-Who?-
Dahyun tengah menali sepatu di depan lift sementara di bahu kanannya terdapat tas. Ketika lift dibuka, dia melihat seorang Minho yang tengah membawa makanan di kedua tangannya. "Dahyun?"
"Oh? Kenapa kau datang?" Tanya Dahyun yang sebenarnya memang ingin pergi untuk mencari makanan di lingkungan itu. Sudah 5 bulan dia menjalani hidup sebagai mahasiswa. Sementara peristiwa beberapa bulan sebelumnya sudah ia lupakan dan mencoba untuk melupakan, meskipun dia mendapat sedikit trauma.
Terlebih lagi jika seseorang tiba-tiba menyentuh bahunya. Dia akan merasa melihat Jisung dan terdiam sejenak.
"Aku kira kau rindu makanan korea jadi aku membawakan makanan yang kubuat sendiri." Kata Minho membuat Dahyun merasa jika Minho adalah malaikat yang mengetahui isi hati dan pikirannya. "Minho, kau baik sekali!" Kata Dahyun dengan nada senang.
"Kenapa kau tidak pernah berterimakasih dan hanya memujiku?" Tanya Minho dengan nada yang sama seperti Dahyun, bermaksud untuk menyindir Dahyun. Sementara Dahyun hanya tersenyum kepada Minho, "Oh iya, kau tau Alice? Dia mengatakan kepadaku jika dia mendapat pacar. Entah kenapa dia sangat senang, padahal dia baru saja putus dengan Stevan." Kata Dahyun.
"Alice temanmu itukan? Iya aku tau." Kata Minho yang kemudian membuka pintu apartemen Dahyun yang dia ketahui passwordnya. Mereka berdua pun masuk ke dalam dengan perut yang sudah kelaparan.
Setelah keduanya duduk di depan tv, mereka menyalakan benda persegi panjang itu dan menontonnya sambil memakan makanan di meja. "Dahyun, ambilkan minum." Kata Minho yang sedang serius menonton tv.
"Ah, kenapa harus aku?" Tanya Dahyun yang sebenarnya langsung berdiri dan menuju dapur. "Ini rumahmu!" Kata Minho sedikit berteriak dan mendapatkan pukulan di kepalanya.
Dahyun kemudian mengambil minum untuknya dan Minho, saat dia melihat sebuah laci, dia melihat sebuah handphone pula. Pikirannya kembali ke masa lalu, handphonenya yang juga handphone Jisung.
"Ini, aku akan mengatahui apapun yang terjadi di handphonemu. Kapan kau membukanya, apapun yang kau buka, siapapun dan apapun yang memberikanmu notifikasi."
"Aku rasa-"
"Jangan banyak bicara."
"Dahyun!" Teriak Minho membuat lamunannya berhenti. Dia baru tersadar jika dipenser minumannya terus mengalir karena kecerobohannya. Dengan cepat Minho menghentikan air putih itu mangalir. "Sebenarnya apa yang kau pikirkan?" Tanya Minho tidak percaya dengan apa yang Dahyun lakukan.
Tiba-tiba Dahyun merasakan air matanya mengalir, dan itu membuat Minho merasa lebih terkejut lagi dari sebelumnya. "Ke-kenapa kau menangis?" Tanya Minho yang membuat Dahyun menyentuh pipinya.
"Aku... Aku tidak menangis. Ah, mari kita bereskan ini." Kata Dahyun dengan cepat mengambil pel dan menutup laci tersebut, mereka pun membersihkannya bersama dan menyelesaikan makanan mereka.
"Jam berapa kau nanti?" Tanya Minho menanyakan jam masuk Dahyun saat mereka berada dalam lift. "Aku akan masuk sore, hari ini aku akan pergi berjalan-jalan sebentar saja. Apa kau mau ikut?" Tanya Dahyun.
"Tidak, kelasku masuk 1 jam lagi. Aku harus pergi, sampai besok!" Kata Minho beranjak untuk pergi dari gedung apartemen Dahyun. Dahyun hanya mengangguk kemudian pergi dengan menggunakan taksi yang banyak beralalu lalang disana.
Keluar dari mobil, Dahyun melihat sekitar dan melihat sebuah toko bunga. Entah kenapa dia ingin pergi kesana, bunga tulip biru membuatnya tersenyum. Seseorang kemudian menghampirinya, "Apa kau tengah mencari bunga?" Tanya seorang perempuan penjual bunga tersebut.
"Tidak, aku hanya melihat bunga ini. Entah kenapa aku tertarik." Kata Dahyun membuat perempuan beraambut pirang itu tersenyum dan mengambilkan bunga tersebut, "Bunga tulip biru melambangkan perdamaian. Biasanya para pria akan membeli bunga ini setelah bertengkar dengan kekasihnya." Jelas perempuan itu.
"Berapa harga satu batangnya?" Tanya Dahyun kepada perempuan itu.
Perempuan dengan name tag 'Charlotte' itu berfikir sebentar dan kemudian berkata, "Untukmu saja." Kata perempuan itu.
"Oh? Tapi, kenapa?" Tanya Dahyun tidak mengerti. "Keluargaku baru saja membuka toko ini hari ini, karena kau orang pertama yang datang terimalah sebagai hadiah. Lagi pula kau sepertinya sangat suka dengan bunga ini." Kata Charlotte memberikan bunga itu kepada Dahyun.
"Terimakasih!" Kata Dahyun yang kemudian melihat ke arah nae tag Charlotte. "Charlotte." Melanjutkan rasa terimakasihnya.
"Sama-sama, dan siapa namamu?" Tanya Charlotte kepada Dahyun. "Namaku Dahyun Kim. Aku dari Korea." Kata Dahyun yang membuat Charlotte cukup terkejut.
"Benarkah? Itu sangat mengejutkan. Senang bertemu denganmu Dahyun." Kata Charlotte yang kemudian dijawab oleh Dahyun, "Senang juga bertemu denganmu, tetinakasih atas bunganya. Aku akan kemari lain kali." Kemudian Dahyun pergi dari sana dengan senyumannya yang mengembang.
Dahyun memasuki sebuah mall, sebenarnya tidak ada niatan untuk berbelanja barang-barang disana hanya saja, dia ingin menyegarkan pikirannya dengan melihat beberapa tempat. Di mall tersebut terdapat toko buku yang sering Dahyun kunjungi, entah kenapa toko buku selalu lebih bagus dari perpustakaan.
Dahyun melihat-lihat pada sebuah bagian buku yang berisikan fashion dan design. Awalnya dia sangat bersemangat untuk melihat beberapa buku disana lebih jauh. Namun, ketika dia melihat ke arah kaca, seseorang yang sepertinya ia kenal menatap kearahnya dengan bantuan pantulan kaca juga. Orang itu tersenyum dengan tatapan mata yang aneh.
Parfum maskulim yang tercium dari jarak tersebut membuat jantung Dahyun tidak selamat. Orang tersebut hanya berjalan melintas, bayangannya tak lagi terlihat Dahyun yang terlalu terkejut tidak sempat meletakkan buku yang ada ditangannya, sementara orang yang ia cari hilang.
"Maaf, anda harus membayar sebelum mendapatkan buku tersebut." Kata seorang penjaga yang membuat Dahyun kehilangan jejak dari laki-laki tersebut. Dahyun menghela nafas, menormalkan nafasnya dan merapihkan rambutnya. Dia membayar buku tersebut, dan pergi dari toko tersebut.
Sepertinya dia salah orang atau hanya halusinasi semata.
"Tidak, tidak, kau harus keluar dari hal itu." Kata Dahyun menengangkan diri dan berjalan menuju pintu keluar mall. Tiba-tiba seseorang memanggilnya, dengan aksennya yang kebarat-baratan membuat Dahyun langsung tau siapa itu. "Dahyun!" teriak orang itu, Dahyun memalingkan kepalanya ke arah perempuan itu.
Alice, dia adalah teman baru Dahyun saat berada disana. Dahyun mencoba menyembunyikan rasa lelah yang ada diwajahnya, "Oh, Alice!" Kata Dahyun melambaikan tangannya. Alice pun menuju ke arah Dahyun.
"Ada apa dengan wajahmu? Pucat sekali, kau seperti sedang dikejar oleh hantu " kata Alice membuat Dahyun tersenyum dan menggeleng, menandakan jika tidak terjadi sesuatu. "Sedang apa kau disini?" Tanya Dahyun mencairkan suasana sekaligus mengalihkan pembicaraan.
"Oh, kau ingat aku mengatakan kepadamu jika aku mendapatkan pacar?" Tanya Alice yang membuat Dahyun mengangguk.
"Nah, kami kemari untuk membeli sesuatu." Kata Alice membuat Dahyun mengerti, "Oh, dimana orangnya?" Tanya Dahyun karena sejak tadi Dahyun hanya melihat Alice sendirian dengan ditemani oleh tas branded mahal yang selalu ia bawa.
"Dia akan kemari sebentar lagi, oh iya tali sepatumu." Kata Alice membuat Dahyun melirik ke bawah dan membenarkan tali sepatunya. Ketika menali dia merasakan adanya orang yang melewatinya, dan ketika selesai dia berdiri dan melihat orang itu.
"Ini dia pacarku."TBC
Hope you will like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo(st)ver
FanfictionSekuel : sick of you Dahyun mencoba pergi dari Jisung dengan melarikan diri ke Amerika dengan beasiswanya, uang yang disimpan oleh ayah ibunya di berikan kepadanya. Yah, seharusnya itu menjadi hidup baru dimulainya Kum Dahyun yang baru. Namun, Jisun...