"Meski enggan, tapi hati ini menginginkan."__________________________________
Aileen menyisir rambutnya yang masih basah. Gadis itu kini duduk menghadap meja rias, menatap pantulan dirinya dari kaca. Tanpa ekspresi.
Ucapan Bundanya beberapa menit lalu terus menggema, memenuhi indra pendengaran tanpa henti. Debaran jantung kian berpacu, seperti berlomba-lomba siapa yang tercepat.
Aileen mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha meyakinkan bahwa ini memang kenyataan. Bukan hanya mimpi yang singgah sejenak untuk menemani malam nya.
"Aileen!! Sudah belum, sayang?" tanya Bunda nya. Wanita itu, yang melahirkannya, yang bertaruh nyawa demi berlangsungnya kehidupan seorang gadis kecil seperti Aileen. Bagaimana bisa ia menolak permintaan wanita yang begitu berharga sepanjang hidupnya??
"Sedikit lagi, Bun. Aileen nanti nyusul, Bunda duluan aja ya!" ujar Aileen, kemudian meletakkan sisir nya detik itu juga.
***
Bagaimana bisa menghadapi malam yang begitu berbeda dari biasanya? Ini yang pertama untuk Aileen, tak pernah ia rasakan sekhawatir ini. Semuanya akan berubah setelah malam ini, mungkin saja.
"Ayo, sayang!" dengan senyuman tulus nya, Bunda menggandeng putri semata wayangnya. Kentara sekali betapa bahagia nya Bunda nya itu. Tak mungkin Aileen tega melukai perasaan Bunda-nya.
Pukul 19.00 WIB.
Aileen bersama orang tua nya berangkat, menuju tempat pertemuan yang katanya sudah direncanakan.Gadis itu lagi-lagi hanya bisa diam. Ingin menolak, namun tak sanggup. Tak ada alasan juga untuk tak menerima semua ini. Mereka orang baik, tak ada salahnya. Mungkin hanya harus mencoba dan mulai terbiasa.
Perjalanan malam ini terasa sangat singkat. Aileen harus siap, kini ia turun dari mobil bersama Bunda nya. Gadis itu akan berusaha kuat, meski dalam kepura-puraan nya.
"Kamu pasti senang sekali kan, Ai?" tanya Bunda. Aileen benar-benar tidak mengerti, mengapa ia harus merasa senang? Bahkan seingatnya ia tak pernah meminta.
Namun apa daya? Hanya senyuman kecil yang dapat ia berikan. Sebelum semuanya dimulai, sejak ia melangkahkan kaki nya di tempat ini.
"Itu mereka, sudah menunggu rupanya," Bunda menghampiri meja itu. Dimana Trias dan kedua orang tuanya duduk.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Eh yang ditunggu-tunggu sudah datang," ujar Mama Trias, yang sepertinya juga merasa bahagia.
Aileen yang bediri di tempatnya hanya menunduk, tak tahu harus berbuat apa.
"Hei, sayang! Kamu cantik sekali malam ini," setelah mengucapkan itu, Mama Trias mendekat ke arah Aileen lalu memeluknya. Begitu erat, seperti pelukan yang sudah lama merindukan seseorang. Padahal mereka baru saja kenal, bukan?
"Makasih tante," balas Aileen sambil membalas pelukan Mama Trias.
"Ayo silahkan duduk," ujar Ayah Trias mempersilahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aileen
Teen FictionSudah cukup merasakannya Aku tak mau mengulanginya Tak akan mau mengingatnya Sudah ku tutup rapat harapannya Apa yang dia lakukan Sudah tak bisa disembuhkan Aku tak mau memberi kesempatan Lagi seperti yang dia lakukan ----- Ail...