Assalamualaikum gais!
Ini cerita baruku ya, maafin kalau suka labil gonta-ganti cerita. Namanya juga remaja;)
Untuk para pembaca, selamat membaca. Setelah itu vote dan komen, ajak juga teman-teman kalian buat baca ceritaku.
***
Katanya rasa ini berharga
Katanya lagi rasa ini bikin bahagia
Nyatanya rasa ini hanya omong belaka
Nyatanya lagi jangan percaya dengan katanya._____________________________
Langit mendung menghiasi atas bumi, menemani awan gelap yang sudah tak tahan ingin segera turun.
Hitungan detik bukan hanya gerimis, hujan lebat lah yang mendadak datang.
Gadis yang tengah duduk di halte seorang diri itu menyesal tiba-tiba karena tidak mendengarkan ucapan Bundanya pagi tadi, "Payung -nya jangan lupa!" begitu kira-kira.
Kalau saja ia tahu hujan akan turun, Aileen pasti tak akan meninggalkan payung -nya di teras rumah. Tidak akan.
Tapi lagi-lagi ia tak mendengarkan ucapan Bunda -nya. Benar saja sekarang hujan deras, Aileen hanya bisa duduk pasrah dan berharap hujan segera mereda.
Sambil menunggu hujan yang tak pasti kapan berhentinya, Aileen membuka ransel biru mudanya. Mengambil sebungkus coklat batangan yang istirahat tadi ia beli di kantin sekolah.
Baru saja hendak menggigit ujung coklat, entah sengaja atau tidak remaja lelaki dengan seragam SMA yang khas itu menyenggol coklat -nya dan...
Coklat tak bisa diselamatkan lagi, sudah jatuh tergeletak di lantai dan retak karena di injak oleh orang yang sama.
Tanpa merasa bersalah sedikitpun. Lelaki tadi duduk seenak jidatnya tanpa meminta maaf atau mengganti coklat yang sudah tak karuan bentuknya.
"Anak jaman sekarang gini ya, berbuat salah bukannya minta maaf malah pergi gitu aja. Gak punya rasa bertanggung jawab. Gimana bangsa Indonesia mau maju kalau generasi muda -nya aja kayak gini," ucap Aileen bermaksud menyindir remaja lelaki yang sudah menjatuhkan coklat nya barusan.
Lelaki itu melirik sekilas. Lalu kembali mengacuhkan ucapan gadis yang duduk beberapa kursi darinya.
"Emang ya cewek, sukanya kode-kodean. Ngomong terus terang apa susahnya? Udah dikasih mulut sama Tuhan bukannya bersyukur."
"Maksud lo apa ngomong kaya gitu? Cowok aja yang memang gak pekaan, terus lari dari tanggung jawab. Ini yang namanya cowok?" balas Aileen tak terima.
"Udah ya daripada banyak bacot, mau lo apa? Bilang aja kan lo itu modus biar bisa ngobrol sama cowok ganteng kaya gue?" ucap Alder. Lelaki itu Alder Kadelon, cowok ganteng incaran ciwi-ciwi satu sekolah dan terkenal playboy.
Aileen membulatkan matanya, cowok ini benar-benar rese. "Idih..., gak usah kegeeran! Cowok modelan lo gini mah banyak kali di pinggir jalan."
"Oh ya?" tanya Alder. Kini ia sudah berdiri cukup dekat dengan Aileen yang masih duduk ditempatnya.
Aileen ikut berdiri, mendorong bahu cowok itu agar sedikit bergeser memberinya jalan. "Iya. Sekarang, gue minta ganti coklat yang udah lo jatuhin," Aileen mengulurkan tangannya malas.
Alder mengangkat sebelah alisnya bingung, "Gantiin? Enak banget lo ngomong. Apa urusannya kok jadi gue yang suruh gantiin?"
"Karena lo yang udah jatuhin!" protes Aileen.
"Gila ya lo! Pake segala alesan jatohin coklat, basi."
"Gue gak mau tau pokonya lo harus ganti coklat gue titik!"
"Apaan sih coklat doang elah. Lebay banget," Alder tetap tak mau mengganti coklat Aileen karena ia tak merasa menjatuhkannya sama sekali.
"Sok banget sih lo. Jangan mentang-mentang lo ganteng lo bisa seenak jidat ya! Ganti gak?" bentak Aillen.
"Enggak!"
"Gantiin!"
"Gak mau!"
"Ganti gue bilang!" Aileen tetap ngotot, padahal harga coklat itu tidak seberapa sampai mereka meributkannya.
"Minggir! Gue mau balik, pusing dengerin mulut rombeng lo."
Alder memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoddie hitam -nya. Melenggang pergi begitu saja tanpa mengganti coklat Aileen.
Ya. Mereka terlalu lama ribut sampai Aileen tak sadar, huja sudah reda sejak sepuluh menit lalu.
Awas kalau ketemu!
Aileen masih tak terima, gadis ini tidak mudah memaafkan kesalahan orang. Bahkan Aileen tak segan-segan mengancam orang itu.
*****
Hati yang kesal dan muram. Sore itu, sesampainya di rumah Aileen membuka pintu rumah dengan kencang. Mengangetkan Bunda -nya yang sedang berkonsentrasi penuh melanjutkan tulisannya yang hampir rampung.
Heleena geleng-geleng kepala, putri nya pasti ada masalah. "Aileen sudah pulang?" teriak Heleena yang mulai bangkit dari kursi kerjanya.
Aileen berlalu begitu saja, tak menggubris ucapan Bunda -nya lagi.
"Bruk...!" suara itu bukan pelan lagi.
"Aileen ada apa?" Heleena setengah berlari mengecek keadaan putri nya.
"Aduhh," Aileen meringis kesakitan. Kepalanya seketika benjol.
"Itu namanya kualat sama orangtua," ucap Heleena sambil membantu putrinya bangkit.
"Untung gak kenapa-napa."
"Gak kenapa-napa? Bunda bilang benjol sebesar ini gak kenapa-napa?" geram Aileen.
"Gak usah manja, kemarin yang bilang Aileen cewek kuat gak bakal kenapa-napa siapa ya?"
"Tau ah Bunda sama aja ngeselin," Aileen berlari menaiki anak tangga menuju kamar nya yang berada di lantai atas.
"Awas nabrak tembok lagi!" Heleena terkekeh sendiri melihat tingkah putrinya.
*****
TERIMAKASIH SEKALI LAGI SUDAH MEMBACA CERITA AKU♡♡♡
Kalau baca jangan setengah-setengah ah, lanjutkan~~~~~
Vote&komen nya sangat membantu《》
KAMU SEDANG MEMBACA
Aileen
Teen FictionSudah cukup merasakannya Aku tak mau mengulanginya Tak akan mau mengingatnya Sudah ku tutup rapat harapannya Apa yang dia lakukan Sudah tak bisa disembuhkan Aku tak mau memberi kesempatan Lagi seperti yang dia lakukan ----- Ail...