🐥Fase.28🐥

119 3 0
                                    

2 Tahun Kemudian

     "Alana bangun, kebo banget sih ... dah siang nanti telat masuk kelas. Hari ini ada praktek sama dosen ganteng. Alana... ih kebo nyebelin... " Triak Natha sambil melompat lompat di sebelah Alana,

     Alana menghela nafasnya pelan, tangan mungilnya ia layangkan ke kaki Natha hingga berhasil membuat Natha terjatuh dari tempat tidur ke lantai.

     "Lo lagi ngapain ...?" Tanya Alana, memasang ekspresi mengejeknya.

     "sakit"

     "Cepet bangun, nanti gue tinggal" ucap Alana,

     Natha menatap Alana dengan seksama, sialnya Alana sudah memakai baju rapi. Hari ini Alana berhasil mengerjai Alana.

     "Heh ... gigi kebo ... " triak Natha lantas mengejar Alana yang sudah keluar dari rumahnya.

     Yap, saat ini mereka sudah kuliah di salah satu unifersitas kedokteran. Hari ini Natha menginap di rumah Alana karna ibunda Alana tidak ada di rumah.

     Natha menghentikan langkahnya saat melihat Irza sudah ada di depan rumah Alana. Senyum Natha tercipta begitu saja saat Irza menepuk jok motornya.

     "Kenapa ngga bilang mau jemput?"

     "Gue ngga sengaja lewat, gue mau ke kampus lo. Mau ketemu dosen"

     Alana menggeleng pelan, niat hati ingin meninggalkan Natha malah sekarang ia yang di tinggalkan. Tapi ia sedikit lega, karena bisa pergi ke pemakaman Azka. Sudah satu tahun lamanya ia tidak mengunjungi makam Azka.

***

     Alana berjalan melewati tiap makam menuju makam Azka, langkahnya terhenti saat melihat sosok laki laki yang selama ini belum ia temui. Rasa penasaran Alana semakin menjadi saat laki laki itu tengah berdiri di depan makam seseorang.

     Laki laki itu memutar tubuhnya, maniknya berhasil menangkap sosok Alana yang terdiam di sana. Laki laki itu tersenyum, lantas berjalan mendekat ke arah Alana.

     "Hai ... apa kabar?" Tanyanya,

     "Baik, Lo kesini mau ke makam Azka? Boleh bareng?"

     "Iya Van boleh" jawab Alana,

     Sambil berjalan Alana terus berpikir dan memperhatikan Vano, banyak perubahan yang terjadi pada diri Vano itupun jika di lihat dari luar.

     "Gue lama ngga liat lo ke makam Azka?" Tanya Vano di tengah keheningan.

     "Oh itu, gue di suruh move on sama Natha. Jadi gue ngga boleh ke makam Azka sampe Natha yakin kalo gue bener bener dah move on. Bukan ngelarang sih, lebih tepatnya dia nyuruh gue jangan ke makam Azka sendirian" jelas Alana,

     Mereka berdua langsung mendoakan Azka saat sampai di depan Makam Azka. Alana sempat melirik ke arah Vano. Entahlah, tapi menurutnya Vano memiliki sisi menarik yang belum Alana ketahui.

     "Lo bisa temenin gue futsal?"

     Alana terdiam, kalimat yang Vano lontarkan berhasil membuat memori dua tahun lalu terulang. Keadaan dimana Vano dan Alana sedang dekat.

     "Kalimat itu? Lagi?"

     "Maaf, tapi gue rasa ngga ada kalimat lain yang cocok"

     "Ah, iya" ucap Alana,

     Keadaan sesaat canggung. Tak ada lagi obrolan di antara mereka. Ini lah jadinya apabila lama tidak bertemu dan tiba tiba bertemu di tempat yang tak terduga.

***

     Natha berkali kali menengok jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Di hadapannya ada Irza yang masih setia dengan gitarnya. Setelah lulus sekolah, Natha dan Irza berkerja sama untuk membuat sebuah lagu.

     "Tha, lo kenapa sih?"

     "Ya?"

     Irza mengerutkan dahinya, "Lo kenapa?"

     "Oh, gue lagi cari Alana. Dari tadi gue ngga liat dia di kelas"

     Irza hanya berohria mendengar jawaban Natha, ketika mereka sedang berbicara mendadak pintu Cafe terbuka. Menampilkan Alana dan Vano yang baru masuk ke dalam cafe, hal itu sontak membuat Natha menggebrak meja di hadapannya.

     "Kemana aja lo? Dasar kunyuk .... bolos kelas cuma demi laki laki ini. Wah gila lo"

     Irza menggeleng pelan, "mereka itu kaya karbondioksida sama air, kalo ngga ada mereka ya ngga terjadi fotosintesis"

     Natha sontak menoleh ke arah Irza, "wah ... aku bangga padamu nak" ujar Natha sambil tertawa mengejek,

     "Bangga matamu, Kemarin aja dia habis bolos"

     "Jangan percaya" Timpal Irza,

     Alana duduk di samping Natha sementara Vano di samping Irza, mereka berkumpul seperti dulu saat terakhir mereka berkumpul di Cafe.

     "Devano, mahasiswa jurusan Teknologi Informatika yang bolos sama mahasiswa kedokteran. Ckckck ... kalo bokap lo tau, abis lo di lempar pake bola basket" ucap Irza,

     Vano meminum Amerikano milik Irza, hal itu membuat Irza menoyor kepala Vano. Natha hanya menggelengkan kepalanya pelan, sementara Alana malah sibuk memperhatikan Vano. Seolah yang semua Vano lakukan menarik dilihat.

____________________
to be continued

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang