11. Surat panggilan

257 12 3
                                    

"Azura dan Mutia, Ibu minta tolong ambilkan 20 buku paket Kimia di perpustakaan ya?" Bu Ira memerintah kepada Azura dan Mutia yang kebetulan duduk di depannya.

"Oke Bu. Ayo, Ra!" Mutia mengangguk dan berdiri dari bangkunya dengan semangat. Ini kesempatannya untuk melepas jenuh karena pelajaran yang menyita tenaganya.

"Ayo."

Jarak antara kelas Azura dengan perpustakaan memang terbilang jauh. Keduanya harus melewati tangga untuk sampai ke sana.

"Ra, sebentar." ucap Mutia membuat Azura ikut berhenti melangkah.

"Kenapa sih, Mut?"

"Ra, lo ke perpus sendiri nggak apa ya?"

"Loh kenapa?" tanya Azura, heran.

"Kayanya gue harus memenuhi panggilan alam deh Ra, heheh." ucap Mutia cengegesan sambil terus meringis memegangi perutnya.

Azura memutar bola matanya malas. Benar-benar kebiasaan seorang Mutia yang sarapan terlalu banyak. "Kebiasaan banget sih lo. Makanya kalau sarapan tuh jangan rakus. Yaudah sana."

"Serius nih, Ra?"

"Iya serius Mutia. Udah deh mending lo cepet pergi sana udah kecium bau nih." Azura bergurau seraya menutup hidungnya disertai tawa.

"Lo baik banget emang, Ra. Oke gue tinggal ya bye." ucap Mutia sambil terus melangkah pergi.

Azura hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol sahabatnya satu itu. Kedua sahabatnya memang tidak pernah waras. Amel yang selalu heboh dengan sikapnya dan Mutia yang selalu rakus soal makanan. Walau bagaimanapun, merekalah pelengkap kehidupan Azura, yang selalu ada di sampingnya saat suka dan duka.

Entah bagaimana jika mereka lulus dan berpisah, yang pasti Azura benar-benar tidak ingin memikirkannya. Saat ini, ia hanya ingin menikmati masa sekolahnya bersama kedua sahabatnya.

Tak terasa cukup lama Azura melamun, kini dirinya telah sampai di perpustakaan. Ia segera membuka kenop pintu ruangan.

Klek..

Sepi. Hanya ada beberapa orang yang memang bertugas di ruangan ber- ac ini. "Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." jawab Bu Rumi. Pengelola perpustakaan.

"Bu, saya mau pinjam 20 buku paket Kimia." ucap Azura tersenyum sopan.

"Kamu kelas berapa dan pelajaran siapa?"

"Saya Kelas XI IPA 2 Bu, pelajaran Bu Ira."

"Ya sudah ambil bukunya di rak pojok sebelah kiri dan jangan lupa catat di buku pengunjung." jelas Bu Rumi sambil menunjuk rak yang harus dituju Azura.

Azura mengangguk dan segera menuju rak yang diberi tau Bu Rumi padanya. Matanya berbinar saat menemukan dimana buku yang ia cari.

"Tunggu. Tapi gimana caranya buku setebel dan sebanyak ini gue bawa sendirian ke kelas? Kuat nggak ya?" Azura bergumam sendirian lalu berpikir sebentar. Pasti kuat kok. Dengan segera ia menyisihkan 20 buku untuk dibawanya ke kelas.

"Anak ini kenapa memang, Pak?" suara Bu Rumi berada di belakang rak yang masih terdengar jelas oleh Azura.

"Dia membolos di kantin belakang. Saya ingin hukum dia merapihkan rak buku di perpusatakaan ini." ucap seseorang yang Azura yakini dari suaranya adalah Pak Abdi.

Sudah pasti saat ini Pak Abdi sedang menghukum murid yang bolos itu, tapi siapa? Azura membatin sambil menggelengkan kepalanya, sejak kapan dirinya jadi ingin tau urusan orang lain. Itu bukan sifatnya.

AkashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang