Kamu tahu? Aku memang pergi. Tapi, tidak menghilang dari bumi ini.
Akbar turun dari lantai atas dengan jas yang ia sampirkan di lengan kirinya, sementara lengan kanannya membawa tas kerjanya akan menuju tempat di mana Ayahnya berada--ruang tengah seperti biasa. Setelah bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya, ia langsung akan menuju ke kantor.
Akbar mendengar suara kikikkan dari mulut Ayahnya yang ia lihat sedang menggeser-geser layar ponselnya. Akbar berjalan mendekatinya sambil mengerutkan kedua alisnya dalam.
"Ayah, masih pagi udah cekikikkan aja," ucap Akbar berdiri di samping sofa yang Ayahnya duduki itu.
Fadil menoleh ke samping, mendongakkan kepala karena posisi Akbar yang berdiri. "Ya, gimana, ya, inget-inget zaman kamu kecil dulu jadi pengennya ketawa terus," sahutnya.
Akbar menaruh tas dan juga jas kerjanya di sofa, lalu duduk di samping Ayahnya. Penasaran dengan apa yang Ayahnya beri tahu tadi. Fadil menyodorkan ponselnya pada Akbar, menampilkan foto-foto Akbar saat kecil, saat ia masih duduk di Taman Kanak-kanak.
Akbar menatap layar ponsel itu, jarinya menggeser-geser layar menampilkan foto yang berbeda-beda. Saat melihat foto-foto itu, Akbar hampir lupa kalau ia pernah mempunyai teman saat dirinya masih kecil. Bahkan, ia sudah tidak tahu lagi teman satu TKnya itu sekarang ada di mana.
"Lucu, kan?" tanya Fadil memperhatikan raut wajah Akbar yang sesekali mendengus, tersenyum geli, cekikikkan, bahkan sampai melotot ketika melihat wajah dirinya saat kecil yang cemong karena makan es krim.
Akbar menoleh pada Fadil kemudian fokus pada layar ponsel kembali. "Kok Akbar hampir lupa ya sama temen-temen TK?" tanyanya pada diri sendiri.
"Udah tua namanya," sahut Fadil membuat anak laki-lakinya itu menatap dirinya, seolah-olah tidak terima dengan apa yang ia katakan tadi.
Kini layar ponsel memperlihatkan foto Akbar kecil dengan dua perempuan memakai kerudung dan juga satu anak laki-laki. Posisinya, Akbar di ujung kiri, kemudian teman laki-lakinya di samping dirinya, sedangkan kedua perempuan yang memakai kerudung itu berdiri setelah temannya yang laki-laki.
"Yah, ini nama mereka siapa? Akbar lupa banget nama mereka."
Fadil menatap ponselnya sebentar, berusaha mengingat-ingat nama teman Akbar. Selang beberapa detik ia mengingatnya.
"Masa kamu gak inget? Ayah aja inget nama mereka."
Akbar menggaruk belakang kepalanya. "Ya... gimana lagi, Akbar bener-bener lupa. Kecuali sama nih yang laki-laki, kalo gak salah namanya.. Erik, ya Erik! Bener, kan?"
"Hm, bener. Dia Erik, terus yang perempuan dua itu siapa?"
Akbar mengingat-ingat kembali, memori otaknya ia putar habis. Seakan-akan, otak atas diputar ke bawah dan otak bawah diputar ke atas, siapa tahu saja dengan cara itu ia bisa mengingat zaman ia masih kecil.
"Lupa, Yah," ujar Akbar akhirnya.
Fadil mendengus kecil, mengambil alih ponselnya itu. Ia menatap dua anak perempuan itu yang tersenyum lebar, satu dengan senyuman manisnya dan satu lagi dengan senyuman yang membuat lesung pipitnya terlihat jelas di pipi sebelah kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRESHA (SUDAH TERBIT)
عاطفيةBerjuang untuk seseorang yang hatinya masih terpaku pada masa lalu itu memang tidak mudah. Tapi percayalah, jika kita memang benar-benar tulus padanya, selama atau sesulit apa pun memperjuangkannya, perjuangan itu akan terbayar penuh dengan kebahagi...