🐥Fase.8🐥

113 8 0
                                    

     Senin, hari yang membosankan untuk kelas XI IPA 4. Yap, hari ini banyak jadwal pelajaran yang teramat membosankan, salah satunya adalah Sejarah. Bukan membosankan karena mengingat masa lalu, melainkan karena dalam pelajaran sejarah hanya ada dua kegiatan yang dilakukan. Mendengarkan guru memberi wejangan, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

     Alana menyentuh lengan Natha menggunakan pensil di tangannya, sang empu spontan menoleh. Terlihat raut wajah Natha yang kebingungan.

     "Paan?" Tanya Natha,

     "Mintain penggaris gue"

     Natha memutar kedua bolamatanya jengah, Natha pikir ada hal penting yang akan Alana bicarakan, ternyata hanya mengambil penggaris.

     Natha berjalan ke tempat duduk Vano yang berjarak tiga bangku darinya.

     "Ehem"

     Natha mencoba tersenyum, "Gue mau ambil penggaris" Vano menggeser panggaris yang sedari tadi menjadi tempat bukunya bersandar.

     "Ambil tinggal ambil, pake ehem ehem segala. Mau modus lo ya?"

     Ucapan Tama langsung mendapat toyoran kepala dari Natha, jika bukan sedang mengerjakan tugas Natha pasti akan melempar buku Tama ke arah papan tulis.

     "Bawel" Natha kembali duduk ke tempat duduknya bersama Alana.

     Alana tersenyum senang karena Natha berhasil membawa penggaris sematawayangnya. Tapi hati kecilnya berharap Vano akan meminjam penggarisnya lagi.

     "Makasih beib" ucap Alana.

     "Najis" Natha kembali terfokus pada tugas di hadapannya, sementara Alana malah memutar mutar penggaris yang ada di tanganya. Entah apa yang di carinya hingga membuat penggarisnya berputar putar.

     "Selamat siang semua, silahkan kalian bergabung dengan kelompok yang sudah ibu tuliskan di depan" perintah seorang guru yang sedang berdiri di depan,

     "Anjir... gue sama mustofa lagi"

     "Bu, saya ngga mau sekelompok sama orang yang lemot"

     "Shit.."

     "Bu kelompoknya ganti bu"

     "Ngga adil"

     Itulah semua kalimat yang di lontarkan penghuni IPA 4,  tidak ada yang istimewa menurut mereka dari anggota kelompok mereka. Tapi menurut Alana dan Natha kelompok mereka istimewa.

     Alana membulatkan matanya saat melihat nama Natha dan Irza dalam satu kelompok,

     "Wuuanjay ... lo sekelompok sama Irza"

     Natha tersenyum dengan cengiran lebarnya, "lo ngga mau liat kelompok lo? Ini namanya simbiosis mutualisme"

     Alana menggelengkan kepalanya, "Alana, Tama, Syakira, Vano. Tunggu, itu nama Vanokan? Gue sekelompok sama Vano?"

     Entah kenapa hati Alana merasa sangat senang ketika namanya ternyata sekelompok dengan Vano. Rasanya ia seperti mendapat Seribu boneka pony.

     Alana tidak berhenti tersenyum, "Kenapa sih kok gue jadi gini," Tanya Alana pada dirinya sendir,

    "Itu tandanya lo suka sama dia"

     "Ya kali Tha, dah ah. Gue mau gabung"

     "Yee, giliran gabung aja semangat. Eh tapi emang iya sih, lumayan kelompoknya paten" Natha cekikikan sendiri mengingat nama semua anggota kelompoknya.

     Alana dan Natha mulai menuju tempat duduk kelompoknya masing masing, jantung Alana sontak ingin pindah ke perut saat melihat Vano yang sedang membenarkan rambutnya. Menurutnya penampilan Vano terlihat lebih baik dari saat pertama ia bertemu dengannya.

     "Minta kertas dong" Tama merebut buku yang ada di hadapan Alana,

     "Pantes Natha suka marah sama lo, lo itu pengganggu" ucap Alana sambil menarik bukunya yang di pegangi oleh Tama. Al hasil terjadi tarik menarik antara Alana dan Tama, seperti Magnet kutub utara dengan Magnet kutub selatan

     "I want you"

     Alana mengerutkan dahinya saat mendengar kata I Want You dari Vano,

     "I miss you, I Love you" Vano mulai menirukan gaya member jkt 48, Alana yang melihatnya spontan terdiam. Tadinya ia berharap Vano berkata padanya tapi ternyata Vano sedang menyanyikan salah satu lagu jkt 48.

     "Anjir lo Van, gue kira... lo bilang I want you ke Alana"

     Vano menyunggingkan senyumnya, tangannya mengacak acak rambut Alana. "Gue dah bilang kalo lo jangan baper sama gue"

     "Siapa yang baper" Alana kembali menata rambutnya yang sempat berantakan oleh Vano. Perkataan Vano tadi membuatnya berpikir, apa ia benar benar baper pada seorang Devano.

***

     Saat ini Alana sedang menatap Natha yang sedang di ganggu oleh Tama dan Arkan. Seperti tidak ada kegiatan lain yang mereka lakukan.

     "Ma, sini hp gue. Jangan telfon pak rt dong" Triak Natha yang terus mengejar Tama,

     Tama terus berlari, sesekali ia melempar ponsel Natha pada Arkan. "Makanya jangan selingkuh sama Pak RT"

     "Gue, bukan pacarnya pak RT. Lo kira gue cewe apaan"

     "Ma, sini hpnya. Anak orang jangan di usilin" Irza mendekati Tama lalu mengambil ponsel milik Natha,

     Entah apa yang membuat Irza mengambil ponsel dari tangan Tama, Natha yang melihatnya spontan menjadi senang.

     "Nih"

     Belum sempat Natha menerima ponselnya, Irza sudah menarik ponsel Natha kembali.

     "Hallo Pak RT, katanya Natha I Love You"

     "Iya I Love You" Ulang Irza sambil menekankan tiga jata diakhir kalimatnya.

     Natha mendengus kesal, baru saja ia akan berterimakasih pada Irza. Tapi Irza sendiri sudah membuat Natha tidak berniat berkata lagi.

     "Good job za" triak Tama dengan penuh senyum kemenangan. Sementara Natha sudah memajukan bibirnya beberapa senti, ia membenci sikap Irza yang seenaknya sendiri.

     "Dah selesai? Puas?" Natha berjalan keluar kelas dengan amarah yang memuncak,

     "Tha, cuma bercanda. Ngga serius, ini bukan pak rt" jelas Irza, kedua matanya masih terus menatap kepergian Natha. Ia merasa bersalah telah membuat Natha menjadi kesal.

________________________

To Be Continued

Untuk nama Dalvin di Part sebelumnya, sebenarnya adalah Irza, karena nama lengkap Irza itu Aldalvin Irza Pratama

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang