🐥Fase.16🐥

97 4 3
                                    

     Vano menatap kosong ke arah jalanan yang sedang di padati orang. Sesekali ia mengacak acak rambutnya dengan frustasi. Sang ayah yang sedang mengemudi mobil hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku putra kesayangannya.

     "Kenapa? Masalah perempuan?" Sang Ayah membuka suara,

     "Bukan apa apa" Jawab Vano dengan ketus,

     Sang Ayah tertawa, seolah apa yang Vano katakan sangat lucu. "Ya kamu si aneh, tanya sana sama ibumu. Pasti nanti juga di ketawain"

     "Ck apaan coba"

     "Denger ya anakku, jangan warisin sifat ayah. Emang kamu ngapain sampe pacarmu marah?"

     "Hah? Ya kali yah dia marah cuma karena aku nembak cewe" ucap Vano dengan nada mengejek,

     Sang Ayah memberhentikan mobilnya, "Kenapa kamu bisa berpikir begitu?" Tanyanya lagi,

     "Ya bisa lah, nih ya yah. Alana itu udah kaya adik sendiri, malah dia yang bantuin Vano biar bisa nembak Rara. So... ngga ada kemungkinan kalo Alana suka sama Vano"

     "Ya sudah, besok bawa Alana kerumah"

     Vano membulatkan mendapati perintah sang Ayah yang susah di kabulkan. Terlebih sikap Alana yang sekarang tertutup padanya.

     "Tapi yah..."

     "Ngga ada penolakan" Sang Ayah kembali melajukan kendaraannya setelah lampu lalu lintas berubah hijau.

***

     Vano keluar ruangan lebih dulu hari ini, pelajaran yang di ujikan hari ini adalah matematika, pelajaran kesukaan Vano. Tak heran jika Vano keluar lebih dulu.

     Vano mendekat ke arah jendela, matanya mencari sosok Alana di sana. Dan akhirnya tatapannya jatuh pada Alana yang sedang menulis jawaban. Mendadak ide gila terbesit di kepalanya.

     "Za, mau ikut bantuin gue?" Tanya Vano saat melihat Irza yang baru keluar ruangan.

     "Ogah, gue masih ada urusan"jawab Irza dengan cepat.

     Bu Indah berjalan bolak balik layaknya setrikaan, hal itu menarik perhatian Vano. Vano memutuskan untuk mendekati Bu Indah.

     "Kenapa bu?" Suara Vano membuat Alana mendongakan kepalanya. Tapi itu berlangsung beberapa detik, karena sekarang Alana kembali fokus pada soal soal di hadapannya.

     "Ibu kebelet, tapi kalo bu guru pergi siapa yang jaga?" Jawab Bu Indah dengan masih berjalan bolak balik,

     Vano tersenyum sinting, "bu, ngga baik lho nahan kebelet. Mending ibu ke kamar mandi dulu. Soal mereka biar saya yang jaga"

     Bu Indah menatap penuh tanda tanya ke arah Vano, "enak saja, nanti kamu biarin mereka nyontek. Mereka kan temen temen mu"

     "Nih ya bu, saya ini orangnya jujur. Dari pada ibu kaya tetangga saya yang di operasi gara gara nahan kebelet" Perkataan Vano membuat Bu Indah berhenti bolak balik,

     Vano tersenyum ia merasa umpannya di makan oleh Bu Indah.

     "Sampe di operasi gitu ya? Ya udah kamu jaga temen temenmu, ibu mau kebelakang sebentar" ucap Bu Intan, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Vano.

     Vano tersenyum senang, ia melihat ke arah Alana yang terlihat sedang membereskan barang barangnya.

     Vano membuka ponselnya, ia menaruh ponselnya di atas meja dengan posisi berdiri. Sementara dirinya menarik tangan Alana yang sebentar lagi akan melewatinya.

     Alana menoleh, ia tau ini akan terjadi. "Lo harus Ikut gue"

     "Kemana?"

     "Kerumah"

     Alana mengerutkan dahinya ketika mendengar jawaban Vano, "Ngapain?" Tanyanya dengan nada ketus.

     "Ketemu Ayah, ada yang mau Ayah bicarin sama lo" Ucap Vano dengan nada meyakinkan, Alana menatap kedua bola mata Vano. Ia tidak menemukan tanda tanda kebihongan di mata Vano.

     "Oke"

     Vano tau jika ia basa basi pasti Alana tidak mau ikut dengannya. Alhasil Vano memutuskan mengikuti trik Irza yang di bilang sangat mujarab.

     Kedua bola mata Alana menangkap bu Indah yang akan masuk, itu membuat Alana segera keluar ruangan agar tidak menimbulkan keanehan. Terlebih yang sedang berjaga adalah Vano

     "Gimana Van?" Tanya bu Indah,

     Vano mengambil ponselnya dan segera memberikan pada Bu Indah.

     "Ada 3 orang yang mau contek contekan, ibu bisa liat di situ, sebelah kiri Angga, sebelah kanan Tama dan depan Tama" jelas Vano,

     Alana mengerutkan dahinya, bagaimana bisa Vano tau jika ada tiga orang yang berusaha berkerja sama.

____________________
To be continued

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang