Vote sebelum membaca dan jangan lupa comentnya. Thxu 💛
[Coment kalau typo]
Happy reading...
Tok.. Tok..
"Akash, bangun. Papah tunggu di ruang makan." Suara Damar terdengar oleh Akash yang sedang menikmati tidurnya di hari minggu.
Jam menunjukkan pukul 07.30 AM. Akash menghela napasnya seraya bangun dari kasur menuju kamar mandinya.
Setelah 15 menit bersiap, Akash segera menuju ruang makan. Sesampai di ruang makan, ia langsung duduk dan menyantap sarapannya dalam diam.
"Akash kamu mau susu apa? Coklat atau vanila?" tanya Vera-ibu tiri Akash sekaligus Ibu dari Varo.
Ya, Ibu kandung Akash meninggal dunia 1 tahun lalu. Ara meninggal akibat penyakit jantungnya. Akash masih tidak bisa menerima pengganti ibu kandungnya apalagi untuk menerima saudara tiri yang tak lain adalah musuhnya, Varo.
Akash diam tak menjawab. Selalu berlaku dingin pada Vera. Wanita paruh baya itu paham, Akash hanya perlu waktu. Bagi Vera, Akash dan Varo adalah anaknya. Tidak ada perbedaan kasih sayang pada keduanya walaupun Akash dilahirkan bukan dari rahimnya.
"Ya sudah kalau nggak mau susu. Ini minumnya ya." Vera meletakkan gelas berisi air putih di samping piring Akash. Senyuman tercetak jelas di wajahnya, senyum tulus seorang ibu.
Damar yang melihat kelakuan anaknya hanya bisa menghela napasnya.
"Bi, Bi Yati!" panggil Damar ke arah dapur.
Mendengar majikannya memanggil, Bi Yati segera menghampiri. "Ada apa, Tuan?"
"Tolong panggilkan Varo. Suruh dia sarapan bersama disini." titah Damar.
"Biar aku saja, Mas. Bi Yati biar lanjutin kerjaan di dapur." ucap Vera sera bangkit dari bangkunya.
"Baik, Nyonya."
Tak berselang lama Vera dan Varo kembali dan bergabung sarapan di meja makan. Suasana terasa hening, hanya dentingan garpu dan sendok yang saling beradu di atas piring.
"Papah mau bicarakan sesuatu sama kalian." Damar memecahkan keheningan di antara mereka.
Akash masih melanjutkan makannya. "Apa?"
Damar menghela napasnya. Ia harap ini keputusan terbaik untuk kedua anaknya. "Papah sudah sepakat untuk Varo sekolah di tempat Akash."
Pernyataan Damar sontak membuat Varo dan Akash menghentikan acara makannya. Mereka sama-sama terkejut.
Akash menatap Damar-Papahnya. "Pah, kaya nggak ada sekolah lain aja sih. Kenapa harus satu sekolah sama Akash?"
"Ini sudah keputusan terbaik. Varo satu sekolah dengan Akash, hanya berbeda tingkatan. Varo di kelas XII." ujar Damar tegas.
Vera menatap Varo. Berharap Varo setuju dengan keputusan ini. "Varo, kamu setuju kan?"
Varo diam, menatap satu persatu orang yang menunggu jawabannya. Ia tersenyum miring dan melirik pada Akash. "Setuju."
Akash melihat seringai meremehkan Varo, menjengkelkan. Rasanya tangan Akash gatal sekali ingin meninju wajah saudara tiri brengseknya ini.
"Akash pamit ke kamar." ucap Akash seraya bangkit dari bangku dan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2.
Varo juga menghentikan acara makannya dan bangkit dari bangku tanpa permisi.
"Varo, mau kemana kamu?" tanya Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akash
Teen Fiction"Berjanjilah untuk menetap, Kash. Karena kepergian bukan suatu hal yang tidak mungkin." - Azura Gallenka "Seperti senja yang hanya ditakdirkan berlabuh di langit, sama hal nya diri ini yang akan selalu menetap, Ra. Percayalah. " - Akash Damara . . ...