9. Dihukum

198 15 1
                                    

Happy reading ...

Sinar mentari pagi menampakkan diri dengan sempurna, Akash baru saja selesai dengan segala perlengkapan sekolahnya dan bergegas turun ke lantai bawah.

"Akash, sini sarapan dulu nak." Akash mengabaikan ajakan wanita yang sedang menyiapkan sarapan untuknya di meja makan. Lelaki itu terus berjalan menuju pintu sampai seruan dari seseorang membuat langkahnya terhenti.

"Akash berhenti!" ucap Ayahnya, Damar

Lelaki yang disebut namanya itu membalikkan badannya.

"Kamu jangan tidak sopan seperti itu pada Mamahmu. Duduk dan sarapan cepat!"

"Sejak kapan Papah peduli sama Akash?"

Damar menggebrak meja dan berdiri membuat seisi rumah terkejut, terkecuali Akash. "AKASH, SIAPA YANG MENGAJARKANMU TIDAK SOPAN SEPERTI INI?!"

Akash sudah muak melihat semua ini. Ia berjalan keluar rumah mengabaikan seruan dari dalam dan bergegas menaiki motor ninjanya, membelah jalanan Ibukota dengan kecepatan tinggi di atas rata-rata.

Waktu menunjukan pukul 07.15 AM, Akash sampai dan memarkirkan motornya di halaman depan sekolah. Gerbang hitam menjulang tinggi menutupi pintu masuk utama SMA Bintang Permata. Akash telat, lagi.

Seperti biasa, lelaki itu masuk menyelundup ke dalam sekolah melewati kantin belakang. Ia berjalan santai. Tidak ada murid yang berlalu lalang di koridor.

"Akash!"

Lelaki yang dipanggil namanya itu membalikkan badannya dan mengumpat saat tahu ia sedang berhadapan dengan siapa. Ingin lari pun percuma, Pak Abdi sudah berada tepat selangkah di belakangnya.

"Telat lagi?!" tanya Pak Abdi to the point sambil berkacak pinggang dengan wajah marah khasnya.

Akash menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Hehe Pak Abdi, hari ini ganteng banget Pak."

Pak Abdi melototkan matanya yang hampir keluar di balik kacamata tebalnya pada Akash. "Sekarang kamu pergi ke tengah lapangan hormat pada bendera. Jangan berhenti sampai saya perintahkan!"

"Duh Pak saya mau ke kelas nih , saya mau jadi anak..."

"CEPAT AKASH DAMARA!"

"Iya, Pak. Ini saya ke lapangan tapi nggak usah teriak gitu dong, Pak." Akash pasrah. Memang apa yang akan ia lakukan, ingin kabur juga percuma. Di pinggir lapangan, Pak Abdi mengawasi Akash yang bisa saja nekat kabur.

Azura dan Amel berjalan di koridor setelah keluar izin pergi ke toilet saat jam pelajaran Bu Ira berlangsung.

"Mel, lain kali gue nggak mau anter lo ke toilet cuma buat dandan kaya tadi, buang-buang waktu tau." gerutu Azura sambil terus berjalan tanpa mengarahkan pandangannya ke arah Amel.

Tidak ada jawaban. Azura menoleh dan mendapati sahabatnya itu berhenti di belakangnya.

Azura menghampiri Amel. "Mel, ayo ih ngapain sih diem di sini?"

"Ra, jangan berisik, ganggu aja deh."

"Lo liatin apa sih?"

"Tuh liat."

Pandangan mata Azura menoleh mengikuti arah pandang yang ditunjukkan Amel.

"Itu cuma Akash Mel, udah deh ayo ke kelas."

Amel beralih menatap sahabatnya itu. "OMG!! Azura dengerin gue. Itu Akash lagi dijemur kaya gitu tuh gantengnya maksimal bangettt, Ra. Keringetan makin keren aja deh heran gue."

Azura terkejut tak percaya. "Dihukum kok keren sih, Mel?!"

"Ya kerenlah Azura, coba lo liat tuh cool banget tau nggak sih. Gue rela deh dijemur kaya gitu asal bareng Akash."

Azura kehabisan kata-kata untuk meladeni Amel yang tergila-gila dengan cowok yang ia tau bernama Akash. Azura pergi meninggalkan Amel yang masih terus mengoceh membuatnya semakin jengkel. "Ra, ih kok gue ditinggal sih?!"

"Abisnya lo lama sih, kurang kerjaan tau nggak liatin orang dihukum gitu." Azura emosi. Sekian kali sahabatnya ini memuja cowok rese nan aneh bernama Akash itu. Sepertinya otak Amel sudah sedikit rusak.

"Sirik aja lo Ra, eh tapi kenapa ya Akash dihukum?"

"Ya pasti telat lah dia. Atau nggak buat onar lagi. Dasar cowok bandel."

"Eh Ra, lo jangan kaya gitu. Nanti jadi suka loh."

"Ih nggak lah, nggak bakal. Dia tuh bukan tipe gue." ucap Azura sambil bergidik geli.

"Nggak ada yang nggak mungkin Ra."

Azura mempercepat langkahnya. "Mimpi buruk gue."

"Ra tungguin napa siihh!" Amel berteriak. Sedetik kemudian dirinya merutuki kebodohannya, alih-alih membuat Azura menoleh malah murid yang berada di koridor yang menatapnya.

Azura terus berjalan menghiraukan seruan dari Amel. Malas meladeni ocehan Amel yang semakin tak karuan, pikir Azura.

***
[TBC]

HAY !
KETEMU LAGI CERITA AKASH, GIMANA?

Intinya jangan sampai lupa untuk voment and share cerita AKASH ke teman-teman yg lain ya :3

Salam hangat, Pipid!!
Thank u and see u all <3

AkashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang