Happy reading...
Sebuah keributan terjadi di dalam kelas XI IPS 5 membuat seluruh murid SMA Bintang Permata datang mengerumuni tempat kejadian.
"Apa yang buat lo nolak gue?!"
"Gue jijik sama lo." ucap Akash membuat suasana semakin panas.
Bagai disambar petir siang hari, perkataan Akash benar-benar menohok dalam perasaan gadis dihadapannya. Semua tidak menyangka Akash menolak gadis cantik itu mentah-mentah. "Kurang apa sih gue?!"
Stella Gracia Mared. Biasa dipanggil Stella. Siswi primadona SMA Bintang Permata itu baru saja menyatakan perasaannya pada Akash, lelaki yang ia sukai sejak lama.
Memang benar. Kecantikan Stella gadis blasteran Indo-eropa itu tak perlu diragukan lagi. Wajah putih menawan dengan hidung mancung serta bola mata coklat semakin menambah aura kecantikannya di mata kaum adam.
Siapapun pasti ingin menjadi kekasihnya. Gadis cantik berbalut seragam serba ketat itu menangis di hadapan semua murid yang menonton. Mencari perhatian, pikir Akash.
"Mending sekarang lo keluar dari kelas gue!" Akash memberi perintah pada gadis di depannya.
"Nggak, gue nggak mau!" Stella menolak. Ia tidak akan pergi sebelum Akash memberinya alasan yang jelas.
"Oke kalau gitu gue yang pergi." ucap Akash sambil berlalu keluar kelas membelah kerumunan.
Lelaki itu terus berjalan mengabaikan seruan dari dalam kelas. Ia sudah muak melihat kekonyolan yang dilakukan Stella. Dengan mudahnya gadis itu menyatakan perasaannya di depan umum, benar-benar tak tau malu.
Akash sampai di kantin dan segera duduk di bangku pojok. Tak lama teman-temannya datang.
Arga melihat ke sekeliling. "Sepi bener ini kantin."
"Iya lah sepi kan tadi ramenya di kelas kita bego." ucap Bayu sambil menoyor kepala Arga.
"Ah demen amat si lo geplak kepala gue? Sakit, Bay." ucap Arga dengan nada lebay yang dibuat-buat.
"Idih jijik najis."
Dimas mengabaikan pertikaian bodoh teman-temannya. Ia melirik Akash serius. "Lo kenapa nolak si Stella?"
"Gue nggak suka dia."
"Ah elah lo Kash, si Stella itu udah cantik, montok buseh paket komplit pisan dah." Alwi berbicara dengan mendramatisir.
Disetujui anggukan oleh teman-temannya yang lain.
"Kayanya ya Kash, Stella tuh udh suka sama lo lama. Padahal mah lo terima aja abis itu tinggalin." ucap Bayu seenaknya.
Akash masih diam menatap lurus ke depan. "Emang gue kaya lo. Tampang nggak seberapa cewe sana sini."
Perkataan Akash barusan membuat gelak tawa teman-temannya tercipta mengejek Bayu.
"Makanya Bay benerin dulu tuh muka lo. Biar enak dipandang." ledek Dimas sambil memegangi perutnya yang sakit karena terus tertawa.
Bayu mengelus dada sambil menggelengkan kepalanya. Tak percaya temannya sendiri mengucilkan dirinya. "Kalian semua jahat sumpah."
"Kenapa sih? Bayu jahat sama Stella?" tanya Arga polos membuat tawa teman-temannya berhenti.
"Telmi lu bego." Dimas kesal. Diantara mereka memang Arga yang paling telmi. Ganteng-ganteng telminya kelewat.
"Udah ayo cabut. Si Arga kumat." Akash berdiri dari bangkunya dan berlalu disusul oleh Dimas.
Bayu berdiri dari bangkunya, menepuk pelan pundak Arga sambil berlalu. "Gue suka gaya lo, begonya natural permanen. Pertahanin, Ga."
"Gue juga suka gaya lo, Ga. Tololnya sampe tulang upil." ucap Alwi juga menepuk pundak Arga dan berlalu meninggalkan lelaki itu sendirian di kantin.
Arga semakin dibuat bingung di tempatnya. Benar-benar tidak mengerti apa maksud teman-temannya. Apalagi perkataan Alwi barusan.
Sejak kapan upil punya tulang, pikir Arga.
***
HAI GAES BACA NOTE DI BAWAH INI DULU YA!!NOTE :
Sebenernya chapter 10 tuh panjang. Kenapa? Karna lagi mood nulis. Terus ini kenapa pendek? Karna wp nya eror, aku berusaha bikin panjang malah berantakan :(
Entah ada dgn wp ini bener sebel banget sumpah.
Jadi maaf ya terpaksa chapter 10 ini aku buat 2 bagian, kalian tinggal baca selanjutnya. Semoga kalian tetep suka ya hehe :)
Oke ya? Pokoknya Baca selanjutnya⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
Akash
Teen Fiction"Berjanjilah untuk menetap, Kash. Karena kepergian bukan suatu hal yang tidak mungkin." - Azura Gallenka "Seperti senja yang hanya ditakdirkan berlabuh di langit, sama hal nya diri ini yang akan selalu menetap, Ra. Percayalah. " - Akash Damara . . ...