Chap 6

1.6K 188 44
                                    

-Us. Under Secret-

Dahyun merasakan pada bagian perutnya berat, seperti tertindih sesuatu. Ketika dia merabanya, dia teringat apa yang terjadi tadi malam, ingin rasanya ia menangi, tapi dia harus bersyukur. Setidaknya, laki-laki yang masih tertidur lelap di depannya itu tidak merebut semuanya. Tapi bibirnya sakit.
"Mau kemana?" Tanya Jisung merasakan pergerakan Dahyun.

"Membuat sarapan." Kata Dahyun yang kemudian baru dilepaskan oleh Jisung, begitu berjalan Dahyun merasa jika kakinya tidak sesakit tadi malam. Syukurlah kalau begitu.

Sementara itu, Jisung yang terbangun melihat ke arah handphonenya. Setelah puluhan nama Alice yang mempertanyakan kesalahannya, dan rasa marahnya karena di putuskan begitu saja, terdapat nama Felix yang berkata, 'Bulan ini tidak ada yang terjadi. Kedua orang itu melakukan apa yang kau suruh.'

'Bisa kau mengirimkan perempuan cantik di kamarku? Aku butuh hiburan.' pesan Felix yang membuat Jisung langsung membeli seorang perempuan dan menyuruh perusahaan tersebut mengantar perempuan itu di rumah Felix.

Jisung kemudian menghubungi ibunya. "Halo? Ibu? Hm, aku bertemu dengan Dahyun.

Dia baik.

Baiklah, sampai bertemu beberapa hari lagi!
Dan... Aku ingin mengatakan sesuatu nantinya. Hm, baiklah." Kata Jisung langsung menutup panggilan itu setelah berbicara dengan ibunya.

Lalu, dia meregangkan tubuhnya, otot Jisung terlihat di balik kaus putihnya yang tadi malam tertutup oleh kemeja hitamnya. Ketika keluar dari kamar Dahyun, dia mendapati Dahyun yang tengah memasak dua porsi sarapan. "Bahkan saat pagi pun wangimu masih harum." Mulut yang manis.

Jisung memeluk Dahyun dari belakang, dia meletakkan dagunya dibahu Dahyun. "Apa Minho juga melakukan ini?" Tanya Jisung. "Tidak, dia tidak melakukannya." Kata Dahyun mencoba untuk setenang mungkin.

Dia harus kembali seperti Dahyun saat dulu, sebelum Jisung melukai orang-orang selain Alice dan membuatnya tidak dapat melindungi yang lain. "Baguslah, aku masuk dijam yang sama denganmu. Bukankah itu seperti takdir?" Tanya Jisung yang membuat Dahyun menghela nafas dengan lembut, dia tidak mau Jisung mempunyai pendapat aneh tersendiri tentang helaan nafasnya tersebut.

Ugh, rasanya lebih baik menjadi patung.

Jisung duduk depan tv menyalakan kartun yang menjadi kartun kesukaannya. Seolah, tawa yang Jisung berikan berbeda dengan biasanya. Tawa yang biasanya terdebgar sarkastik menjadi tawa lega hanya karena tontonan 2 dimensi tersebut. "Oh, sudah selesai?" Tanya Jisung melihat Dahyun yang meletakkan dua piring di meja depan tv.

"Kenapa repot-repot membawa dua piring? Jadikan satu, dan suapi aku." Kata Jisung yang terdengar seperti raja.

"Aku bukan-". "Satu." Kata Jisung membuat Dahyun harus mengingat apa yang terjadu tadi malam. Jika diingat-ingat, rasanya ingin menyumpahi laki-laki kejam itu. Dengan cepat Dahyun, menjadikan dua piring itu menjadi satu piring dan menyuapi anak anjing itu.

"Kau tau aku mencintaimu kan?" Tanya Jisung disela-sela makannya. Dahyun tidak bisa menjawab, dia tidak tau. "Dan kau tau, kau harus mencintaiku meskipun kau harus gila...... kan?" Tanya Jisung yang tidak lagi dijawab oleh Dahyun.

"Mengangguk." Dahyun mengangguk layaknya seekor anjing yang menurut pada tuannya. "Kita akan pulang beberapa hari lagi. Dengan keadaan, kau mencintaiku. Aku mencintaimu. Kita berpacaran. Paham?" Tanya Jisung membuat Dahyun tak lagi lapar untuk sarapannya.

"Apa aku sebuah boneka?" Tanya Dahyun kepada Jisung yang masih mengunyah telur di mulutnya. Dan ketika mendengar pertanyaan itu, Jisung menelan telur itu dan berkata, "Tidak. Kau punyaku." Kata Jisung mencium pipi Dahyun membuat Dahyun sedikit terkejut.

Saat itu juga, seseorang menelepon Dahyun dan itu adalah Alice sendiri. Dengan cepat Dahyun mengangkat panggilan itu, "Halo?" Angkat Dahyun, Jisung yang melihat ingin melihat dan mendengar apa yang akan dilakukan oleh Dahyun selanjutnya. "Dahyun." Terdengar Alice terisak di dalam telpon.

"A-ada apa?" Tanya Dahyun gugup. Jujur saja dia merasa jika dia sekarang adalah orang jahat karena telah membuat Alice menjadi seperti ini. Tidak seharusnya dia mendapatkan perlakuan seperti itu. "Alex memutuskanku, aku tidak tau ada apa."

Dahyun juga tidak tau harus melakukan apa, pasalnya Jisung sekarang bahkan ada di sampingnya memakan sarapannya sambil melihat kartun. Sungguh hatinya ingin berteriak bahwa Jisung melakukan semua hal ini untuknya, dan Alice bisa menyalahkan itu kepadanya. Tapi... Tentu hal itu sangat aneh.

Dan akhirnya, Dahyun hanya bisa mendengarkan penderitaan Alice.  Dia tidak menyukai keadaan seperti ini, karena cepat atau lambat hal ini akan diketahui, hal itu tidak akan berujung baik.

***

Jisung merapikan bajunya, dia melihat ke arah Dahyun yang tengah memakai jaket berwarna peach sembari merapihkan rambutnya. Dia mendekati Dahyun dan memeluknya.

"Jisung lepaskan." Tolak Dahyun.

"Stt, kau harus kembali terbiasa dengan ini." Kata Jisung tidak juga melepaskan Dahyun.

"Tapi-". "Cobalah membuka hatimu. Aku akan lebih baik dari yang sebelumnya." Kata Jisung yang tentu saja dia tidak bisa mempercayai Jisung secepat itu.

Jisung selalu mengatakan apa dan akhirnya berujung sebaliknya, membuat rencana A dan B untuk jisung sangat sulit.

"Pergilah dulu. Kau ingat perjanjiannya kan?" Tanya Dahyun yang diangguki oleh Jisung. Dahyun merasa jika Jisung terlalu santai untuk masalah yang sedang dialaminya, dia seperri menikmatinya. Dan merasa tidak ada yang salah dengan memaksakan kehendak dan menyakiti perempuan.

"Berikan aku bibirmu." Kata Jisung menggigit bibirnya, membuat Dahyun merasa jika sesuatu terjadi di dadanya. Apa itu rasa takut bercampur terkejut?

"A-apa?" Tanya Dahyun tidak percaya dengan permintaan Jisung. "Aku akan cepat pergi jika kau memberikannya." Kata Jisung yang entah kenapa malah menjadi sangat manja kepada Dahyun, sepertinya jiwa Jisung kembali terusik.

Dahyun tidak melakukan apapun, dia bingung.

"Sudah terlambat-" belum selesai ia menyelesaikan kalimatnya, Jisung menarik dagunya dan menghisap bibir bawah Dahyun. Dahyun mematung, karena Jisung melakukannya dengan lembut. "Sampai nanti." Kata Jisung pergi.

Dahyun terduduk saat Jisung pergi dari apartemennya. Dia menatap kaca kamarnya nanar, apakah dia akan kembali terkurung? Terkurung dengan keadaan telah menyakiti yang lain? Ataukah... Tuhan memberikan jawaban lain nantinya.

Dahyun kemudian melihat ke arah bunga mawar yang seharusnya masih hidup di vas bunga miliknya, namun... Bunga itu telah terpotong dan dia tau siapa yang melakukannya. Bukankah itu berarti Jisung mengatakan jika 'Kau tidak seberani itu.'

TBC
Hai
Dah lama ya
Makasih dah pada nunggu

Lo(st)verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang