🐥 Fase.3🐥

181 9 4
                                    


     Hari ini hari sabtu dimana Alana dan Natha sedang sibuk menonton drama korea, mereka membuat seisi rumah berantakan dengan makanan yang Alana bawa semalam. Terlebih sekarang ada Davy yang sedang bermain game dengan kaka sepupu Natha.

     Dalam waktu 2 jam mereka berhasil membuat ruang keluarga berantakan. Mereka berempat sampai lupa jika ruang keluarga dan ruang tamu hanya di batasi rak rak kayu, Mereka pasti akan kewalahan ketika ada tamu yang tiba tiba datang.

     "Di pintu dia di deket pintu, tembak Van, gue lagi urus si pria brewokkan ini"

     "hajar si brewok, biarin pintunya gue bolongin dulu"

     "Gilaaa... dia bukan pacarnya ngapain cemburu... ya ela...."

     "Ah, galo gue jadi dia gue ngga bakal biarin laki laki itu lepas"

     Itulah triakan yang terjadi di rumah Natha, beruntungnya ada adik dari ibu Natha yang mau mengurus Natha dan rumahnya, jika tidak mungkin saat ini mereka sudah keluar rumah dan pulang malam.

     Ting...ting....ting....
     Suara bel klasik membuat mereka berempat diam di tempat, hal yang mereka inginkan benar benar terjadi.

     "Huaaaa.... tante Hani.... gimana ini" ucap Natha sambil memberesi kulit kacang yang ada di depannya,

     Alana ikut bingung dengan apa yang terjadi, sementara Davy dan Ovan sibuk menggulung karpet tempat berbagai macam bungkus makanan terlempar.

     "Tante buka pintu dulu ya" ucap wanita bernama Hani saat mendekat ke arah pintu.

     Alana dan Natha saling menatap, "jangannn...." ucap mereka berdua secara bersamaan dengan dramatis. Tapi triakan mereka memudar ketika melihat Vano yang berdiri di depan pintu.

     "Kalian kenapa?"

     "Eh, hehehe... ada Vano. Ya udah lo pasti mau ketemu Alana kan, ya udah nih gue rela Alana lo ajak ngobrol" Natha mendorong Alana, sontak membuat Alana menatap tajam ke arahnya.

     "Udah sana, gue mau beresin ini semua sebelum dia liat"

     Alana mengangguk, dengan berat hati ia mendekati Vano lalu menyuruhnya duduk di ruang tamu. Alana sengaja menyuruh Vano duduk membelakangi ruang keluarga agar Vano tidak melihat apa yang terjadi di sana.

     "Davyyy... matin gamenya buruan. Kalo ngga gue ambil Cathree buat cakar muka lo" suara Natha berhasil terdengar oleh Alana dan Vano,

     Yang bisa Alana lakukan adalah menggaruk kepalanya yang sama sekai tidak gatal. Sementara Vano malah menatap Alana.

     "Kenapa liatin gitu"

     "Lo lucu kalo lagi salting"

     Alana terdiam sesaat, entah bagaimana ia harus membalas perkataan Vano. Alana merasa itu bukanlah ejekan melainkan pujian.

     Brakkk....
     Alana menoleh ke arah Natha yang sudah jatuh tersungkur ke bawah bersama  Cathree yang ada di punggung Natha.

     Natha menampilkan cengiran lebarnya, "gue ngga papa, gue baik baik aja"

     Alana mengangguk lalu tertawa, walau ia tau itu sangat sakit, ya sesekali menertawai sahabat yang jatuh tidak masalahkan.

     "Na, gue boleh ngajak lo pergi?"

     Alana menatap ke arah Vano, "Kemana?"

     "Lo temenin gue futsal, mau kan?"

     Entah apa yang membuatnya mengangguk mengiyakan perkataan Vano, itung itung untuk menyelidiki bagaimana perasaannya pada Vano yang sebenarnya.

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang