-What Kind of..-
Dahyun sampai di kelasnya, dia melihat Alice yang menatap nanar meja di depannya. Dia tidak tau harus mengatakan apa, hanya saja..
"Alice? Kau masuk hari ini?" Tanya Dahyun kepada Alice yang masih belum menatapnya dengan sungguh-sungguh, seperti telah sangat sakit hati. Alice hanya mengangguk dan berkata, "Menurutmu, mengapa dia melakukannya?" Tanya Alice kepada Dahyun.
"Eh? Aku .. tidak tau." kata Dahyun menyembunyikannya. Di dalam hati dia meruntuki dirinya sendiri karena berbohong kepada Alice yang sudah membantunya sejak ia datang ke tempat itu. Teman macam apa dia?
"Begini saja, bagaimana kalau kita tidak masuk hari ini? Keadaanmu tidak memungkinkan untuk mengikuti kelas." Kata Dahyun mengambil tasnya lagi dan menarik tangan Alice. Alice menatap Dahyun yang terlihat khawatir dengan keadaannya. Kemudian satu hembusan nafas terdengar dari Alice dan berkata, "Baiklah, aku juga tidak sedang dalam mood ingin mendengarkan Pak White."
Dahyun dan Alice pun pergi, saat berjalan mereka melewati Alex a.k.a Jisung yang tengah meliaht ke arah handphonenya, seperti tidak memperhatikan sekelilingnya. Alice hanya dapat menatap kepergian Jisung yang terhalang oleh badan Dahyun yang menunduk karena tidak ingin melihat orang itu. "Ayo pergi." Kata Dahyun mencoba bertingkah seperti tidak melihat siapapun.
Sementara itu, di negara lain. Mina tengah minum bersama Hyunjin, Felix dan... Wanita Felix yang entah keberapa. Di lantai mewah dengan hiasan elegan, wine yang diwadahi dengan gelas tinggi. Ketiga orang merasakan rasa canggung. "Dahyun-". "Dia bukan urusan kalian." Kata Felix yang mengelus rambut wanitanya. Tidak membiarkan Mina berbicara.
"Urusan Dahyun bukanlah urusan kalian. Dia baik-baik saja disana, dia mencintai Jisung. Jisung mencintainya, mereka akan pulang dengan keadaan bahagia." Kata Felix yang kemudian meneguk minuman ditangannya.
"Kau memberitahu, atau mencoba memberikan kami sebuah arahan agar kami mempercayai apa yang kau katakan?" Tanya Hyunjin yang membuat Felix tersenyum kecil dan berkata. "Jin-ah. Ku dengar kau akan segera menikahi Mina. Kapan tepatnya itu? Dua bulan? Ah... Benar." Kata Felix yang membuat Hyunjin mendekatkan diri pada Felix dan menarik kerahnya.
"Meskipun kau memukulku. Hal itu tidak akan berubah jika kau tidak percaya." Kata Felix. Mina sendiri, mencoba untuk tenang dan berkata, "Jika itu berarti Dahyun, tidak tersakiti." Kalimat Mina menandakan bahwa dia akan setuju dengan apa yang disuruh Felix dengan syarat tersebut.
"Disetujui." Hyunjin melepaskan kerah Felix.
"Mereka akan kembali beberapa hari lagi. Dan lihat apa yang terjadi. Cheers!" Kata Felix meminum kembali minuman keras tersebut.
***
Mina dan Hyunjin terdiam di apartemen mereka. Mina yang tengah memasak sesuatu membuat Hyunjin yang baru bangun dari tidurnya menghela nafas dan berkata, "Tidakkah kau lelah? Kita bisa memesan makanan." Mina memberikan senyum terindahnya dan menggeleng.
"Aku sedikit stress. Biarkan aku melakukannya." Kata Mina mengaduk makanan didalam panci tersebut. Hyunjin mencium leher Mina dengan lembut membuat Mina sedikit menggeliat. "Hentikan, aku masih memasak."
Kemudian Hyunjin mematikan kompor. Dia memutar tubuh Mina dan membisikinya. "Ingat rencana kita? Jangan tergoyang oleh sesuatu seperti itu." Kata Hyunjin yang kemudian mencium telinga Mina.
"Baiklah." Kata Mina memeluk Hyunjin sayang, dan membiarkan Hyunjin duduk dimeja makan menanti makanannya datang.
***
Dahyun pagi-pagi ini langsung pergi ke perpustakaan. Dia harus mencari materi untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Namun ketika tengah mencoba menggapai rak diatasnya. Seseorang datang dan berkata, "Kenapa wanita suka sekali mencari perhatian dengan cara seperti ini?" Tanya laki-laki itu membuat Dahyun tidak ingin melihatnya.
Tapi laki-laki itu tidak bodoh, dia membalikkan badan Dahyun hingga menghadap kearahnya. "Kau melupakan sesuatu." Kata Jisung menghela nafas. "A-apa?"
Kemudian dengan manisnya mendekat ke arah Dahyun. "Tutup matamu." Kata Dahyun menggeratkan genggamannya pada tasnya saat Jisung menciumnya. Ciuman itu singkat. Namun berkali-kali membuat Dahyun mencoba menenggelamkan dirinya kedalam rambut hitamnya.Belum puas dengan hal itu Jisung berkata, "Mari kita pergi." Kata Jisung menarik Dahyun, Dahyun hanya mengikuti jejak Jisung sembari menundukkan kepalanya. Kemudian mengikuti kemana pun Jisung membawanya pergi, dan tempat itu adalah...
Apartemen Jisung.
"Hmp!" Dahyun terkejut saat Jisung menciumi lehernya, jaketnya telah dilepaskan, dan kain pink itu menutupi tubuhnya. "Ah... Maaf, terlihat ya." Kata Jisung tidak menunggu jawaban Dahyun.
Tangan Dahyun yang terlihat putih, ia ciumi memberikan waktu Dahyun untuk bernafas. Bagaikan Vampir yang kehausan mencari darah. Setelah kedua tangan diciumi, Jisung melihat ke arah Dahyun yang tidak memberontak seperti biasanya. "Apa kau mulai... Mencintaiku?" Tanya Jisung.
Dahyun tidak menjawab dan memberikan banyak jeda. Hal itu membuat Jisung mau tidak mau harus me-
Plak!
Nampar perempuan didepannya itu.
"Katakan padaku." Kata Jisung.
"Tidak." Bisik Dahyun.
Plak! Satu pukulan lagi.
"Iya?" Tanya Jisung untuk kedua kali.
"Iya." Kata Dahyun yang membuat Jisung tersenyum dan mengecup pipinya yang ditampar tadi.
"Jangan sampai aku mematahkan bunga mawarmu lagi." Kata Jisung mengelus rambut Dahyun dengan lembut.
TBC
Hello...
It's me
Masih menunggu? Thanks! Kalian terbaik
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo(st)ver
FanfictionSekuel : sick of you Dahyun mencoba pergi dari Jisung dengan melarikan diri ke Amerika dengan beasiswanya, uang yang disimpan oleh ayah ibunya di berikan kepadanya. Yah, seharusnya itu menjadi hidup baru dimulainya Kum Dahyun yang baru. Namun, Jisun...