🐥Fase.24🐥

111 3 0
                                    


     Alana membuka pintu mobilnya, ia tidak jadi melangkah keluar saat kedua bola matanya melihat Rara yang tengah memaki bahkan menampar Natha. Sudut mata Alana menangkap sosok Vano dan Irza yang baru memasuki area parkir kendaraan. Alana juga yakin jika mereka melihat kejadian itu.

     Aneh rasanya melihat sikap Rara yang mendadak menjadi kejam dan angkuh. Ia tau betul Rara itu bukan perempuan yang seperti ia lihat saat ini. Apalagi yang sedang Rara maki adalah Natha. Sedangkan Natha dan Rara sangat dekat saat sedang menonton film kesukaan mereka.

     "Lo jangan pernah deketin Irza, karna gue suka sama dia"

     Penuturan Rara membuat Vano dan Irza yang hendak mendekat menjadi menghentikan langkahnya. Anehnya mengapa Natha hanya diam, seolah Natha tidak peduli pada perkataan Rara.

     "Kenapa lo diem aja?" Tanya Alana saat mendekat ke arah Natha,

     Natha hanya tersenyum, gadis itu seperti kehilangan semangat hidupnya. Di sisi lain Vano dan Irza mulai mendekati mereka.

     "Rara, bisa jelasin semuanya?" Tanya Vano,

     Satu tangan Irza menarik tangan Natha hingga membuat Natha hampir terjatuh. Gadis itu berusaha merilekskan jantungnya agar tidak melompat ke luar. Terlebih saat Natha melihat kedua mata Irza yang terasa sangat dekat.

     "Kenapa lo diem aja?" Tanya Irza,

     "Kenapa lo diem aja? Jawab gue!"

     Natha masih setia tersenyum, "gue siapa?"

     "Maksud lo?"

     "Gue siapa sampe mau jawab semua kata katanya. Lagian yang dia bilang benerkan? Gue emang seharusnya jauhin lo. Toh kita memang ngga ada hubungan apa apa jadi ngga masalah kan?"

     Pernyataan Natha membuat Irza mengerutkan dahinya. Seulas senyum terbentuk di bibir Irza saat terbesit ide dalam benaknya.

     Irza menarik Natha hingga Natha mendekat satu langkah ke arahnya. "Kalo gitu jadi pacar gue"

     Natha terdiam, jantungnya terasa akan melompat keluar. Ia mencubit lengannya sendiri, Natha merasa ini semua mimpi dalam tidurnya.

     "Kurang romantis ya? Kalo gitu tunggu gue di ruang musik pulang sekolah. Oh ya, kalo ada yang menghina lo. Jangan diem aja, lawan. Kalo perlu jambak" jelas Irza sebelum akhirnya pergi,

     Sejenak Natha menutup matanya, ia berharap segera bangun dalam mimpinya ini. Ketika Natha sedang menutup matanya, tangan Alana menepuk bahu Natha.

     "Kenapa lo ngga lawan Rara?" Tanya Alana,

     Natha kembali tersenyum, ia jalan meninggalkan Alana sendirian. Di sisi lain Vano mulai menanyai Rara tentang sikapnya yang kasar pada Natha.

***

     Bel istirahat baru berbunyi, tapi Alana sudah menarik narik Natha untuk ikut bersamaanya. Alana segera menyuruh Natha duduk saat mereka sampai di kantin.

     "Kenapa lo ngga lawan kata kata Rara?"

     Natha mengambil air mineral yang ada di hadapannya lalu memberikannya pada Alana. Entah sudah berapa kali Alana menanyai hal yang sama pada Natha. Saat jam pelajaran berlangsungpun Alana terus menanyai hal itu pada Natha.

     "Gue minta jawaban bukan air. Ck, otak lo itu ... "

     "Rara pura pura"

     Alana menautkan kedua alisnya, "maksud lo Rara pura pura? Tapi alasannya apa?" Tanya Alana,

     Natha tersenyum, sesekali ia mengarahkan pandangannya ke arah Rara yang sedang bersama Vano.

     "Jadi waktu itu gue liat dia nangis di depan makam ayahnya. Gue sempet denger kalo dia cuma jadiin Vano tempat pelampiasannya." Jeda Natha,

     Alana menggebrak meja di hadapannya, seisi kantin mulai menatap ke arahnya tak terkecuali Vano dan Rara. Natha menepuk dahinya sendiri, merutuki kebodohan Alana yang tidak pada tempatnya.

     Natha berdiri, "Maaf semua atas ketidaknyamanan yang terjadi" Natha segera menarik Alana untuk menjauhi kantin yang mulai ricuh karena suasana yang Alana buat.

     "You Crazy!" Triak Natha,

     Alana menoleh, menatap Natha dengan tatapan mematikan seolah akan menelan Natha hidup hidup.

     "Lo yang gila, kenapa lo ngga bilang?"

     "Lo terlalu bawel buat gue ceritain. Lagian gue mau tau apa yang terjadi selanjutnya" Ucap Natha sambil membuka pintu uks. Kedua mata Natha membulat saat menampilkan sosok Irza yang tengah duduk sambil melihat ke arah kedua tangannya.

     Natha melepaskan pegangan tangannya pada Alana, ia berlari mengambil kotak P3K dan langsung menghampiri Irza.

     Gadis itu meraih kedua telapak tangan Irza lalu mengobati luka Irza dengan hati hati. Alana yang melihatnya langsung berjalan ke arah tempat tidur di ruang uks putri.

     "Lo habis ngapain sih? Ceroboh banget. Terus kenapa tadi cuma di liatin? Lo ngga takut infeksi? Apa lo ngga tau kalo di uks banyak obat obatan yang bisa obatin luka lo?" Pertanyaan Natha membuat Irza tersenyum,

     Irza menatap ke arah Vano yang entah sejak kapan ada di depan pintu. Tatapan Irza teralihkan saat melihat Rara yang tengah berada di samping Vano.

     "Masuk" perintah Vano,

     Rara menghela nafas berat, "ngga"

     "Masuk!" Bentak Vano, hal itu membuat Alana segera keluar dari ruang uks putri. Sementara Natha masih sibuk mengobati Irza.

     Vano berjalan mendekati Alana, "Na, keluar ikut gue. Heh, kunyuk. Udah di obatinnya? Ayo ikut gue"

     Mereka meninggalkan Natha dan Rara begitu saja. Tentu bukan masalah untuk Natha karna ia tau apa yang terjadi sebenarnya. Baru dua tiga langkah mereka meninggalkan uks, Rara langsung mendorong tubuh Natha hingga ia terduduk di kursi.

     "Gue udah bilang jauhin Irza, lo ngga denger?" Bentak Rara, Natha menutup kotak P3K di sebelahnya lalu segera berdiri menyeimbangkan dengan Rara,

     "Cewek murahan"

     Plakkk ...
     Natha langsung menampar Rara tanpa babibu lagi. Ia sudah tidak tahan dengan sikap Rara yang menurutnya gila. Bahkan Natha merasa Rara tidak benar benar tau apa yang ia lakukan itu benar atau salah.

     "Kemarin gue diem karna gue tau maksud lo. Tapi apa ada orang yang tega menghina temennya sendiri demi melepaskan hubungannya dengan laki laki yang hanya ia jadikan sebagai pelampiasan? Lo gila Ra, lo ngga pernah berpikir panjang" Jelas Natha,

     "Gue cuma ngga mau menyakiti Vano, Tha"

     "Lo aneh kalo lo bilang ngga mau menyakiti Vano. Sedangkan lo menyakiti Vano. Lo pikir apa? Lo buli gue, jambak gue, tampar gue, bahkan sampai tadi lo dorong gue. Dengan lo kaya gitu lo sama aja menyakiti Vano, Ra. Lo sadar Ra, lebih baik lo minta maaf dan putusin Vano secara langsung dari pada pelan pelan kaya gini"

     Brakk ...
     Vano membuka pintu uks, dadanya naik turun, nafasnya tidak stabil. Di saat itu juga datang Irza dan Alana.

     "Sekarang gue harap lo bisa jadi teman yang baik" Ucap Vano, lalu segera pergi dari UKS.

     Sementara Alana mengikuti Vano, Irza memilih mengajak Natha agar ikut bersamanya.

____________________
to be continued

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang