22

645 19 0
                                    

Sekarang aku sudah dirumah, aku pun bergegas mandi, bentar lagi sudah Jam 19:10 WIB.  Yah aku sudah selesai mandi, aku pun sudah makan, bentar lagi pasti Rara datang.

Notif Whatsapp Rara

Rara Amelia :
Rel gua udh di gang rumah lo, bntr lg sampe

Tuhkan baru saja di bilang, aku bergegas keluar, dan berpamitan kepada Ibu, Ayah belum pulang dari kantor.

"Ibu Aurel kerumah Juan, sebentar saja. Asalamualaikum" Aku berpamitam kepada Ibu

"Sama siapa? Jangan malam-malam Aurel, Waalaikumsalam" jawab ibu sedikit menjerit

Aku langsung keluar gerbang, Aku dan Rara menuju rumah Juan. Lumayan jauh rumah aku dengan Juan, nasip-nasip.
Kami berdua sudah sampai dirumah Juan dan langsung mengetuk pintu rumah Juan

Tokkkkkk.... tokkkkk...  tokkkkk..

Juannnn..... Juannnnnn.... Asalamualikum

Juan pun keluar.

"Walaikumsalam, sabar. Anah tumben kerumah Ra,Rel ada apaan nnnhhh" jawab Juan yang sedikit bingung

"Jadi kita orng gk disuruh masuk nh" Rara yang mencoba masuk kerumahnya

Sekarang kita bertiga ada di ruang tamu Juan, mau introgasi Juan, karena cuma dia kuncinya. Jika Juan tidak ingin memberi tahu akan kami gantung di pohon depan rumahnya hehehe btw bercanda yaa....

"Juan sebenernya apa yang kamu sumputin dari aku" tanyaku serius kepada Juan

"Apan sh Rel, gk ada yg gua sumputin dari lo, pasti ini ulah si Rara kan, lo ini gua suruh diem-diem aja malah gacor" ucap Juan

"Ya habisnya gua keceplosan kemaren Wan, udahlah lo jelasin aja sama Aurel. Sebenernya ada apa" ujur Rara

"Juan cerita ajaa Wan, sama sahabat sendiri masa sumput-sumputan. Sebenernya ada apa shh, kita kan bersahabat bukan baru kemaren, udah sekitar 2 tahun Wan, yakli sumput-sumputan" mataku mulai berkaca-kaca

"Bukan maksud gua sumput-sumputan Rel, bukan berarti gua gk ada alasan buat gk ngasih tau lo. Bima yang gk ngebolehin gua kasih tau lo, Bima tau lo bakal cegah Bima kalo lo tau semua ini. Bima gk suka liat lo sama Dewa, Bima akan ngelakuin apapun asalkan Dewa gk deketin lo lagi, Bima ditantang balapan setiap malam sama Dewa, dan malam ini turnamen besar-besaran, kalo Bima kalah Bima gk boleh lagi deketin lo bahkan Bima harus pergi jauh-jauh dari hidup lo, lo jatuh cinta Sama Dewa tapi lo lupa ada Bima yang siap siaga di samping lo, yang lebih cinta jauh sebelum ada Dewa" penjelasan Juan

"Gua benci Wan, gua benci Bima! udah ada perjanjian dari awalkan. Diantara kita gk boleh ada yang jatuh cinta, karena ini bakal ngerusak persahabtan" Air mataku yang mulai terjatuh kepipi

"Rel gua kasih tau sama lo, gk adaa yang bisa nebak hati kita bakal suka sama siapa, kita bisa jatuh cinta bahkan jatuh cinta sama seseorang yang sama sekali gk kita kenal. Dan kita bisa jatuh cinta sama seseorang yang selalu ada buat kita, begitu juga Bima, setiap Bima ada apa-apa orang yang pertama kali netesin air mata siapa? Lo Rel, orang yang gk mau Bima kenapa-napa itu lo Rel, mungkin lo gk ngerasain, tapi Bima ngerasain kalo sebenernya lo juga sayang banget sama Bima" Juan yang benar-bener serius

"Ayok Ra kita pulang, dan Aku gk akan melanjutkan persahabtan kita!" ucapku langsung menarik Rara

Disaat jalan pulang, aku meneteskan banyak air mata, aku gk habis fikir Bima menyukaiku, melakukan apa saja, bahkan balapan mobil akan fatal akibatnya.

"Rel udah jangan sedih, lo butuh waktu untuk ngeredain diri lo" ucap Rara

"Aku gk habisfikir Ra, Bima suka sama aku" jawabku

"Bima bener-bener cowo yang baik Rel, kita udah tau baik buruknya Bima, gk salah dia suka sama lo. Gua dukung ko Rel"

Akupun hanya diam, tiba-tiba Hanpphone Rara bergetar, ternyata Rara dapet telfon, Rara meminggirkan mobilnya dan perlahan memberhentikan mobilnya.

"Rel.....  Rel..... BIMA KECELAKAAN! " Hanpphone Rara yang terjatuh dari genggamannya

"APA! Kamu gk salah ngomong kan Ra, Ra kamu gk bercandakan!, ayok kita kesana, CEPET RAAAAA!!!!! " Raut wajahku begitu cemas, air mata yang mengalir terus menerus

"Disana udah ada Juan ko Rel, lo sabar. Yang tenang, biar gua nyetirnya fokus" ucap Rara

Sesampainya di lokasi, aku bergegas turun dengan cepat, disaat aku turun, lokasi yang sudah dikelilingi garis polisi, keliahatan jelas bahwa mobil Bima hancur, benar-benar hancur. Akupun langsung berlari tidak memikirkan apapun, banyak sekali polisi yang mengelilingi tempat kejadian. aku tetap mencari keberadaan Bima walupun dicegah oleh polisi.

"BIMAAAA!!!!!!!  BIMAAAAA!!!!!!  BIMAAAAAAAAA!!!!!!! " jeritan yang cukup histeris bercampur dengan tangisan, kakiku tidak kuat menopang badanku. Seketika aku terjatuh tepat di lokasi kejadian kecelakaan Bima, aku masih sedikit sadar

"Rel, jangan kaya gini lo harus kuat" ucap Rara

Juan yang langsung menggotongku ke mobil Rara. Dan menyuruh Rara untuk kerumah sakit, karena Bima sudah ada dirumah sakit sekarang, aku dan Rara mengikuti Juan kearah rumah sakit. Kami sudah sampai dirumah sakit, akupun berlari menuju ruang UGD, tidak bisa melihat Bima, karena pintu sudah tertutup rapat, aku bersandar di tembok dan terjatuh perlahan kelantai, tangisanku begitu histeris. Semua ini karena aku, Aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

"Rel yang kuat, lo harus kuat" ucap Rara

"Rel jangan nangis, Bima bakal sembuh" ucap Juan

"Kalo terjadi apa-apa sama Bima, AKU GK AKAN MAAFIN DIRIKU! " jawabku histeris

"Rel ayok kita pulang udah malam, besokkan hari minggu jadi kita bisa kesini lagi" Rara yang duduk tepat di depan aku sambil merapihkan rambutku

"Gkkkkkkkk! Aku tetap disini, tungguin Bima sadar Raaaaaa, Ra aku gk mau kehilangan Bima!. Aku sayang banget sama Bima, sayang banget! " aku yang menggebuk-gebuk dinding yang ada didepanku

"Ayok Rel, besok kita kesini lagi. Bima bakal sedih kalo tau lo selalu nangisin dia" Rara yang merangkulku dan sedikit berusaha mengajaku berjalan untuk pulang

"Iya Rel, kalo ada apa-apa gua bakal telfon lo. Gua yang bakal nungguin Bima disini, Jadi mendingan sekarang lo pulang" ucap Juan

Aku dan Rara pulang, di perjalanan air mata ini seperti sungai yang mengalir tanpa tau kapan berhenti..













Vote dan jangan lupa komentarnya para readers tercintaa..... ❤

lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang