🐥Fase.4🐥

160 9 0
                                    


Petang ini senja belum menampakan dirinya, tempat yang menjadi jendela untuk senja tertutup oleh awan gelap yang sebentar lagi menurunkan hujan.

Alana menghempaskan tubuhnya di hamparan rumput hijau, menatap lurus ke depan. Bayang bayang Vano berhasil membuatnya kembali teringat akan pertemuan pertamanya.

"nih" lagi lagi Alana berhalusinasi mendengar suara Vano ,

Alana menghela nafasnya berat dengan posisi yang masih sama, "ngapain lo terus bayang bayangin hidup gue" Alana menutup mukanya menggunakan kedua tangannya sambil menggeleng cepat.

Alana merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Alana menolehkan kepalanya menghadap ke arah seseorang yang duduk di sampingnya.

Kedua mata Alana sontak membulat sempurna saat melihat Vano sudah duduk di sampingnya. Sesaat tatapan mereka bertemu sebelum akhirnya Alana memposisikan dirinya untuk duduk.

"Sejak kapan di sini?"

Vano tersenyum samar, "Sebelum lo bilang kalo gue terus bayang bayangin hidup lo"

"Lo denger semuanya?"

"Ngga, anggep aja gue ngga denger. Oh ya nih" Vano memberikan sebotol air mineral dengan merek yang sama seperti yang kemarin ia berikan.

"Kenapa air lagi?"

"emang lo mau apa?"tanya Vano dengan nada menggoda,

"Gue mau member exo dateng ke sini sambil bawa bunga buat gue"

Vano membelakkan kedua matanya,

"Becanda, jangan di ambil hati. Lagian lo juga ngga mungkin bisa kan?"

Alana berdiri, ia mulai berjalan lurus kedepan. Vano yang melihatnya spontan mengikutinya dari belakang.

Vano mengamati perubahan ekspresi Alana yang mulai terlihat jelas di wajahnya."Kenapa muka lo jadi di tekuk?" Tanya Vano.

"Ngga papa, gue mau pulang dulu. Bentar lagi hujan" Alana berjalan kembali ke tempat saat ia duduk tadi, Alana mengambil tas dan segera pergi dari taman yang selalu menjadi obat penenangnya.

Vano kebingungan melihat tingkah Alana yang kadang bahagia yang kadang sedih, ia bingung sekaligus penasaran, dan saat ini ia kebingungan mencari akal untuk memperlakukan Alana yang labil.

Vano mengikuti Alana yang mulai berdiri di trotoar jalan, "gue bawa mobil, lo mau ikut bareng gue?"

"ngga usah, gue biasa naik angkot" jawab Alana dengan datar,

Vano mengangguk, ia berjalan ke arah mobil yang terparkir di pinggir jalan.

Alana menghela nafasnya, ia pikir Vano akan tetap memaksanya sampai ia mau ikut dengan Vano tapi realita tidak sesuai ekspetasi. Al hasil Alana akan menunggu samlai angkutan umum datang.

15 menit berlalu
Alana masih berdiam diri di pinggir trotoar jalan, ia masih menunggu angkutan umum yang akan mengangkutnya pulang.

Mendadak hujan turun, rintik hujan menyerbu Alana yang masih berdiam diri di trotoar jalan. Alana merasakan ada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Gue tadi bilang apa?" Tanya Vano sambil membuka payung yang ia pegang,

Dahi Alana berkerut, "apa?"

"Gue bawa mobil, lo mau ikut bareng gue?"

Alana terdiam berusaha mencerna apa yang terjadi barusan.

"Diem lo gue anggep iya ya?"

Vano dengan mudahnya menarik tangan Alana untuk segera ikut bersamanya. Masih dalam ekspresi sama Alana masuk ke dalam mobil Vano.

"Seat blet nya jangan lupa"

Alana menoleh menatap ke arah Vano, "kenapa lo pulang waktu mau hujan. Kenapa ngga pulang dari tadi aja, bukkannya main hujan itu asik?"

"Gue benci hujan" jawab Alana tanpa menunggu jeda dari pertanyaan Vano.

"Kenap-"

"Karna hujan buat gue ngga bisa liat senja dengan utuh"

Jawaban Alana berhasil membuat Vano terdiam, ia kagum dengan jawaban yang Alana berikan. Walau jawaban itu spontan tapi memberi kesan mendalam.

Vano kembali menjalankan kendaraannya menuju rumah Natha, mengingat Alana masih menginap di rumah Natha.

***

Alana masuk ke dalam rumah Natha dengan wajah murung. Hari ini benar benar hari yang membuat Alana kesal, apalagi jika bukan karena senja yang belum menemui dirinya

"Yah Alana sedih" Ucap Davy,

Natha meletakan secangkir coklat panas tepat di depan Alana, "kenapa lagi? Ngga bisa liat senja?"

"hmmm..." Alana hanya bergumam, membalas perkataan Natha,

Hari ini seharunya ia bisa melihat senja dengan puas karena tidak ada larangan untuk pulang melebihi jam 5 sore. Tapi apa daya jika hujan yang melarang Alana, al hasil Alana hanya bisa berdiam di dalam rumah.

Alana naik ke lantai dua rumah Natha, ia ingin langsung tidur dan mencoba memimpikan pangeran berkudanya. Tinggal beberapa tangga lagi ia akan sampai di lantai dua tapi, langkahnya terhenti ketika mendengar suara Daniel yang berteriak memanggilnya.

"Alana...." triak Daniel

"Heh ampas kopi, ngga usah triak triak Alana juga denger kali" protes Natha yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya.

Alana berjalan mendekati Daniel "Iya, kamu cari aku?" Tanyanya,

"Kemarin habis kemana?"

Mendadak suara Daniel menjadi dingin hingga membuat Alana terdiam, jarang sekali Daniel berbicara sedingin dan sedatar itu padanya.

"Kamu jadi gini sih?"

"Ngapain kamu jalan sama Vano?" Pertanyaan Daniel membuat Alana terdiam. Ia sedang berpikir bagaimana Daniel tau kemarin ia jalan jalan bersama Vano.

"Aku cuma temenin Vano beli buku terus makan siang sebentar"

"Trus?"

Alana menghela nafasnya, "ya aku pulang lah"

Entah apa yang membuat Daniel melayangkan senyum sinisnya, "jangan bohong"

"Aku ngga bohong"

"Ada hubungan apa antara kamu sama dia?"

Alana mengerutkan dahinya, "aku cuma sebatas teman aja Nil"

Davy yang mulai merasa suasana memanas mencoba menarik Natha yang masih mau mendengarkan pertengkaran antara Daniel dan Alana.

"Buat apa ada hubungan jika tidak di dasari dengan kepercayaan" Ucap Alana yang merasa tidak bersalah,

Daniel masih dengan ekspresi yang sama, ia tersenyum sinis.

"Di bayar berapa kamu sama dia sampe sampe mau di ajak ke mana mana"

Plakk...
Alana menampar Daniel yang mulai berbicara tidak sopan padanya,

"Aku bukan perempuan murahan kaya puluhan selingkuhanmu itu. Aku juga bukan perempuan materialistis kaya mantan mantan kamu. Dan satu lagi, jangan kira aku ngga tau kamu itu ngapain aja di luar sana." Alana dengan mudahnya memojokkan Daniel sebelum akhirnya pergi ke kamar Natha, Alana mulai merasa oksigen di ruang keluarga mulai menipis.

Natha berjalan mengikuti Alana yang bahunya mulai bergetar karena menahan tangis. Pertama kalinya Natha melihat Alana bertengkar dengan Daniel, karena sebelumnya Alana dan Daniel terlihat bahagia tanpa beban.

_________________________
To be continued

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang