🐥Fase.21🐥

107 4 0
                                    


     Alana melipat tangannya untuk menjadi bantal tidurnya. Alana menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Hari ini hari pertama ia masuk sekolah setelah satu minggu lebih ia tidak berangkat sekolah.

     "Kenapa lo?" Tanya Natha saat mendaratkan dirinya di atas kursi tempat duduknya.

     Alana menoleh menatap sekilas sahabatnya lalu kembali melanjutkan tidurnya. Ia tidak berniat untuk menjawabnya sama sekali.

     Tok...tok...tok...
     Semua orang menatap ke arah Siska yang tengah mengetuk ngetukan sepidol ke papan tulis.

     Alana mendongakan kepalanya, menatap deretan huruf yang tersusun di papan tulis. Gadis itu hanya menghela nafas lalu kembali menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya.

     "Yah, bakwan" Umpat Natha saat melihat namanya ada di deretan siswa remidi.

     "Na, Vano remidi tuh" Sambung Natha sambil menepuk bahu Alana,

     Merasa bahunya tertepuk, sontak membuat Alana mengangkat wajahnya. Alis Natha bergelombang sempurna saat melihat wajah Alana yang lesu tak berdaya.

     "Lo sakit?"

     Alana menoleh mendengar suara serak seorang Vano,

     "Ngga" Balas Alana  ketus,

     Vano mengangguk, ia dengan cepat mengambil ponsel Alana yang ada di atas meja. Lalu memasukannya kedalam saku celananya.

     "Ck, sini hpnya"

     "Liat dulu lembar jawab lo kemarin, baru gue kasih" ucap Vano sambil berjalan ke luar kelas

     "Dah dimasukin tas"

     "Ambillah"

     "Males" ucap Alana sebelum akhirnya kembali menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangannya.

     Vano kembali berjalan mendekat ke arah Alana, "Masa iya gue ambil di tas lo, kesannya gue kurang ajar banget"

     "Lha itu tau"

     Alana berdiri, ia pergi meninggalkan Natha dan Vano yang saling melempar pandangan. Mereka berdua merasa ada yang aneh dengan Alana.

     "Vano ... Vano, bisanya cuma nggoda kalo ada maunya" Cloteh Irza dari belakang,

     "Alana kenapa?" Tanya Vano, Natha hanya mengendikan bahu untuk menjawab pertanyaan Vano.

     Bel jam istirahat berbunyi nyaring, Natha yang masih duduk segera berlari untuk menyusul Alana yang sudah ada di kantin lebih dahulu.

     Dilihatnya Alana terus mengaduk aduk makanan di hadapannya, ia benar benar terlihat seperti orang yang kehilangan nafsu makan.

     "Na, mau ke perpus ngga?" Tanya Natha saat duduk di hadapan Alana.

     "Males" balas Alana,

     Ddrrrttt....
     Ponsel pink milik Alana bergetar, menampilkan nomor tanpa nama di sana. Dengan segera gadis itu mengangkat panggilan di ponselnya, lalu ia dekatkan pada telinganya.

     "Hallo"

     "Hai, lupa ya? Gue Azka"

     Alana terdiam ia mulai berpikir,sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan Azka.
"Oh, ... iya. Kenapa Ka?"

     Terdengar deruan nafas panjang dari sebrang sana, "Jadi pacar gue"

     Alana mematung seketika, apa barusan Azka menembaknya? Atau Azka seperti Vano, yang menjadikannya sebagai bahan percobaan?.

     "Kok diem, ya udah. Gue tanya ke lo nanti waktu ketemu"

     Sambungan telfon terputus begitu saja, Natha yang melihat Alana mematung sontak melambaikan tangan di depan wajah Alana.

     "Oyyy ... pinokio, ngapain bengong?"

     "Kenapa Ka?"

     Natha menaikan alisnya, ia berpikir sejak kapan Alana memanggilnya dengan sebutan kaka.

     "Lo kayanya bener bener sakit"

     "Ngga" Jawab Alana singkat.

***

     bel pulang sekolah baru saja berbunyi, tapi semua siswa kelas XI IPA 4 sudah berada di atas kendaraannya masing masing, kecuali Alana yang saat ini tengah menunggu Natha mengeluarkan mobilnya dari parkiran.

     "Oyy ... "

     Alana menoleh ketika mendengar suara yang sangat familiar baginya. Siapa lagi jika bukan Azka.

     "Tangkep" Ucap Azka saat melempar helm pada Alana, beruntungnya dengan sigap Alana menangkapnya.

     Dari kejauhan Vano melihat Alana yang tengah bersama Azka hanya bisa tersenyum pasrah.

     "Ka, boleh tanya?" Ucap Alana,

     "Ngga boleh, ayo cepet naik"

     Alana menghela nafas berat, begini jadinya jika ia selalu menjadi bahan percobaan. Tapi ia berharap Azka tidak mempermainkannya.

____________________
To be continued

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang