanya Sarah yang menggantikan posisi L karena L belum terlalu mahir dibagiannya, baru beberapa hari dia dibagian itu.

"Hey Sarah, kau kenapa di bagian ini?" tanya James tiba-tiba.

"Ellena sedang ada di dapur, Pak. Kami sudah biasa berganti posisi Pak karena L masih terlalu baru dibagian ini" jawab Sarah. James pun tak menghiraukan alasan Sarah dan langsung saja dia menuju dapur.

"Ellena, kau mengapa disini?" tanya James sedikit membentak. Ellena kaget dan langsung berhenti dengan nampan berisi pesanan pelanggan.

"Aku menggantikan posisi Sarah, Pak. Kami sudah biasanya seperti ini, agar tidak bosan dan aku juga belum terlalu mahir di bagian kasir," jawab L dengan tenang.

"Harusnya semua staf bekerja pada bagian masing-masing yang sudah dibagi. Hari ini saya adakan rapat setelah toko tutup," James sedikit berteriak di dapur. Robin, Kelly, dan L yang berada di dapur langsung diam dan saling melihat satu sama lain.

"Tak ku sangka, James bisa seperti ini," gumam L setelah James meninggalkan dapur.


Elléna, are you ok? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang