Memang ada pertemuan yang hanya sekadar pertemuan. Tapi, aku ingin pertemuan ini berakhir dengan kebersamaan.
-AE-
"Mas, Mbak. Esha pulang duluan, ya."Perempuan berumur 21 tahun itu bernama Lintang Ayesha Kamila, kerap dipanggil Esha. Saat ini jam kerjanya di Cafe Hehe itu sudah selesai. Ia bekerja di Cafe itu sekitar 2 tahunan, semenjak sudah tak ada keluarganya lagi yang bisa membiayai kehidupannya.
Esha bekerja sebagai pelayan. Bekerja dari pagi sampai sore sekitar pukul lima sore, atau jika ia mengambil shift malam, maka akan sampai jam sembilan atau sepuluh malam. Esha terkenal dengan senyumannya, mungkin karena terbiasa tersenyum menyapa pelanggan.
Saat hendak pulang ke rumahnya, Esha berpamitan pada rekan kerjanya yang usianya lebih dewasa dibandingkan dirinya. Chandra dan Dinda--rekan kerjanya yang sama-sama berusia 24 tahun itu tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Esha.
"Hati-hati, Sha. Kalo ada apa-apa di jalan langsung hubungin, ya." kata Dinda.
Dinda menganggap Esha seperti adiknya sendiri. Ia tahu tentang kehidupan gadis itu, karena Esha selalu mencurahkan isi hatinya padanya. Hanya pada Dindalah, Esha bisa bercerita tentang kehidupannya, dan juga keluh kesahnya. Selain pada Allah, Dindalah tempat kedua ia bisa mengeluarkan apa yang sedang ia rasakan. Dan Chandra, meskipun Esha tidak terlalu dekat dengannya, tetapi Chandra akan selalu memberikan motivasi dan juga semangat pada Esha. Hanya pada dua orang itulah Esha percaya.
"Iya, Mbak. Assalamu'alaikum, mbak, mas." Esha memakai tas slempangnya dan berjalan keluar Cafe.
"Wa'alaikumsallam." jawab Dinda dan Chandra, kemudian mereka melanjutkan aktivitasnya kembali.
Esha berjalan menuju parkiran Cafe untuk mengambil sepedanya di sana. Ia memakai sepeda peninggalan Ayahnya dulu. Selalu memakai sepeda itu ke mana-mana, meskipun warna sepeda itu sudah hampir pudar. Tetapi, ia sangat menyayangi dan menjaga barang pemberian ayahnya.
Ia mengambil sepeda, lalu menaikinya dan mulai mengayuh pedal sepeda. Jarak antara rumah dan Cafe Hehe tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk sampai. Sore ini, Esha akan membeli nasi goreng untuk makan dirinya dan juga adiknya yang berada di rumah.
Esha memberhentikan sepedanya di samping gerobak nasi goreng samping trotoar jalan. Memesan dua porsi nasi goreng dan duduk di kursi sambil menunggu pesanannya matang. Matanya melihat beberapa orang yang makan di warung itu, ada yang berdua, ada yang sendiri sambil membaca buku dan ada yang sedang memfoto makanannya sendiri. Ia hanya tersenyum melihat itu semua.
Samar-samar Esha mendengar suara seseorang sedang berbicara lewat telefon. Nada bicaranya sangat humoris dan juga terdengar bahagia. Ia melihat laki-laki memakai pakaian kerja yang masih melekat di tubuhnya. Lelaki itu berdiri di samping gerobak.
"Iya, Ayah. Ini lagi beli nasi goreng dulu." ucap lelaki itu menghadap jalan raya yang ramai akan kendaraan.
"..."
"Ayah mantu mulu, deh pengennya. Ya udah, gak jadi nih nasi gorengnya? Biar buat Abang aja. Ayah gak makan malem ini."
"..."
"Iya-iya, ayah. Ya Allah, abang gemes lama-lama. Iya nanti besok abang bawain calon mantu, sekarang pesen nasi goreng dulu buat makan nanti."
"..."
"Abang tutup, ya. Wassalamu'alaikum."
Kemudian lelaki itu terkekeh sebentar dan memasukkan ponselnya di saku celana bahannya. Berbalik badan menghadap penjual nasi goreng untuk memesan dua porsi, tapi bapak penjualnya malah berjalan menuju perempuan yang sedang duduk di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRESHA (SUDAH TERBIT)
RomantizmBerjuang untuk seseorang yang hatinya masih terpaku pada masa lalu itu memang tidak mudah. Tapi percayalah, jika kita memang benar-benar tulus padanya, selama atau sesulit apa pun memperjuangkannya, perjuangan itu akan terbayar penuh dengan kebahagi...