Chap 16

857 149 15
                                    

-Fight-

Dahyun dan Seungmin melihat ke arah siapa orang yang mengetuk kaca jendela mobil tersebut. Dia ditutupi oleh hujan namun karena hujan tidak terlalu deras, Dahyun dapat melihat ke arahnya. "Keluar." Samar-samar orang itu mengatakan satu kata.

Dahyun tau itu adalah Jisung, dia langsung membuka pintu. Seungmin pun ikut keluar dari mobil karena takut Dahyun akan kenapa-napa.

"Aku datang dirumah dan menemukan kelinci putihku keluar dengan orang lain." Kata Jisung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Dahyun.

Kemudian Seungmin yang melihat tatapan Jisung yang tidak menyenangkan kepada Dahyun membuat Seungmin menjauhkan Jisung dari Dahyun. "Hei, hentikan."

"Kau yang hentikan. Bukankah kau yang datang setelah Dahyun memutuskan pertunangannya?" Tanya Jisung menatap Seungmin dengan tatapan sinis dan senyuman yang menunjukkan bahwa Jisung tidak menyukai keberadaannya.

"Aku tidak peduli. Yang ku pedulikan sekarang adalah bagaimana kau memperlakukan Dahyun." Kata Seungmin memegang tangan Dahyun untuk melindunginya dari Jisung.

"Aha... Benarkah? Jika begitu kau akan sangat peduli. Dahyun akan memilihmu.. bukankah begitu Dahyun?" Tanya Jisung yang sebenarnya hanya menanyakan tentang, siapa yang Dahyun pilih.

Dahyun terdiam. Dia.... Entah kenapa.. tidak mau pergi dari Seungmin. Dan itu membuat Jisung marah. Tangannya mencengkram lengan Dahyun kuat dan menariknya.

Seungmin dengan cekatan menghentikannya dan berkata, "Hentikan. Kau sudah game over." Kata Seungmin dengan rambutnya yang basah terguyur air hujan.

Amarah Jisung meluap, tangan kanannya dengan kuat meninju Seungmin, hingga membuat Si pemunya wajah tersebut sedikit berdorong ke belakang dengan rasa sakit.

"Seungmin!" Teriak Dahyun terkejut.

Seungmin menghela nafas, dia tidak menyukai kekerasan. Tapi, bukan dia kan yang mengawalinya. Dengan kesadarannya Seungmin mencengkram Jisung dan membantingnya. "Hen-hentikan." Kata Dahyun kepada Seungmin.

Seungmin menghela nafas, dia harus busa menahan amarahnya. Apa lagi ada Dahyun disana, dia-

Bugh! Jisung meninju Seungmin saat Seungmin melihat ke arah Dahyun. Dan menendangnya saat Seungmin tidak melawannya.

Saat Seungmin tergeletak, Jisung menarik Dahyun untuk pergi ke motornya dan pulang. Namun Dahyun menolaknya dan cara menarik tangannya, dia tidak bisa meninggalkan Seungmin begitu saja. "Kim Dahyun?!"

Dahyun terdiam mendengar teriakan dari Jisung. Dia tidak bisa terbiasa dengan hal itu, "Seberapa tidak tau dirinya kau..."

Plak!

Dengan kasar Jisung menampar Dahyun hingga membuat si pemunya pipi berteriak dan memegangi pipinya. Tak lama setelah itu... Dahyun menatap ke arah Jisung dengan tatapannya yang pasrah.

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi." Kata Dahyun lirih.

"Hentikan Jisung... Aku mohon padamu..." Kata Dahyun sembari menangis histeris.

Bagaikan dilempar oleh batu besar, ingatannya kembali pada Mina yang mengajaknya bicara beberapa jam yang lalu. Entah bagaimana cara Dahyun, tapi amarah Jisung bagaikan sudah ditelan bumi. Dia sekarang hanya melihat Dahyun yang menangis di depannya.

Sesakit itukah?

Dada Jisung sesak, dia juga merasakan sakit saat Dahyun menangis di depannya. Sudah berapa lama? Berapa sering? Dahyun menangis karenanya. Seperti duri yang menyakiti secara terang-terangan. "Jika kau pikir dengan menyakitiku, bisa membuatmu membuktikan jika aku mencintaimu dan juga sebaliknya... Kau salah." Kata Dahyun.

Penampilan mereka sudah basah diguyur hujan.

Jisung hanya memperhatikan Dahyun berbicara.

Senyumnya. Kalimatnya. Saat Jisung menyelamatkan Dahyun, semuanya menjadi indah. Namun...

"Jisung?" Tanya Dahyun kembali meminta Jisung.

Jisung tidak mengatakan apapun. Dia tidak bisa mengatakan apapun selain merasakan rasa sakit dan bersalah di dadanya. Tidak... Otaknya menyalurkan rasa sakit hati, dan hatinya.. menerimanya.

Jisung berbalik, dia menaiki motornya dan mengendarainya. Pergi dari sana meninggalkan Seungmin dan Dahyun berdua di bawah rintikkan hujan itu. "Dahyun? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Seungmin yang kemudian dijawab Dahyun dengan pelukan erat.

***

"Ayah? Ibu? Aku-". "Ya ampun tuan muda! Apa kau masih merasa anak kecil hingga bermain hujan?" Tanya salah satu pembantu yang sudah mengabdikan hidupnya untuk Seungmin.

"Ah... Iya. Eheh." Kata Seungmin berbohong.

"Tuan dan Nyonya sedang tidak dirumah. Nona Dahyun? Mari saya antarkan untuk ganti baju." Kata pembantu berumur setengah abad itu tanpa diberitahu oleh Seungmin. Mereka pun berganti baju yang lebih hangat dan mengeringkan diri.

"Permisi Nyonya. Apa disini ada kotak obat?" Tanya Dahyun pada pembantu yang tadi.

"Aduh, jangan memanggil saya Nyonya. Panggil saja Bibi Kwon." Kata pembantu tersebut yang terkejut dengan panggilan Dahyun yang lebih sopan.

"Ini, apa yang terjadi dengan wajah tuan muda?" Tanyanya membuat Dahyun tidak dapat menjawabnya. Dia takut jika akan terjadi sesuatu jika dia mengatakan yang sebenarnya.

"Baiklah, tidak perlu dijawab. Bibi akan siapkan makan malam." Kata Bibi Kwon mengingatkan Dahyun pada Seungmin. Seakan-akan mereka memang tidak suka memaksakan sesuatu.

Dahyun naik ke kamar Seungmin, dia mengetuk pintu Seungmin. Seungmin langsung membuka pintu untuk melihat siapa yang mengetuknya.

"Masuklah." Kata Seungmin, Dahyun langsung masuk ketika dipersilahkan. Kamar yang luas. Mungkin karena dia hanyalah anak tunggal.

Kamar tersebut sepertu dibagi tiga. Yang satu untuk bekerja, yang satu untuk bermain--melihat adanya permainan arkade, dan yang satu kamar tidurnya.

"Duduklah dimana saja aku akan mengerjakan beberapa berkas dulu." Kata Seungmin duduk di meja kerjanya.

"Seungmin, aku ke sini untuk mengobati mu." Kata Dahyun yang memperlihatkan salep yang dia bawa. Seungmin melihat ke arah kaca, memang terlalu terlihat.

Dahyun mendekati Seungmin dan memberikan salep agar lukanya tidak meninggalkan bekas. "A-ah." Kata Seungmin saat Dahyun menyentuh lukanya yang berada diarea lebam.

"Diamlah sebentar.." kata Dahyun memegang dagu Seungmin membuat Seungmin menghadap ke arahnya. Alhasil, Seungmin langsung melihat ke arah Dahyun. "Selesai." Kata Dahyun yang kemudian tersadar jika Seungmin masih terdiam.

"Kim Seungmin?" Tanya Dahyun yang membuat Seungmin tersadar.

"Oh? Iya. Terimakasih." Kata Seungmin tersenyum kepada Dahyun.

"Kalau begitu.. aku akan membantu Bibi Kwon memasak makan malam." Kata Dahyun pergi dari sana, sembari membawa salep tadi pergi. Meninggalkan Seungmin yang tersenyum sendiri mengingat kebodohannya tadi. "Ah... Bodoh."

Sementara itu, Jisung masih berada di apartemen Felix. Menyesap kopi hangat, bajunya telah diganti dengan baju Felix. "Kau menyerah?" Tang Felix dengan laptop didepannya.

"Iya." Felix melihat ke arah Jisung terkejut. Padangan Jisung terlihat nanar melihat bangunan yang berkilau karena benda yang menyinari malam.

"Kau-". "Aku juga lelah melihatnya menangis terus. Aku tidak bisa memaksakannya. Lagi pula aku bukan anak kecil lagi." Kata Jisung yang kemudian melihat ke arah Felix dengan senyumnya. Felix hanya bisa membalas senyum Jisung.

"Sepertinya seseorang telah memukulmu keras." Kata Hyunjin yang datang bersama Mina dengan dokumen yang berada di tangannya. Felix meminta revisi karena terjadi kesalahan. Yaitu, yang mengantarkan harus Hyunjin.

"Diamlah." Kata Jisung yang hanya di senyumi oleh Mina.

"Lalu rencanamu?" Tanya Mina, yang digelengi oleh Jisung. Dia tidak tau apa rencananya senlanjutnya.

TBC

Lo(st)verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang